Kita juga perlu jujur: banyak HRD bekerja di bawah tekanan. Satu orang HR bisa menangani ratusan hingga ribuan pelamar. Belum lagi mereka juga harus menangani internal office, kontrak, masalah legal, hingga konflik antar karyawan. Maka, "tidak sempat membalas satu-satu" menjadi alasan yang sering diucapkan.
Tapi di sinilah pentingnya membangun sistem yang manusiawi. Ghosting bukan cuma karena malas, tapi karena sistem rekrutmen memang belum dirancang untuk menghargai setiap pelamar. Bayangkan jika semua sistem rekrutmen sudah otomatis memberikan notifikasi hasil, bahkan jika itu hanya pesan sederhana: "Terima kasih, kami belum bisa melanjutkan aplikasi Anda." Bukankah itu lebih baik?
Solusi: Komunikasi Sederhana yang Menghargai Waktu Orang
Tidak semua HRD harus membalas satu per satu secara manual. Tapi semua HRD bisa:
1. Mengatur auto-reply untuk aplikasi yang masuk.
Setidaknya pelamar tahu bahwa CV mereka diterima sistem.
2. Mengirim template rejection email.
Bahkan pesan standar tetap lebih baik daripada diam.
3. Memberi tenggat waktu realistis saat wawancara.
Misalnya, "Kami akan hubungi maksimal 7 hari kerja," agar kandidat tidak menunggu tanpa kepastian.
4. Menyediakan update singkat jika proses rekrutmen molor.
Tak harus panjang, cukup, "Proses kami masih berjalan, mohon ditunggu." Itu sudah sangat berarti.
5. Buka kanal komunikasi yang adil.
Misalnya lewat form pertanyaan kandidat atau notifikasi melalui WhatsApp bot.
Semua ini tidak memakan waktu banyak, tapi berdampak besar. Tidak hanya untuk para kandidat, tapi juga untuk reputasi perusahaan sendiri.
HRD Idaman Itu yang Menghargai Diam dengan Jawaban
HRD idaman bukan yang paling cepat membalas. Bukan yang paling ramah. Tapi yang tahu bahwa di balik setiap CV, ada seseorang yang sedang berharap. Seseorang yang tidak meminta dikasihani, hanya dimanusiakan. Dan dimanusiakan, kadang cukup lewat satu email penolakan yang sopan.