Mohon tunggu...
Rizal Azmi
Rizal Azmi Mohon Tunggu... Guru - Sekretaris Yayasan Annida Qolbu & Tenaga Pendidik

Menulis buku Fiksi dan non fiksi Memasak Membaca Novel

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Jadikan Alasan

24 November 2023   07:02 Diperbarui: 24 November 2023   07:02 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Kelicikan para mucikari dalam berbisnis haram ini tidak bisa dianggap sebelah mata. Memang hidup menggiurkn, harta melimpah, bisa hidup mewah dan tidur ditempat yang empuk. Tetapi bagaimana dengan anak keturunan kita yang ikut merasakan imbas social dari pekerjaan yang kita lakukan. Apa dosa mereka sehingga mereka juga ikut merasakan dosa yang kita lakukan. Sedangkan para mucikari menari-nari menikmati keuntungan hasil dari kerja kalian yang rela melayani satu laki-laki ke laki-laki lain yang belum tentu kalian cintai. Bahkan terkadang terpaksa melakukannya. Jika sudah terpaksa, kepuasan apa yang kita dapat melainkan hati yang terluka karena berdinding kebohongan.

Jika bukan karena dijual, hutang jadi alasan?

Benarkah alasan ini, tidak ada kesempatan untuk bekerja? Dari total 100% penduduk Indonesia memang dari semua itu masih tergolong miskin bahkan sangat miskin. Kebutuhan hidup yang semakin meningkat, sedangkan pemasokan keuangan semakin menurun, hingga utang sebagai jalan pintas. Hutang menggunung, bunga berlipat-lipat, setiap hari para rentenir datang menagih hutang tanpa mendengar alasan yang sebenarnya akhirnya memilih jalan pintas untuk menjual diri dikota-kota besar. Memberikan mahkota diri kepada orang yang bukan haknya dengan tujuan untuk mendapatkan uang merupakan suatu kepahitan yang sangat dalam, karena kita telah mendustai diri kita sendiri. Kita telah memaksakan diri kita terjun kesamudra yang kedalamannya sangat mengerikan. Begitu juga dengn dunia malam.

            Terjebak?

Kehidupan zaman sekarang semakin menakutkan. Kehiduapn disekitar kita tak bisa lagi dikatakan aman dan tentaram. Sahabat tak bisa lagi sepenuhnya dipercaya sebagai sahabat. Bahkan saudara kandung sendiripun bisa berkhianat. Demi keuntungan dan kebahagian diri, dengan tega orang lain dijebak dan dijadikan korban. Sudah berapa banyak korban narkoba, perdagangan manusia dan lain sebagainya. Semua ini akibat dari ketidak hati-hatian dan kecerobohan kita dalam mempercayai orang disekitar kita. Jika sudah seperti ini, apa yang dapat kita perbuat? Menuruskan? Tidak, berhentilah cukup satu kali terjebak dalam lumpur, kalau dua kali bukan terjebak tapi menjatuhkan diri.

Jalan pintas?

Jalan menuju sukses dalam menggapai hidup sangatlah banyak. Tak sedikit jalan yang tersedia, jalan yang terhormat dan penuh dengan kemulian. Hanya saja apakah kita mau dan tidak malu dalam menjalankannya? Hakekat malu dalam hidup adalah bukannya kita malu dalam profesi kita yang selama itu halal dan tidak mengganggu orang lain, tapi malulah ketika kita bekerja dijalan yang tidak terhormat dan mengganggu ketentraman orang lain.

Jalan pintas menuju kesuksesan sesaat ini sering dilakukan oleh anak-anak mahasiswi dan siswi yang masih dibawah umur. Mereka rela menjadi pelampiasan lelaki hidung belang hanya demi secercah uang dan gaya glamour agar terlihat hitz dan trend. Anak-anak seperti mereka, malu dilihat jika berpenampilan apa adanya tanpa memandang akibat dan masa depannya nanti. Sehingga banyak diantara mereka putus sekolah akibat hamil diluar nikah, aborsi dimana-mana. Bahkan hampir setiap tahun ditemukan kasus penemuan bayi diberbagai tempat. Ada yang berani membuang di WC pusat perbelanjaan, tempat sampah, selokan air, perkebunan sawit bahkan menguburnya dibelakang rumah. Jika hal ini tidak dikehendaki adanya, mengapa jalan menuju kesana masih dijalankan?

Mengikuti trendy zaman tidak akan pernah habis, setiap detik terus berubah dan terus berubah. Kita tak pernah sanggup dan bisa mengejarnya. Oleh karena itu jadilah manusia biasa, hidup dengan apa adanya, sederhana dan mensyukuri nikmat yang telah tuhan berikan kepada kita tanpa harus memaksa diri dengan menjual mahkota yang satu-satunya kita miliki. Menyerahannya sebelum waktunya, memberikannya kepada orang yang bukan kita cintai serta yang bukan hak miliknya dan milik kita.

Mengapa harus malu, kalau kita tidak bisa memiliki barang-barang mewah dan mahal? Mengapa kita tidak melihat saudara kita dibawah, banyak diantara mereka yang hidupnya hanya makan satu kali sehari, dan lihat saudara kita diperbatasan sana! Mereka hidup serba penuh kekurangan, listrik tidak ada, jaringan Hp tak tahu, sekolah harus turun dan naik bukit berjarak puluhan kilo meter, tak kenal tas mahal, sepatu bermerk, baju berkelas, makanan dan minuman yang ada ditelevisi, mereka tidak kenal saudaraku. Mengapa mesti harus malu kalau kita tidak bisa memiliki barang-barang tersebut?

Apakah karena Hoby?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun