Mohon tunggu...
Rita Kum
Rita Kum Mohon Tunggu... Pramusaji - Pramusaji

Perempuang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam Moderat dan Kebhinnekaan Indonesia

23 Maret 2018   09:37 Diperbarui: 23 Maret 2018   09:50 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
silfiahadiana96.wordpress.com

"JadiIslam jangan terlalu ekstrim." "AkuIslam yang biasa-biasa aja deh".Mungkin itu kata-kata yang sering terucap atau kita dengar saat ngobrol sehari-hari atau bahkan saat mencoba merespon fakta sosial politik yang tergambar di media massa, dengan sudut pandang Islam. Islam moderat merupakan isu yang sangat ramai diperbincangkan pada saat ini, mulai dari pengusasa hingga tokoh masyarakat gencar membahas Islam moderat atau Islam Jalan tengah ini.

Islam moderat selalu diopinikan dalam rangka, salah satunya, untuk menjawab tantangan kebhinnekaan di Indonesia, dengan harapan dapat mewujudkan perdamaian di atara keberagaman. Hanya saja, bersamaan dengan semakin gencarnya arus opini Islam moderat, pada saat itu pula terjadi kriminalisasi dan diskriminasi terhadap simbol-simbol Islam, seperti panji Rasulullah, khilafah dan jihad serta pelabelan orang-orang yang tidak sependapat dengan pemikiran tertentu sebagai radikal dan ekstremis.

Hal ini jelas menimbulkan keresahan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Benarkah Islam moderat adalah jawaban dari problematika keberagaman di negeri ini? Bukankah kampanye Islam moderat justru memecah kaum muslimin yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia? Saatnya rakyat harus mulai menumbuhkan sikap kritis dan bijak terhadap upaya-upaya propaganda pecah belah dengan cara tetap konsisten menjalankan Islam dengan identitas yang sebenarnya. 

Islam sebagai agama wasathiyyahyang menjunjung nilai-nilai keterbukaan mestinya menjadi desain besar corak Islam di Indonesia. Kata Cak Nur, "Umat Islam kembali percaya sepenuhnya pada kemanusiaan, yang berimplikasi pada masa depan Islam yang tidak bertentangan pada nilai-nilai kemanusiaan." Implikasi bahwa Islam merupakan agama kemanusiaan berarti Islam percaya sepenuhnya pada harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan. Orang percaya kepada Tuhan dengan makna sesungguhnya akan juga menghormati dan tidak saling membunuh sesama manusia. Mereka tidak lagi mengatakan bahwa yang hidup di luar Islam sebagai "gangguan" atau kafir.

Al-Qur'an juga menjelaskan makna moderat (wasatiyah) dalam surat al-Baqarah ayat 143;

Artinya:Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihanagar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.(Surah Al-Baqarah (2): 143).

Dalam sebuah kesempatan, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB), saat mengisi kajian subuh yang bertajuk "wasatiyah dan fenomena dakwah Islamiyah di Indonesia"yang digelar di Masjid Istiqamah, Bandung, Jawa Barat, menjelaskan, wasatiyahjuga membutuhkan peran-peran dakwah yang berkesinambungan dan kesabaran. "Dakwah itu stamina jangka panjang. Dakwah itu bukan instan, dakwah itu bicara soal perubahan sistematis," kata TGB.@

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun