Semua itu berlangsung hingga kau menyelesaikan kuliahku. Hari ini aku sidang skripsi dan setelah keluar dari ruang sidang aku melihat dia membawa bunga dandileon, memang lucu dia memetik bunga dandelion yang ada di halaman kampus.
"Selamat! ". Katanya sambil mengarahkan bunga dandelion ke arah ku, lalu aku tiup bunga itu. Serbuknya melayang dan menyebar kemana-mana.
"Kamu tau gak kenapa aku kasih bunga itu?? Selain itu bunga favoritmu". Aku menggelengkan kepala tanda tak tahu
"Karena seperti itu lah rasa cintaku dahulu. Mudah goyah namun bisa tumbuh lagi dimana saja". Perkataanya semakin membuaku tak mengeti apa yang ia katakan.
"aku gak ngerti". Kataku ia menunduk lalu memelukku
" Maaf, aku membuatmu sakit kala itu. Aku tahu kamu menyukaiku, aku tau kamu sakit karena aku, aku tau apa yang kamu rasa tapi aku tak pernah menanggapi. Malahan aku berkata bahwa aku mencintai yang lain. Namun nyatanya aku telah mencintai kamu sebelum kamu mencintai aku". Aku diam membisu mendengar itu.
"Kini aku datang lagi, bukan sebagai pengecut yang takut goyah seperti dandelion dan terbang kemana saja untuk tumbuh. Aku tumbuh untuk kamu. Apakah kamu mau hidup bersamaku?".
"Cemal.. ". Aku mengehela nafas
"Sampai detik ini rasaku tak pernah berubah. Aku tetap mencintai kamu. Namun aku tak pantas ada di sisimu. 2 tahun ini kamu meperlihatkan semuanya. Aku malu sangat malu hanya untuk menjadi temannmu saja. Maka carilah yang lebih baik dari aku",
"Bella aku sayang kamu. Kamu yang terbaik, aku yakin itu dan aku percaya itu."
"Jika memang kita di takdirkan bersama maka kita akan bersama. Aku pergi dulu, beri aku waktu untuk kita saling memantaskan. Bila kita di takdirkan bersama aku yakin Tuhan pasti akan mempersatukan kita". Aku pergi meninggalkan dia yang mematung.