Mohon tunggu...
Rismanto
Rismanto Mohon Tunggu... Dokter - Residen Anak

Hai, saya Rismanto Saya sementara sedang melanjutkan pendidikan dokter spesialis anak di Universitas Hasanuddin Makassar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melihat Bidang Ilmu Kesehatan Anak dari Kacamata Filsafat Ilmu Pengetahuan

15 Mei 2023   08:06 Diperbarui: 15 Mei 2023   08:18 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan filsafat khusus yang membahas berbagai macam hal yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan. Sebagai filsafat, Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha membahas ilmu pengetahuan secara rasional (kritis, logis dan sistematis), menyeluruh dan mendasar. 

Memahami jalan filsafat merupakan salah satu karakter dalam mendalami kejelasan, kebenaran serta kebijaksanaan. Dengan pemahaman filsafat seseorang akan mempertanyakan pendapat- pendapat yang berkembang tanpa landasan pikiran yang jelas di masyarakat. Pada umumnya filsafat bertujuan membuat orang untuk melepaskan diri dari kebodohan, dengan mempertanyakan pikiran- pikiran yang berkembang secara rasional (kritis, logis dan sistematis).

Menurut Josep Prijotomo (1998) pilihan mengangkat bangunan (rumah panggung) di atas permukaan tanah bukanlah sekedar mengatasi banjir, menghindari kelembaban atau menghindari binatang buas, melainkan mengandung intensi menjaga ekologis bumi agar tidak rusak oleh pondasi. Selain itu semakin banyak tanah yang tertutup oleh bangunan akan membuat tanah sukar menyerap air. Bila dipandang dari sisi filsafat struktur rumah panggung untuk dapat berdiri kokoh membutuhkan landasan yang kuat. 

Sama halnya dengan filsafat ilmu pengetahuan yang dalam kerangka nya tersusun atas 3 landasan utama. Landasan pertama yaitu ontologis, filsafat mendiskusikan tentang ciri khas dari ilmu pengetahuan bila dibandingkan dengan berbagai macam pengetahuan dan kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Secara ontologis juga perlu dipersoalkan tentang lingkup wilayah kerja ilmu pengetahuan sebagai objek dan sasarannya, serta perlu diketahui tentang target dari kegiatan ilmu pengetahuan yang ingin diusahakan serta dicapainya. 

Landasan epistemologis memberikan dasar pembahasan tentang cara kerja ilmu pengetahuan dalam usaha mewujudkan kegiatan ilmiah. Disini akan dijelaskan langkah- langkah, metode- metode ilmu pengetahuan, dan sarana yang relevan dengan sasaran serta target kegiatan ilmiah yang dilakukannya. Berikutnya landasan aksiologis menjadi dasar pembahasan untuk menemukan nilai- nilai yang terkait dalam kegiatan ilmiah. Selain nilai kebenaran, perlu disadari adanya berbagai nilai kegunaan yang dapat ditemukan dalam ilmu pengetahuan sebagai implikasinya.

Bidang ilmu Kesehatan Anak merupakan ilmu pengetahuan yang memfokuskan pada tercapainya kesehatan anak. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 mendefinisikan "Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Artinya adanya upaya- upaya dalam pencapaian kesehatan optimal pada individu yang dimulai dari implantasi uterine hingga berusia 18 (delapan belas) tahun. Upaya kesehatan yang dimaksud harus terpenuhi secara komprehensif dan terukur. Seorang anak harus bisa terpenuhi kesehatannya baik secara fisik maupun mental (psikis).

Aksiologi sebagai landasan filsafat ilmu, berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu akses yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai. Aksiologi di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian akan nilai khusus etika. 

Dikutip dari Surajiyo (2007), aksiologi adalah nilai- nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan pendalaman serta penerapan ilmu. Aksiologi sendiri dibagi 3 bagian menurut Bramel yakni tindakan moral (moral conduct), ekspresi keindahan (esthetic expression), dan kehidupan sosial-politik (social-political life).

Dalam bidang ilmu kesehatan anak, landasan aksiologi berkaitan dengan bagaimana seorang dokter anak dapat memberikan pelayanan dengan tindakan moral tinggi bagi anak- anak yang dirawat sebagai tanggung jawab profesi. 

Dengan moral tinggi yang dijunjung oleh seorang dokter anak dalam pelayanannya dapat memberikan luaran kesembuhan bagi anak- anak yang berimplikasi pada kesehatan mental keluarga yang memiliki harapan dan cita- cita akan kesehatan anak mereka. Sejatinya dengan tanggung jawab profesi seorang dokter anak akan berusaha mencari yang terbaik bagi kesembuhan anak- anak yang dirawat dengan cara terus memperbarui ilmu pengetahuan yang dimiliki dan menghindari sifat rasa puas yang akan menimbulkan sikap malas dalam mencari kebenaran-kebenaran akan permasalahan yang ada.

Seorang dokter anak harus bisa menjadi sandaran bagi orang tua, terutama bagi orang tua yang anaknya memiliki masalah kesehatan. Karena demikian proses menuju menjadi dokter anak dimulai dari pembentukan karakter yang mencakup attitude. Menurut La Pierre, attitude adalah pola perilaku tendensi atau kesiapan diri seseorang tersebut dalam melakukan adaptasi, termasuk juga dalam menyesuaikan diri. Sedangkan menurut  Syamsuddin attitude adalah hasil dari respons dari stimulus yang didapatkan. 

Dimana ada saling mempengaruhi dan saling menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Hal sama juga perlu dimiliki seorang dokter anak, dapat beradaptasi dengan lingkungannya, cepat menyesuaikan diri tanpa menimbulkan penolakan yang dapat memicu respon stimulasi negatif. 

Misalkan, dalam mendengar keluh kesah orang tua yang dalam proses pengasuhan tumbuh kembang anaknya yang dipenuhi dengan hal -- hal berbau non medis atau mitos, seorang dokter anak harus bisa menjadi pendengar yang baik, tidak bersifat menghakimi. Dokter anak harus dapat menjadi mediator yang baik, dengan cara memberikan pemahaman- pemahaman secara rasional kepada orang tua, yang pastinya memiliki dasar teori yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu/ teori). Telaah epistemologis merupakan cabang dari filsafat ilmu yang berurusan dengan hakikat, teori dan ruang lingkup bagaimana proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh ilmu pengetahuan, berdasarkan landasan bukti ilmiah, serta perkembangan ilmu kedokteran secara umum dan terkhusus pada cabang ilmunya. Dari segi pandang epistemologi dalam bidang ilmu kesehatan anak adalah bagaimana proses ilmu itu dicapai. 

Sejatinya pendidikan kedokteran bersifat belajar sepanjang masa (longlife learning) melalui berbagai metode pendidikan kedokteran berkelanjutan baik melalui simposium maupun workshop yang dapat dilakukan secara tatap muka (luring) maupun jarak jauh (during).  Penerapan epistemologi dalam bidang keilmuan terkhususnya bidang ilmu kesehatan anak diharapkan adanya proses pembaruan- pembaruan teori ilmiah yang dapat memberikan luaran pelayanan kesehatan anak yang lebih baik, serta dapat menekan mitos atau tahayul yang berkembang di masyarakat tentang kesehatan anak.  

Ontologi sebagai kajian spesifik yang menjawab hakekat suatu ilmu dan membahas tentang apa yang ingin diketahui. Peran ontologis sebagai pengembangan ilmu, asumsi dasar ilmu dan konsekuensi penerapan ilmu. Dalam menangani masalah secara ilmiah, ontologis sebagai sarana ilmiah yang menerapkan prosess konsistensi ekstensif dan intensif dalam pengembangan ilmu. Kajian ontologis dapat diuji oleh indera manusia, masih dalam jangkauan pengalaman manusia dan objeknya bersifat empiris dapat berupa material, seperti ide- ide, nilai dan manusia itu sendiri.

Ontologi dalam Bidang Ilmu Kesehatan Anak yaitu tentang Anak. Dalam ontologi Anak yaitu menggunakan realitas tentang seseorang yang dikategorikan berusia dibawah 18 tahun. Terdapat gambaran dan pikiran yang membuat kita mengenali seorang anak. Tidak peduli bagaimana karakter seorang anak, tidak peduli berapapun ukurannya, warna kulit dan fisiknya yang berbeda- beda, anak tetaplah seorang anak yang cara pendekatanya berbeda dalam dengan pendekatan orang dewasa. Dalam penerapanya berapapun jumlah pasien anak yang kita rawat, jangan pernah membedakan perlakuan kita apalagi mengkategorikan anak berdasarkan ekonomi sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun