Mohon tunggu...
Nurista Purnamasari
Nurista Purnamasari Mohon Tunggu... jurnalis/editor

Perempuan independen yang berpikiran terbuka, suka menulis dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Maluku Utara hingga ke Australia, Upaya Melestarikan Budaya dan Sejarah lewat Hip-Hop ala Presiden Tidore

23 Mei 2025   14:40 Diperbarui: 23 Mei 2025   14:40 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini budaya, tradisi, dan sejarah lokal daerah sedang dalam keadaan yang kritis. Dimana gempuran budaya luar negeri begitu amat kuat dan kencang, hingga membawa fenomena yang luar biasa, khususnya di kalangan anak muda.

Tidak sedikit anak muda yang menggandrungi dan sangat lekat dengan budaya luar tersebut, namun dengan budaya dan tradisi lokalnya sendiri mereka kurang memahami.

Namun, berbeda dengan anak muda asal Tidore, Maluku Utara ini, dia justru menjadikan budaya dan kesenian global sebagai wadah untuk melestarikan dan mengenalkan tradisi, budaya, dan sejarah lokal daerahnya. Dialah Presiden Tidore.

Baca Juga: Manisnya Kolak Diantara Filosofi Spiritual dan Media Dakwah

Mungkin saat mendengar namanya terasa asing, tak banyak yang kenal. Namun, anak muda dari Timur Indonesia ini menjadi salah satu simbol tekad kuat anak muda lokal dalam memajukan wilayahnya, melestarikan tradisi dan budaya di sana. Seorang musisi hip hop berbakat yang karya-karyanya tak lepas dari mengenalkan tradisi, budaya, dan sejarah lokal.

Lagu-lagunya menggunakan bahasa lokal, menceritakan tradisi dan budaya lokal, bagi masyarakat luar Tidore atau Maluku, mungkin kurang paham akan isi lagunya. Namun lagu-lagunya seperti sihir. Meskipun tidak memahami secara menyeluruh isi lagu dan pesan yang ingin disampaikan, namun menyelami lagu-lagunya membuat kita tertegun, tersadar akan luasnya negeri ini. Sadar akan beragamnya bangsa ini. Sadar akan budaya, tradisi, dan sejarah lokal yang begitu berarti bagi bangsa ini.

Begitu besar tekad anak muda dari Timur Indonesia ini, begitu luar biasa upaya mereka untuk mengenalkan dan melestarikan budaya dan tradisi mereka untuk dikenal saudara sebangsanya.

Baca Juga: Jadi Outfit Harian Emak-Emak, Bagaimana Sejarah Daster?

Laki-laki bernama asli Sadam Abdulaziz ini memang lahir di Tidore. Di tanah kelahirannya, budaya dan tradisi sangat dijunjung tinggi dan lestari. Itulah yang membuat hidupnya tumbuh dengan tradisi dan budaya yang kental. Itu pula yang mempengaruhinya dalam berkarya. Hip-hop memang memilihnya, namun dia jadikan hip-hop sebagai alat untuk mengenalkan budaya daerahnya.

Ia menciptakan lagu-lagu yang terinspirasi dari adat dan sejarah Maluku Utara, dengan harapan dapat mengenalkan dan menjaga warisan budaya tersebut kepada generasi muda.

Laki-laki bernama Bams Conoras ini sudah mengenalmusik dari lahir, karena papanya juga seorang pemusik era 90-an, Mansyur A Conoras. Bagi laki-laki kelahiran tahun 1991 ini, kampung halamannya dahulu adalah sebuah negara yang di dalamnya ada Kesultanan Tidore yang menguasai hampir Indonesia Timur dengan nama persatuan Uli Siwa yang kemudian bergabung dengan Indonesia.

Baca Juga: Apa Itu Fast Fashion? Waspada Dampak Buruknya!

Di kampung halamannya, Bams melihat bahwa semua serba tradisional, baik dari tutur bahasa, pola bagunan, busana yang sama dengan orang Persia, cara mengolah makanan, hingga dalam bercocok tanam masyarakatnya masih menggunakan mantra-mantra nyayian. Begitu pula dalam bermusik, baik modern maupun tradisional, tradisi dan budaya terselip disana. Oleh sebab itu, Presiden Tidore memiliki cita-cita dan keinginan untuk melestarikan tradisi dan budaya Maluku Utara lewat musik yang dia cintai, hip-hop.

Menurut laki-laki yang mempelajari ilmu pemerintahan saat kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini, budaya sangat lekat sekali dengan orang-orang Tidore, dia tidak ingin budaya atau sejarah itu hilang. Hal itu menjadikan inspirasinya dalam bermusik. Itulah sebabnya dia membuat lagu untuk menyelamatkan cerita dan sejarah lokal. Dan mengenalkannya kepada masyarakat luas, tak hanya di Maluku Utara, tak hanya di Indonesia, tapi hingga ke luar negeri.

"Karena tidak semua orang suka membaca buku, tapi semua orang pasti senang mendengar musik, makanya saya memilih musik sebagai jalur penyampaian pengetahuan, yaitu hip-hop," ucapnya.

Baca Juga: Hati-Hati! Kecanduan Gadget pada Anak Ternyata Bisa Bikin Stunting

Beberapa lagunya yang mengangkat tentang sejarah dan budaya seperti Hikayat Moloku Kie Raha, yang bercerita tentang proses orang Maluku Utara terbentuk dalam sistem sosial dan terciptanya Kesultanan Moloku Kie Raha, Kesultanan Tidore, Kesultana Jailolo, Kesultanan Bacan, dan Kesultanan Ternate.

Kemudian ada pula lagu Makrifat Cokaiba, sebuah lagu yang unik karena bercerita mengenai Bangsa Fagogoru (orang-orang Halmahera Timur dan Tengah) bagaimana mereka mencintai nabi Muhammad begitu besar walaupun belum berjumpa. Cokaiba sendiri adalah sebuah topeng spritual yang dipakai dalam proses perang karena saking besarnya proses intimadasi ke musuh menjadi sangat menakutkan.

Lalu ada lagu Boki Nukila Vs Colonial. Boki Nukila adalah pemimpin perempuan pertama di Nusatana tahun 1522. Boki Nukila Vs Colonial bercerita mengenai sepak terjang beliau tahun 1522 dalam menegakkan kebenaran dan menjaga wilayah yang dia pimpin.

Baca Juga: Ini 4 Superhero Lokal yang Jadi Idola Zaman Dulu

Bukan hanya lewat karya musiknya Presiden Tidore mengenalkan dan melestarikan tradisi Maluku Utara, gaya berpakaiannya juga tidak lepas dari pakaian tradisional Tidore dan tenun, seperti jas tertutup Manteren Lamo, atasan belah dada, hingga kain tenun yang dia padukan dengan style khas hip-hop.

Perjuangannya dalam mengenalkan tradisi, budaya, dan sejarah kepada masyarakat luas nampaknya seperti menemukan jalan. Presiden Tidore berkesempatan untuk mengenalkan Maluku Utara ke Australia.

Presiden Tidore mendapat undangan dari organisasi Seni Rupa Australia untuk pameran seni rupa. Pada pameran tersebut Presiden Tidore menyuguhkan karya mengenai salah satu lagunya yang berjudul Boki Nukila Vs Kolonial.

Baca Juga: Tradisi Gengsi saat Idul Fitri

Kemudian dia juga diundang oleh KJRI Melbourne untuk mengisi Festival Indonesia Melbourne. Tak hanya itu, Presiden Tidore juga diundang di Universitas Melbourne serta sekolah SMP dan SMA di Australia untuk memberikan kuliah umum tentang budaya Tidore, memperkenalkan budaya Maluku Utara lewat musik juga menenun.

Tak berhenti disana, Presiden Tidore juga masih memiliki misi, ingin mewujudkan harapan para pemuda Tidore yang sejalan dengan Pemerintah Kota Tidore yang saat ini dipimpin Wali Kota Muhammad Sinen serta Sultan Tidore Husein Syah, dimana di Tidore tidak ada emas ataupun nikel, maka para anak-anak muda Tidore harus jadi emas dan nikel itu sendiri untuk memajukan Tidore dari berbagai bidang, baik musik, pertanian, kuliner, dan lain-lain. Dengan keahlian itu maka orang-orang Indonesia maupun luar negeri akan mengetahui keberadaan Tidore, membuat Tidore maju. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun