Salah satu tantangan utama dalam penanganan gizi buruk adalah kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya gizi seimbang dan pencegahan stunting. Banyak orang tua, khususnya ibu, belum memahami konsep dasar gizi, pemberian makanan pendamping ASI yang tepat, serta dampak jangka panjang dari kekurangan gizi. Kondisi ini menjadi alasan mengapa peran edukatif perawat komunitas sangat dibutuhkan, khususnya dalam meningkatkan kesadaran dan pengetahuan keluarga mengenai pentingnya asupan gizi yang cukup dan seimbang pada masa awal kehidupan anak. Peran promotif yang dilakukan oleh perawat komunitas meliputi penyuluhan gizi, edukasi tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dan makanan bergizi, serta pelatihan bagi kader posyandu untuk melakukan pemantauan tumbuh kembang anak secara rutin. Selain itu, perawat juga mendorong masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat yang berkaitan erat dengan status gizi anak. (Agri et al., 2024)
Di sisi lain, upaya preventif dilakukan melalui imunisasi dasar, pemberian vitamin dan suplemen seperti vitamin A serta yodium, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala di posyandu dan kunjungan rumah. Dalam rangka meningkatkan efektivitas peran tersebut, perlu dilakukan optimalisasi peran perawat komunitas melalui strategi yang terarah. Pertama, peningkatan kapasitas perawat melalui pelatihan berkelanjutan dalam bidang gizi anak dan komunikasi kesehatan. Kedua, membangun kolaborasi lintas sektor dengan puskesmas, dinas kesehatan, tokoh masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat agar intervensi yang dilakukan menjadi lebih menyeluruh dan berkelanjutan. Ketiga, pemanfaatan media digital sebagai sarana edukasi yang lebih luas dan menjangkau kalangan ibu muda yang lebih akrab dengan teknologi. Keempat, inovasi kegiatan posyandu seperti kelas ibu balita, praktik pemberian MP-ASI sehat, serta forum diskusi orang tua yang dipandu oleh tenaga kesehatan. (Fabanyo, 2022)
Apabila peran perawat komunitas dapat dioptimalkan secara efektif, maka berbagai dampak positif dapat diharapkan. Di antaranya adalah penurunan angka stunting dan wasting secara signifikan, peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai gizi anak, serta pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) khususnya pada pilar kesehatan dan ketahanan pangan. Selain itu, anak-anak yang tumbuh dengan status gizi baik akan memiliki peluang lebih besar untuk berkembang secara optimal, berprestasi di dunia pendidikan, dan berkontribusi positif bagi bangsa di masa depan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perawat komunitas memiliki peran kunci dalam mewujudkan kesehatan agregat balita melalui pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi. Optimalisasi peran tersebut bukan hanya menjadi tugas tenaga kesehatan semata, melainkan juga membutuhkan dukungan dari seluruh komponen masyarakat agar tujuan besar, yakni generasi Indonesia yang sehat dan unggul, dapat benar-benar terwujud.
Kesimpulan
Masalah gizi pada balita, khususnya stunting, merupakan tantangan serius yang berdampak besar terhadap kualitas sumber daya manusia di masa depan. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi dan menunjukkan perlunya penanganan yang lebih komprehensif. Dalam hal ini, perawat komunitas memegang peranan penting melalui pendekatan promotif dan preventif yang terfokus pada edukasi, pemantauan tumbuh kembang, serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat.
Optimalisasi peran perawat komunitas menjadi langkah strategis untuk meningkatkan status gizi balita, yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan derajat kesehatan agregat komunitas secara keseluruhan. Dukungan pelatihan, kolaborasi lintas sektor, inovasi kegiatan posyandu, serta pemanfaatan media digital dapat memperkuat efektivitas intervensi yang dilakukan. Dengan kolaborasi yang sinergis antara tenaga kesehatan dan masyarakat, diharapkan akan lahir generasi anak Indonesia yang sehat, cerdas, dan siap bersaing di era global.
Â
Daftar Pustaka
Agri, T. A., Ramadanti, T., Adriani, W. A., Abigael, J. N., Setiawan, F. S., & Haryanto, I. (2024). Menuju pertumbuhan seimbang dalam tantangan SDGs 2 dalam penanggulangan kasus stunting di Indonesia. National Conference on Law Studies (NCOLS), 6(1), 128--144.
Anggraini, N. V., Suratmini, D., Wahyudi, C. T., & Rahmanti, S. S. (2025). Hubungan Tingkat Pengetahuan Makanan Bergizi Dan Pendidikan Ibu Dengan Sikap Dalam Upaya Pencegahan Stunting Pada Balita Di Rw. 011 Kelurahan Pejaten Timur. Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA, 11(1), 79--87.