Mohon tunggu...
Muh Rizal Chesta Adabi
Muh Rizal Chesta Adabi Mohon Tunggu... 24107030068

Berbagi pemikiran, kisah, dan mengeksplor berbagai fenomena disekitar kita

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pengalaman Pertama Mendaki Bukit Turgo Mengunjungi Makam Syekh Jumadil Qubro

28 Mei 2025   04:20 Diperbarui: 27 Mei 2025   23:37 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di pos pemeriksaan Bukit Turgo (dokumentasi: pribadi)

Di puncak ternyata rombongan kami sudah ada yang sampai terlebih dahulu dan disana sudah cukup ramai dengan pengunjung dari daerah lain yang sedang berdoa disekitar makam. Pada saat saya akan melepaskan sepatu, disitu kaki saya tiba-tiba kram sehingga saya langsung duduk dan beristirahat sejenak disekitar makam. Setelah kram nya sudah mendingan, saya bersama teman saya bersiap untuk wudhu karena sudah lewat waktu Dzuhur. Karena tempatnya agak penuh untuk pengunjung lain yang sedang berdoa, kami memutuskan untuk sholat sendiri-sendiri terlebih dahulu baru setelah mulai sepi yang lain segera melakukannya secara berjamaah.

Makam Syaikh Jumadil Qubro (dokumentasi: pribadi)
Makam Syaikh Jumadil Qubro (dokumentasi: pribadi)

Setelah menghabiskan waktu santai bersama temannya masing-masing, kami segera berkumpul karena ada materi yang akan disampaikan oleh Mokhamad Mahfud mengenai makan Syekh Jumadil Qubro. Dalam penjelasannya, makam ini sebenarnya bukan kuburan yang ada jasadnya, melainkan bekas tempat bersemedinya Syekh Jumadil Qubro yang terkenal dengan kesakralannya. Setelah penyampaian materi, kegiatan dilanjutkan dengan doa bersama dalam suasana yang hening dan kemudian foto bersama di makam tersebut. Di akhir kegiatan kami dibebaskan disekitar makam, ada yang berfoto bersama teman-temannya, ada juga yang langsung turun untuk kembali.

Foto selfie (dokumentasi: pribadi)
Foto selfie (dokumentasi: pribadi)

Setelah foto sebentar, saya juga ikut turun bersama yang lain dan waktu yang diperlukan untuk turun lebih singkat daripada saat mendaki karena saat turun kaki saya tidak bisa berhenti bergerak sebab kaki saya terus bergetar. Saat turun dan sampai disekitar pos pemeriksaan, terdapat beberapa mahasiswa yang sedang melakukan survey di lokasi dan kebetulan saya juga diminta untuk mengisi survey tersebut. Setelah selesai mengisi, saya segera melanjutkan perjalanan dan kemudian berkumpul lagi dengan teman-teman saya di tempat parkir sambil menunggu yang lain turun. Terlihat beberapa orang yang kakinya masih gemetar dari turun bukit termasuk saya sendiri. Sambil menunggu yang belum turun, kami menghabiskan waktu masing-masing, ada yang bercerita bagaimana pengalamannya saat mendaki, ada yang sekedar membeli jajan dan mentraktir temannya, dan ada juga yang lebih memilih beristirahat dan mengamati apa yang orang lain lakukan. Ini merupakan pengalaman pertama saya dalam mendaki dan kesan saya sejujurnya melelahkan dan menyenangkan apalagi saat bersama dengan orang lain yang membuatnya tidak akan terlupakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun