Mohon tunggu...
risma avrila putri
risma avrila putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas airlangga

halo, perkenalkan nama saya adalah risma avrila putri. saya merupakan mahasiswa semester 2 universitas airlangga. saya memiliki hobi menulis dan ingin mengembangkan tulisan tulisan saya agar bisa di publish atau dimuat di media massa, terimakasih.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Dongkrek, Kesenian Khas Madiun Pengusir Pagebluk di Era Modernisasi

29 November 2022   21:30 Diperbarui: 29 November 2022   23:48 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Modernisasi merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi masyarakat, karena proses tersebut mencakup bidang-bidang yang sangat luas yang menyangkut proses disorganisasi, masalah-masalah sosial, konflik antar kelompok, hambatan-hambatan terhadap perubahan, dan lain sebagainya. 

Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan yang lebih maju, berkembang, dan Makmur (Rosana and Dalam, 2015).

Di era modern ini banyak kebudayaan masuk sehingga menyebabkan hilangnya esensi dari kebudayaan asli di suatu daerah tersebut. Eksistensi dari kebudayaan dan kesenian suatu daerah bergantung pada masyarakat nya karena persebaran kebudayaan maupun kesenian berada pada masyarakat itu sendiri yang memiliki sifat antusiasme dalam pelestarian kebudayaan. 

Maka apabila generasi muda di jaman modernisasi ini mulai enggan untuk mempertahankan kebudayaan asal, terkikisnya nilai nilai kebudayaan dan beragam manfaat akan mulai luntur seiring dengan berkembangnya waktu.

Dalam berkebudayaan manusia tentu nya saling membutuhkan satu sama lain. Kebudayaan yang erat pada masyarakat tidak bisa berjalan secara perorangan karena dibutuhkan massa yang banyak agar kebudayaan itu kian eksis. Dongkrek adalah salah satu kesenian tradisional di wilayah Madiun. Lebih kurang pada tahun 1867 di daerah caruban, yang sekarang terkenal dengan nama wilayah Mejayan.

Kesenian dongkrek ini dimulai ketika itu wilayah Kademangan Caruban dipimpin oleh Raden Ngabehi Lo Prawiradipura yan pada saat itu menjadi Demang yang membawahi lima Desa. Ketika itu warga caruban / Mejayan sedang menderita Pageblug atau wabah penyakit yang sangat dasyat. Warga yang pagi sakit sore mati, sore sakit pagi mati. 

Keadaan seperti itu membuat gundah dan menderita hati Raden Ngabehi Lo Prawiradipura. Guna mencari sebab dari bencana yang menimpa masyarakat Mejayan, beliau melakukan semedi/Tapa Brata berupaya meminta bantuan dan petunjuk dari Tuhan (Affandi, 2018).

Dongkrek pada masyarakat madiun dipecaya hingga saat ini untuk mengusir makhluk jahat dengan kesenian yang diidentikkan pada kostum genderuwo berbadan besar dan seorang kakek yang membawa tongkat serta memakai pakaian adat jawa yang diikuti oleh penari penari yang menggunakan kebaya.

Tarian ini sering dilakukan pada saat covid melanda kota madiun, banyak masyarakat melakukan tarian ini hampir setiap malam untuk mengusir makhluk halus yang mengganggu masyarakat sekitar ketika pagebluk.

Pelaku di kesenian dongkrek ada 6 jumlahnya, yaitu 3 peraga genderuwo, 2 peraga wanita dan 1 peraga orang laki-laki tua (Mbah Kung) Menceritakan ketika jaman dahulu masyarakat Mejayan yang dilambangkan oleh sesosok wanita 2 orang, yang sedang disiksa oleh genderuwo sebanyak 3, itu adalah sebagai lambing wabah penyakit / pageblug. 

Pada saat akan dimansa oleh genderuwo, munculah sesosok orang tua (mbah Kung) yang memakai tongkat /teken (bahasa jawa) Selanjutnya terjadilah perang.

Pada akhir cerita, gandaruwo kalah dan bertekuk lutut dan selanjutnya digiring keluar dari wilayah Mejayan. Kesenian Dongkrek yang bersifat kreasi seni (kreatif ) sebagai kesenian rakyat yang tidak sakral, tidak ada kemenyan, tidak ada persyaratan dari keturunan palang Ngabehi Loh Prawirodipoero "Palang Mejayan", dengan iringan musik yang lebih ramai. Dongkrek ini masih ada arak-arakannya dan melibatkan masyarakat untuk bergabung dan menari (Alfiati, 2017: 185-186).

Interaksi yang sudah berlangsung lama tersebut, membuat pemain lebih memahami mengenai kesenian dongkrek secara objektif yang berbeda dengan pemahaman awalnya sehingga akan tercipta pemahaman ganda. Ketiganya memiliki peranan yang sama penting. Ikon mempunyai kekuatan perayu, sementara indeks dapat dipakai untuk memahami perwatakan tokoh, dan simbol berfungsi untuk penalaran, pemikiraan, dan pemerasaan dalam teks fiksi (Diana, 2016: 123).

Hal ini terbukti bahwa kebudayaan pada masyarakat madiun masih sangat bermanfaat hingga saat ini yang berarti mereka masih memegang erat kebudayaan kebudayaan yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Kesenian ini sejalan dengan teori Malinowski yang beranggapan bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu terdapat. 

Kepercayaan masyarakat tentang dongkrek ini bisa dilihat dari kesadaran mereka untuk selalu mengembangkan kebudayaan asal mereka dengan cara melestarikan nya supaya nilai nilai yang ada di dalamnya tidak hilang terkikis oleh waktu.

Terdapat urgensitas dalam persebaran kebudayaan ini diantara nya menjadi kebudayaan yang bermanfaat bari penganut kebudayaan tersebut dan apabila kebudayaan tersebut dilestarikan terus menerus akan menjadi ciri khas pada kota tersebut. Hingga saat ini dongkrek masih bisa ditemui di kota madiun khusus nya di daerah mejayan yang merupakan daerah asal dari dongkrek tersebut dan dongkrek sendiri masih digunakan Ketika ada wabah penyakit yang ganas seperti covid-19.

Sampai saat ini masyarakat madiun masi melestarikan kesenian dongkrek. Terlihat dari antusiasme sekolah di madiun salah satu nya pada sekolah sekolah yang masih mengadakan Latihan dongkrek untuk kegiatan entah itu perlombaan maupun karnaval yang diadakan di lingkungan setempat. 

Eksistensi dongkrek pada masyarakat madiun masih terasa hingga saat ini dengan kepercayaan berupa pengusiran mahluk halus bisa menjadikan kesenian itu bertahan hingga saat ini dan diharapkan masyarakat bisa terus mengembangkan serta mempertahakan kesenian dongkrek hingga di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun