Mohon tunggu...
Rizal Azmi
Rizal Azmi Mohon Tunggu... Guru - Sekretaris Yayasan Annida Qolbu & Tenaga Pendidik

Menulis buku Fiksi dan non fiksi Memasak Membaca Novel

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Jadikan Alasan

24 November 2023   07:02 Diperbarui: 24 November 2023   07:02 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Kesuksesan itu bukanlah terlihat dari gaya hidup kita yang terkesan mewah dan glamour. Tapi sesungguhnya kesuksesan itu adalah keberhasilan kita dalam mencari harta dijalan yang terhormat dan halal.

Ketahuilah setiap insan manusia pasti memiliki permasalahan hidup yang membuat mereka sedih dan luka. Akan tetapi hanya sedikit diantara mereka yang santai menghadapinya tanpa merasa beban sedikitpun. Hingga orang lain mengira ia tidak ada permasalahan dalam hidupnya. Terlihat bahagia dan penuh dengan kegembiraan.

Mungkin ini dapat menjadi contoh dan pembelajaran bagi kita dalam mengarungi kehidupan dunia yang tak ada batasannya.

Marilah kita lihat dan ingat kembali kehidupan social sekitar kita. Di sepanjang ruas jalan A. Yani ada beberapa perempuan yang usianya sekitar 23 tahun bahkan anak-anak berusia dibawah 15 tahun yang rela berpanas-panas menawarkan Koran kepada para pengendara yang berhenti dilampu merah. Dengan senyum yang tulus ia menyapa satu persatu setiap pengentara. Ia tidak pernah malu melakukan pekerjaan sebagai loper Koran. Padahal tidak sedikit yang memandang pekerjaan ini dengan sebelah mata.

Dipasar subuh, banyak terlihat perempuan-perempuan diatas 16 tahun menjadi penjual sayur. Teriak-teriak menawarkan jualannya kepada para pembeli hanya menawarkan sayur yang ia jual. Mereka berjualan dari jam 12 malam hingga siang tiba. Jika malam turun hujan, nasib tidak berpihak kepada mereka. Mereka tidak malu melakukan ini.

Dirumah-rumah, berapa banyak para pekerja ibu rumah tangga yang pekerjanya adalah seorang perempuan yang berusia diatas 20 tahun. Mereka bekerja sebagai buruh cuci, pembantu rumah tangga dan merangkap menjadi baby sister. Sebuah pekerjaan yang tidak memerlukan ijazah dan keterampilan. Karena setiap wanita dikodratkannya seperti ini pekerjaannya. Mereka tidak malu dan sungkan jika ditanya pekerjaannya apa. Mereka malah tertawa ria saat menjelaskannya. Bahkan mereka dengan bangganya mengatakan tentang pekerjaan yang mereka geluti.

Perempuan seperti mereka jauh lebih mulai dari pada para pelacur yang bekerja ditempat yang terhormat. Duduk dikursi empuk dan berbaring disofa yang lembut. Mereka ingin memberi nafkah kepada sanak keluarga mereka dari hasil keringat yang halal dan tuhan ridha dengan pekerjaan yang ada. Sedikitpun tidak ada rasa malu pada diri mereka tentang status social dimasyarakat akan pekerjaan mereka? Lalu mengapa dirimu saudaraku malah memperendah derajatmu dengan menjadi seorang pelacur? Mengapa tidak belajar dari sisi kehidupan mereka? Sehingga harga dirimu terjaga dengan sempurna. Sementara tak sedikit laki-laki memandangmu dengan tatapan sebelah mata karena statusmu yang dicap wanita murahan. Mangapa? Padahal pengetahuanmu tentang pekerjaan ini dilarang agama dan Negara ada, karena melanggar syariat dan merusak pendidikan moral masyarakat. Dan kalian tahu, yang datang ketempat kalian adalah para lelaki hidung belang yang telah mendustai anak dan istri mereka. Tegakah kalian mengambil yang bukan hakmu? Yang sebenarnya hak istrinya? Tegakah dirimu merampas kepercayaan istri mereka dirumah yang menanti kepulangan suaminya? Relakah dirimu jika itu terjadi kepada keluargamu? Tidak bukan, lantas atas dasar apa yang membuatmu melakukan ini.

Apa karena dijual?

Tak ada satu agama dan negarapun didunia ini yang menghalalkan praktek perdagangan manusia. Apapun alasannya, semua itu tidak akan diterima. Karena setiap manusia memiliki hak untuk hidup bebas, hidup aman, hidup bahagia tanpa harus dikekang oleh siapapun. Tetapi pada hakekatnya dalam dunia nyata, praktek perdagangan manusia saat ini semakin merajalela, saat aktivis HAM bersuara lantang membela hak-hak manusia, saat itu pula para pedagang manusia ikut mengampanyekan bisnisnya. Terus dasar apa yang membuat mereka tega menjual manusia? Dan siapa pelakunya?

Para orang tua yang terlibat kasus ekonomi, mereka yang memiliki permasalahan keuangan yang rumit, hutang menumpuk dan tuntutan hidup yang semakin meningkat. Kurangnya keimanan dan ilmu pengetahuan membuat mereka tega melakukan hal terburuk kepada darah daging mereka sendiri. Orang tua yang tega menjual anak perempuannya kepada mucikari setelah termakan buaian manis para penghancur generasi bangsa dan agama.

Merubah nasib dan meningkatkan harkat martabat keluarga itu memang wajib tetapi jalan yang ditempuh bukan ini yang diambil. Masih banyak lagi jalan lain yang jauh lebih mulia dari ini, jika manusia memandang sebelah mata, tuhan belum tentu memandang dengan pandangan yang sama. Jika tuhan dan manusia memandang dengan pandangan yang sama, dimana keadilan tuhan selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun