Mohon tunggu...
RiuhRendahCeritaPersahabatan
RiuhRendahCeritaPersahabatan Mohon Tunggu... Freelancer - A Story-Telling

Tidak ada cerita seriuh cerita persahabatan (dan percintaan)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Beberapa Jenis Tulisan Butuh Modal dan Perbekalan yang Tidak Sedikit

9 Oktober 2014   01:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:49 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14127689301666411563

Jujur saja, menulis cerita yang enak dibaca dan menarik orang masuk ke dalam tulisan itu tidak mudah! Namun tetap bisa. Hanya saja, butuh proses dan setiap hari mesti menambah minimal satu jenis bacaan baru. Ini yang dinamakan 'modal tulisan'. Seorang teman yang sangat lincah menyusun kata-kata, ternyata rajin membaca dan menonton film, hehe.

Bukan hanya menulis cerita, untuk menulis laporan penelitian setebal 150 halaman tentang sikap sekelompok orang di satu kabupaten di Sulawesi terhadap kehadiran perusahaan tambang, misalnya, saya harus mempersiapkan banyak perbekalan.

Selain berdebat dengan mentor saya soal metodologi dan inti masalah, juga sejumlah uang untuk: tiket pesawat pp Jakarta - Sulawesi, transpor di dalam kota, akomodasi, buku-buku referensi yang tak terhitung banyaknya (mahal pula!), berselanjar di internet selama 2 tahun, biaya uji statistik, pengadaan instrumen penelitian, dan belum termasuk incentif untuk asisten yang membantu melakukan koding data. Saking pusingnya, saya tak mau merinci berapa total biaya dan waktu serta tenaga/pikiran yang sudah dikeluarkan. Untunglah biaya penelitian ini 90%-nya dari sponsor. Tapi imbalannya setimpal. Minimal, sekarang saya tahu bahwa masyarakat yang tinggal di lokasi pertambangan, lebih banyak yang menolak ketimbang sebaliknya. Soalnya, beberapa tahun lalu itu santer terdengar bahwa masyarakat di sana ingin sekali ada perusahaan-perusahaan tambang asing dan nasional masuk ke sana.

***

Seorang Chik Rini*, untuk menulis "Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft" (peristiwa penembakan sipil oleh tentara di Aceh) ia harus melakukan aktivitas ini:


  1. Mewawancarai banyak sumber kunci;
  2. Menonton rekaman-rekaman film yang dibuat oleh wartawan-wartawan televisi tentang peristiwa penembakan sipil oleh tentara;
  3. Membaca Hiroshima karya John Hersey;
  4. Membaca Sembilan Elemen Jurnalisme karya Bill Kovach & Tom Rosenstiel;
  5. Membaca semua teori penulisan jurnalisme sastrawi; dan
  6. Membaca sejumlah novel dan cerita pendek, termasuk Harry Potter.


Laporan setebal 45 halaman yang dikerjakan selama 5 bulan itu dimuat dalam buku Jurnalisme Sastrawi (maaf ya, saya tidak tahu siapa yang menulis buku ini. Tulisan Chik Rini saya terima dalam bentuk fofokopian tanpa referensi ketika mengikuti sarasehan jurnalistik beberapa tahun lalu). Gaya penulisannya mirip fiksi/novel. Kalau sudah membaca buku karangan Budiman Sudjatmiko Anak-anak Revolusi jilid 1 & 2, nah ... seperti itulah gayanya.


Dengan modal (termasuk modal nekad) dan perbekalan yang cukup banyak itu, akhirnya tulisan Chik Rini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dimuat di Kyoto Review. Seandainya tulisan ini dimuat di salah satu media Indonesia misalnya, mungkin bisa kacau, kata Rini dalam Pengantar laporannya.

Namun tentu saja saya tidak menafikan banyak juga tulisan-tulisan menarik yang digarap dengan minim data tapi kaya kosa kata. Jadi, tetap semangat menulis ya ...

[caption id="attachment_346683" align="aligncenter" width="146" caption="Chik Rini"][/caption]

sumber: http://chikrini.blogspot.com, Jurnalisme Sastrawi

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun