Mohon tunggu...
Riski Septiawan
Riski Septiawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Silent reader yg ndableg

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ternyata Tak Hanya PKS, Jokowi Juga Pernah Copas!

28 Mei 2013   21:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:53 2958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13697671041055567179

[caption id="attachment_264243" align="aligncenter" width="546" caption="Ilustrasi/ Admin (kompas.com)"][/caption] Kisruh, kompasiana kisruh masalah copy paste. Kali ini nuansa temanya cukup berbeda dengan tema sapi dan pustun tempo hari yang mbulet dan melebar kemana-mana. Tema kisruh kali ini cukup simpel: “apakah pkspiyungan melakukan ketidaketisan dengan mencantumkan tulisan orang lain dari website lain di website pkspiyungan.org?”

Berbagai macam jawaban dan analisa terhadap rumusan masalah diatas agaknya sudah cukup banyak, baik dari pihak pembela situs organisasi pkspiyungan.org, maupun dari yang mengkritiknya, hanya saja mereka selalu berbeda dari ujung pangkalnya. Pendukung pkspiyungan berpendapat:

1.Mereka sudah melakukan kaidah yang tepat dengan mencantumkan sumber ketika mengutip (lebih tepatnya adalah menyalin) artikel dari website lain, dan sharing ide, artikel, tips, dll, adalah sebuah keniscayaan dan kewajaran dalam dunia maya.

2.Mereka juga mengatakan bahwa pkspiyungan.org merupakan blog atau website pribadi dimana pendiri dan pengelolanya adalah personal, yang kebetulan adalah kader pks di daerah piyungan. Sehingga, menyalin artikel apapun masih boleh karena tidak mengandung unsur komersil.

Satu-satunya celah kesalahan pkspiyungan adalah sisi komersilnya, mereka beranggapan jika sisi komersilnya dihilangkan, maka mereka akan memiliki pertahanan argumentasi yang sangat kuat tak terkalahkan.

Apakah pkspiyungan.org merupakan blog pribadi?? Ulasan dari bung harja saputra sudah mewakili suara yang menyatakan bahwa pkspiyungan bukanlah blog pribadi, melainkan website pemasaran, website politis, website komersil, website ideologis dari sebuah partai suci bernama PKS.

Jokowi juga pernah “copas

Mungkin banyak yang masih ingat peluncuran website Jakarta baru oleh tim sukses jokowi-ahok pada masa kampanye pilkada DKI lalu. Website Jakarta Baru tersebut salah satunya berisi tentang testimony-testimoni tokoh dan masyarakat terhadap jokowi-ahok. Dari sekian banyak testimony, tampak testimoni dari ketua KPK Abraham Samad dan Presenter kondang Najwa Shihab, yang kemudian mereka berdua melayangkan protes kepada pihak Jokowi Ahok untuk segera menghapus testimony mereka dari website Jakarta baru.

Sebenarnya, jika ikut argumentasi pembela pkspiyungan, maka tak ada kesalahan yang diperbuat tim sukses Jokowi ahok, testimony tersebut orisinil, asli, dan bisa dilacak lewat mbah gugel. Testimony tersebut juga mencantumkan nama Samad dan Najwa.

Tapi karena website tersebut bersifat politis yang juga dimaknai komersil, maka mencantumkan testimony tersebut secara etika politik juga harus seijin pemilik testimony. Meskipun testimoninya bermakna obyektif, dan walaupun orisinil terbukti pernah keluar dari lisan pemilik testimony, jika langsung comot dan tempel di situs politis komersil, tetap tidak sesuai etika politik.

Ini ranah etika politik, tidak etis menggunakan testimony orang lain yang bukan bagian dari partai tersebut sebagai alat pemasaran tanpa diketahui dan diijinkan oleh orang yang bersangkutan. Sebagaimana tidak etis pula menjadikan KH Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan sebagai sarana pemasaran partai (dalam iklan bertema “guru bangsa”) yang jelas-jelas bertolak belakang dengan jalan dakwah PKS, yang selalu menyerang NU dan Muhamaddiyah karena berseberangan.

Perbedaan sikap antara PKS dan Jokowi tentang “copas”

Kembali kepada permasalahan testimony tanpa ijin yang terlanjur nagkring di website Jakarta baru. Ternyata jokowi bereaksi cepat dan segera menyadari kekeliruannya, sehingga langsung memerintahkan timnya untuk segera menghapus testimony Samad dan Najwa. Jokowi tidak mbulet membela diri, tidak defend dengan segala alasan, malah sebaliknya bersikap ksatria dan sangat gentle mengakui kesalahan serta meminta maaf kepada pihak Samad dan Najwa. Endingnya, semua menang, website Jakarta baru jadi trending topic di media massa, jokowi ahok dapat citra ksatria dan gentle, Najwa dan Samad dapat yang diinginkan, semuanya berakhir dengan manis.

Entah apa yang ada dalam benak konseptor komunikasi politik PKS, berkali-kali mendapatkan kesempatan untuk menang dalam pertarungan isu, tetapi malah menyia-nyiakan momentum dan malah ribut membela diri, bukan citra ksatria yang didapatkan, tetapi citra ingin menang sendiri, citra antikritik, citra ngeyel, citra sombong, namun yang paling melekat pada PKS mungkin adalah citra tidak etis dan machiavelli. Tentu, semua citra buruk PKS di kompasiana ini merupakan tanggung jawab dari konseptor komunikasi politik PKS, yang tak bisa mengendalikan komunikasi politik dari cyber armynya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun