Mohon tunggu...
Riyani Elfahmi
Riyani Elfahmi Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga -

IRT yang terus belajar menyukai dunia anak-anak, pengasuhan, & pernikahan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Surga Menanti, Sebuah Film yang Menginspirasi

2 Juni 2016   10:56 Diperbarui: 2 Juni 2016   11:18 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Surga Menanti", itulah judul film yang dibintangi oleh "Umi" Pipik Dian Irawati dan Agus Kuncoro ini. Sebuah film religi tentu saja, yang merupakan hasil kerjasama Yayasan Syekh Ali Jabeer dan Khanza Film Production, dan akan tayang mulai hari ini, 2 Juni 2016. 

Film ini berkisah tentang seorang Daffa yang diperankan oleh Syakir Daulay, dalam perjuangannya menjadi seorang hafidh qur'an. Sebuah cita-cita yang tidak muncul begitu saja pada diri Daffa, akan tetapi tidak lepas dari impian, motivasi, doa-doa dan usaha kedua orang tua Daffa, yaitu Yusuf (Agus Kuncoro) dan Humairoh (Umi Pipik).

Untuk mewujudkan impiannya--memiliki seorang anak yang hafidh qur'an, Yusuf dan Humairoh mengirimkan Daffa--anak semata wayangnya, ke pesantren tahfidh. Tempat yang jauh dan harus berpisah dengan sang buah hati, tidak menjadi halangan bagi mereka. Begitu juga dengan Daffa, dia benar-benar telah siap berpisah untuk sementara dengan orang tuanya, demi mewujudkan impiannya yang juga impian kedua orang tuanya.

Namun, untuk meraih impian sebagai hafidh qur'an ternyata bukanlah perkara yang mudah. Berbagai halangan dan rintangan menunggu sepanjang perjalanan dalam meraihnya. Belum sampai usai pendidikan Daffa di pesantren, belum juga tercapai cita-citanya menjadi seorang hafidh, Yusuf menjemput Daffa pulang. Kondisi Humairoh yang sakit dan fisiknya yang terus melemah, memaksa Yusuf untuk menjemput Daffa. Sebuah keputusan yang berat tidak hanya bagi Yusuf dan Humairoh, tapi juga Daffa.

Memang bukan tidak mungkin bisa meraih gelar hafidh di luar pesantren. Tapi tantangannya pasti jauh lebih berat bila dibandingkan di pesantren. Lingkungan yang kurang mendukung dan pandangan "miring" sebagian orang terhadap mereka yang tsiqoh memegang agamanya--termasuk mereka yang berkeinginan menjadi hafidh qur'an, menjadi ujian yang berat. Hal itu juga dialami Daffa di kampung halamannya. Bahkan penghalang terberat justru datang dari tetangga yang rumahnya berada tepat di sebelah rumah orang tua Daffa. Seolah tak bosan-bosannya bu Asri--tokoh antagonis dalam film ini yang diperankan oleh Della Puspita, memandang sebelah mata dan selalu berusaha mengendurkan semangat Daffa untuk menjadi hafidh.

Belum lagi kondisi Humairoh yang terus memburuk. Daffa pun mengetahui keadaan umminya setelah dia mendapati hidung umminya mengeluarkan darah. Humairoh yang tadinya selalu berusaha menyembunyikan sakitnya dari Daffa, serta berpura-pura tegar dan kuat saat di hadapan putranya, akhirnya harus menyerah juga pada sakitnya. Beberapa kali Humairoh harus keluar masuk rumah sakit. 

Keadaan yang tentu saja tidak mudah dihadapi oleh seorang anak, termasuk Daffa. Hal itu cukup membebani pikiran Daffa. Namun di dalam sakitnya, Humairoh tak henti-hentinya terus menyemangati Daffa untuk bisa segera meraih impiannya. Begitu juga dengan Yusuf. Yusuf begitu tegar dan bersemangat dalam memotivasi Daffa. Meski sesungguhnya Yusuf pun tak tega melihat kondisi Humairoh--istrinya, hingga diam-diam terkadang Yusuf pun menitikkan air mata.

Kehadiran dr. Fitri dalam film ini memberikan warna tersendiri. Berbeda dengan karakter bu Asri, empati dr. Fitri terhadap kondisi keluarga Yusuf-Humairo dan Daffa menjadikan dr. Fitri sebagai sosok teman sekaligus tetangga yang patut dicontoh. Sikap empati dan simpati yang ditunjukkan dr. Fitri terpancar dari tutur kata dan perilakunya. Begitu juga dengan kehadiran dua orang tuna netra yang merupakan sepasang ayah dan anak. Pesan Syekh Ali Jaber kepada mereka berdua, serta petuah yang disampaikan sang ayah kepada anaknya yang mengadukan nasib mereka menjadi tuna netra, sangatlah indah.

Begitu beratnya ujian yang harus dihadapi untuk bisa meraih gelar hafidh qur'an yang ikhlas karena Allah semata. Karenanya Allah telah menjanjikan surga bagi para penjaga al qur'an melalui hafalannya. Persis seperti judul film ini, surga telah menanti mereka. 

Ini benar-benar film religi yang patut ditonton. Sangat menginspirasi. Terutama bagi para orang tua yang juga sangat menginginkan anaknya menjadi hafidh qur'an, film ini sangat recommended. Ada banyak pesan-pesan penting dalam film ini yang bisa menjadi suntikan semangat untuk tetap menjaga cita-cita mulia sebagai seorang hafidh qur'an dan atau menjadikan buah hatinya sebagai hafidh qur'an.

Ada pesan-pesan apa saja dalam film ini? Dan bagaimanakah akhir kisah film ini? Berhasilkah Daffa mewujudkan cita-citanya sebagai hafidh? Bagaimana pula dengan kondisi kesehatan Humairoh? Jangan lupa untuk menonton film ini. Ingat, mulai hari ini!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun