Mohon tunggu...
Rizal Zuhdy
Rizal Zuhdy Mohon Tunggu... Dokter - Simple medical doctor

Seorang dokter umum yang gemar berbagi informasi dan pengetahuan kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Panduan Tatalaksana Reaksi Syok Anafilaksis

12 Februari 2019   14:30 Diperbarui: 29 Juni 2019   13:52 5201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anamnesis dan pemeriksaan pada reaksi syok anafilaktik atau anafilaksis

Walaupun diagnosis bisa dibuat secara klinis, reaksi anafilaktik mempunyai banyak diagnosis banding. Diagnosis banding antara lain:

  • Syok karena hal lain seperti syok kardiogenik, obstruktif, distributif, ataupun hipovolemik,
  • Sinkop atau pre-sinkop,
  • Angioedema herediter,
  • Kegagalan fungsi pita suara,
  • Distress sistem respirasi karena penyakit asma, emboli paru, gagal jantung atau akibat hal lainnya,
  • Reaksi kulit karena erupsi obat, dan/ atau
  • Gangguan psikiatri contohnya panic attack.

Komplikasi

Melalui penatalaksanaan yang tepat, pasien yang menderita reaksi anafilaktik bisa sembuh san uumnya jarang memunculkan komplikasi. Komplikasi yang berkemungkinan timbul ialah iskemi miokard oleh karena hipotensi dan hipoksia, gangguan kesadaran sebagai akibat hipoksia otak, koma, dan pada kondisi berat bisa mengakibatkan kematian.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan reaksi anafilaktik perlu dilaksanakan dengan cara komprehensif berupa non medikamentosa dan medikamentosa.

1. Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik singkat dilakukan, penting untuk mengenali adanya tanda dan gejala anafilaktik sesuai dengan kriteria diagnosis yang telah disebutkan di atas. Selanjutnya, laksanakan penilaian pada airway, breathing, circulation.

  • Airway: nilai apakah ada tanda sumbatan jalan napas contohnya sesak, suara serak, stridor.
  • Breathing: nilai apakah ada sianosis, takipneu, wheezing, saturasi O 2 <92%.
  • Circulation: nilai apakah ada pucat, akral dingin dan lembab, hipotensi, pingsan.

2. Baringkan pasien pada posisi trendelenburg atau berbaring dengan kedua tungkai diangkat. Posisi ini akan sangat membantu untuk peningkatan aliran balik vena dengan harapan timbul peningkatan tekanan darah.

3. Pasang oksigen 3-5 liter/ menit, pertimbangkan untuk melaksanakan intubasi atau trakeostomi bila dijumpai keadaan sesak berat atau ancaman henti napas.

4. Pasang akses intravena berikan cairan plasma ekspander (Dextran). Bila tidak tersedia, berikan ringer laktat atau NaCl fisiologis sebagai cairan pengganti. Pemberian cairan tersebut dilanjutkan hingga tekanan darah kembali optimal dan stabil.

5. Berikan epinefrin atau adrenalin secara intramuskular (IM) pada bagan paha regio anterolateral dengan dosis 0,01 mg/ kgBB atau 0,3-0,5 mL dari larutan 1:1000. Pemberian epinefrin dapat diulangi 5-10 menit. Bila pasien tidak menunjukkan respon, berikan epinefrin secara intravena (IV) dengan dosis 0,1-0,2 mL adrenalin dilarutkan dalam 10 mL NaCl fisiologis dan diberikan secara perlahan. Hindari pemberian adrenalin subkutan karena efeknya lambat dan sulit untuk diabsorpsi.

6. Bila terjadi bronkospasme dapat diberikan aminofilin. Berikan aminofilin sebanyak 250 mg secara perlahan selama 10 menit intravena.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun