Mohon tunggu...
Riswandi
Riswandi Mohon Tunggu... Freelancer dan Trader Kripto

Penikmat kopi dan lilin hijau merah.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Anak Bukan Miniatur Dirimu: Hentikan Ambisi yang Tak Pernah Mereka Minta

1 Juli 2025   09:08 Diperbarui: 30 Juni 2025   22:32 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak perempuan yang sedang berselisih paham dengan ibunya (pixabay.com/tylijura)

Aku ingat betul, saat masih SD, aku harus ikut les matematika padahal yang kusukai adalah menggambar. Ibuku bilang, “Kamu harus lebih pintar dari Mama dulu.” Katanya itu demi masa depanku. Tapi makin ke sini, aku sadar: yang kujalani bukan masa depanku, melainkan ambisi masa lalu orang tuaku yang belum selesai.

Kita terlalu sering menjadikan anak sebagai proyek perbaikan diri kita yang gagal. Kita lupa, anak bukan cermin dari masa lalu kita. Mereka punya hak atas kehidupan yang ingin mereka pilih, bukan kehidupan yang kita paksakan.

Saat Anak Dijadikan Cermin Ambisi

Di lingkungan kita, masih sangat umum mendengar kalimat seperti.

"Dulu saya nggak bisa kuliah, kamu harus bisa."

"Saya nggak sempat jadi dokter, kamu yang harus melanjutkan mimpi itu."

Kalimat-kalimat ini terdengar seperti motivasi, tapi sering kali, sebenarnya adalah proyeksi. Ambisi orang tua yang belum tercapai lalu dititipkan pada anak tanpa pernah ditanya: apakah itu benar-benar yang mereka inginkan?

Lama-kelamaan, anak tak lagi punya ruang untuk menjadi dirinya sendiri. Hobi mereka dianggap “tidak berguna.” Kepribadian mereka dibentuk sesuai template “anak ideal” versi orang tua. Mereka didorong, didesak, dan dipoles untuk tampil sesuai harapan, bukan sesuai karakter alaminya.

Anak Bukan Kanvas Kosong

Kita sering lupa bahwa anak bukan kanvas kosong yang bebas kita lukis sesuai warna favorit kita. Mereka datang ke dunia ini dengan karakter bawaan, keunikan, dan potensi yang mungkin tidak kita mengerti. Tapi bukankah tugas orang tua adalah mengenali, bukan mengganti?

Memaksa anak menjadi “miniatur diri kita” memang terlihat seperti bentuk cinta. Tapi sebenarnya, itu adalah bentuk kontrol emosional yang dibungkus niat baik. Kita menyamaratakan “yang terbaik versi kita” sebagai “yang terbaik bagi mereka.”

Padahal belum tentu yang membuat kita bahagia akan membuat mereka bahagia. Apa yang dulu gagal di tangan kita belum tentu akan berhasil di tangan anak, apalagi jika itu bukan pilihan sadar mereka.

Niat Baik, Cara Salah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun