Ia pernah menulis sebuah kalimat yang kemudian menjadi sangat terkenal:
"You have power over your mind - not outside evets. Realize this, and you will find strength."
(Kamu memiliki kuasa atas pikiranmu, bukan atas peristiwa di luar dirimu. Sadari hal ini, dan kamu akan menemukan kekuatan.)
ketenangan dan kebahagiaan tidak ditentukan oleh situasi, melainkan oleh kemampuan kita mengelola pikiran. Saat seseorang mampu menjaga pikirannya tetap tenang dan rasional, maka tidak ada peristiwa eksternal yang bisa benar-benar menggoyahkan dirinya.
Dalam konteks  berpikir positif, ajaran Marcus Aurelius mengingatkan bahwa berpikir positif bukan berarti menutup mata dari kenyataan dengan tenang dan memilih untuk memilih sisi rasional serta konstruktif dari setiap situasi.
Dengan cara pandang seperti ini, seseorang tidak mudah dikuasai amarah, kekhawatiran, atau kekecewaan. Mampu menjaga keseimbangan emosinya, bahkan ketika menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Prinsip Marcus Aurelius mengajarkan bahwa ketenangan batin bukanlah hadiah dari keadaan luar, melainkan hasil dari disiplin berpikir yang konsisten di dalam diri.
Contoh penerapan ajaran Marcus Aurelius dalam kehidupan
Marcus Aurelius bukan hanya dikenal karena pemikirannya yang mendalam secara filosofis, tetapi juga karena ajarannya yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Salah satu prinsip penting yang ia tekankan adalah kemampuan untuk mengendalikan pikiran dan tanggapan terhadap berbagai situasi, daripada berusaha mengubah hal-hal yang berada di luar kekuasaan kita. Dalam kehidupan masa kini, pemikiran ini sangat relevan - baik ketika menghadapi tekanan di dunia kerja, maupun saat berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sosial.
Contoh Kasus: Orang Marah-Marah di Jalan Raya
Dalam situasi seperti ini, langkah paling bijak adalah menjaga ketenangan dan tidak terpancing untuk membalas amarah. Dengan menerapkan pola pikir positif, seseorang dapat mencoba melihat peristiwa tersebut dari sudut pandang yang lebih luas - misalnya dengan berasumsi bahwa pengendara itu mungkin sedang terburu-buru, lelah, atau sedang menghadapi masalah pribadi. Pendekatan yang empatik dan rasional semacam ini membantu menenangkan diri, mencegah reaksi berlebihan, serta menghindarkan dari pertikaian yang tidak perlu.
Refleksi singkat