Mohon tunggu...
Riska Gustiani 121222029
Riska Gustiani 121222029 Mohon Tunggu... Jurusan S1 Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Dian Nusantara - Mata Kuliah Teori Akuntansi - Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo, M. Si.Ak

Mahasiswi Akuntansi di Universitas Dian Nusantara. Tertarik pada isu keuangan, bisnis, dan pengembangan diri melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Income and Capital Theory

15 Oktober 2025   23:00 Diperbarui: 15 Oktober 2025   23:03 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
Bab ini menjelaskan bahwa teori akuntansi tidak hanya berfungsi untuk mencatat transaksi, tetapi juga harus mampu menjelaskan hubungan konseptual antara income (pendapatan) dan capital (modal) sebagai dua pilar utama sistem akuntansi. Pengukuran laba dalam akuntansi tidak bersifat netral; ia merefleksikan pilihan teoretis dan nilai institusional. Misalnya, apakah laba mencerminkan efisiensi operasi atau perubahan nilai ekonomi. Wolk, Tearney, dan Dodd mengembangkan struktur akuntansi dengan dasar postulat, prinsip, dan konsep yang kemudian diterapkan dalam pengukuran pendapatan dan modal. Pendekatan ini memastikan teori akuntansi tidak berhenti pada praktik, tetapi memiliki fondasi filosofis dan epistemologis yang kuat.
Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
Konsep modal dan pendapatan berakar dari praktik akuntansi abad ke-15 pada masa Luca Pacioli. Capital awalnya dipandang sebagai investasi pemilik, dan income dianggap sebagai selisih antara kekayaan awal dan akhir periode. Tujuan utama saat itu adalah pertanggungjawaban (stewardship), bukan penilaian kinerja ekonomi. Laba dihitung agar pemilik dapat mengetahui apakah modalnya dikelola dengan baik. Ketika ekonomi berkembang menjadi kapitalisme industri, laba berubah maknanya menjadi ukuran efisiensi produksi dan nilai tambah. Inilah titik awal lahirnya konsep modern tentang income dan capital dalam teori akuntansi.
Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
John Hicks mendefinisikan economic income sebagai jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi tanpa mengurangi kekayaan awal mendasari konsep maintained capital. Edwards & Bell memperluasnya dengan konsep business income, di mana laba mencerminkan perubahan nilai ekonomi aset, bukan sekadar transaksi historis.Kedua pemikir ini menggeser fokus akuntansi dari pencatatan transaksi menuju penilaian nilai ekonomi. Mereka memperkenalkan ide bahwa laba sejati adalah perubahan net worth yang mempertahankan modal, sehingga konsep capital maintenance menjadi fondasi bagi teori laba kontemporer. 
Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025

Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, akuntansi bergeser dari fungsi pengawasan menuju pengukuran kinerja. Pertumbuhan perusahaan industri dan pasar modal menuntut informasi laba sebagai ukuran efisiensi dan keberlanjutan usaha. Lahir konsep financial capital maintenance dan physical capital maintenance: Modal finansial terjaga bila nilai moneter tetap dan Modal fisik terjaga bila kapasitas produksi tidak menurun. yang mendefinisikan modal menentukan bagaimana laba diukur.

Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
Era pasca-1970 menandai pergeseran dari transaction-based accounting menuju value-based accounting. Inflasi tinggi dan pertumbuhan pasar modal membuat biaya historis dianggap tidak relevan, investor menuntut nilai yang mencerminkan kondisi ekonomi nyata. Akuntansi modern mulai menggunakan fair value, di mana aset dan kewajiban dinilai berdasarkan harga pasar kini. Namun, muncul dilema antara relevance (relevansi) dan reliability (keandalan). Wolk, Tearney, dan Dodd menegaskan bahwa transisi menuju fair value accounting bukan hanya perubahan teknis, tetapi juga pergeseran epistemologis dalam cara akuntansi memahami realitas ekonomi. Pendekatan berbasis transaksi (transaction based accounting) menekankan kepastian dan objektivitas karena laba diukur dari peristiwa yang dapat diverifikasi. Namun, perkembangan pasar keuangan global menuntut informasi yang lebih relevan dan prediktif. Oleh karena itu, pengukuran nilai wajar dianggap lebih mampu menggambarkan posisi ekonomi aktual entitas. Tantangannya muncul dalam bentuk ketegangan antara relevance dan reliability, apakah laporan keuangan seharusnya mencerminkan nilai "yang benar"atau nilai "yang dapat dibuktikan."
Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025

Dalam konteks abad ke-21, teori akuntansi memasuki tahap integratif, di mana modal tidak lagi hanya bermakna finansial, tetapi juga mencakup dimensi manusia, sosial, dan lingkungan. Pendekatan ini dikenal sebagai multi-capital approach, yang menjadi dasar bagi laporan Integrated Reporting (IR) dan praktik Sustainability Accounting. Wolk dan koleganya menyoroti bahwa laba kini harus diinterpretasikan sebagai refleksi kontribusi perusahaan terhadap keberlanjutan jangka panjang, bukan sekadar profit tahunan. Artinya, keberhasilan ekonomi harus diseimbangkan dengan tanggung jawab sosial dan ekologis agar informasi akuntansi relevan dengan prinsip stakeholder accountability dan etika korporasi modern.

Makna capital kini meluas menjadi financial, human, social, dan natural capital. Akuntansi tidak lagi sekadar mencerminkan keuntungan finansial, tetapi juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. Melalui Integrated Reporting (IR), ESG metrics, dan Sustainability Accounting, laba kini juga dilihat sebagai kontribusi terhadap masyarakat dan ekosistem.

Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
Tabel sintesis membandingkan makna capital dan income dari era pra-industri hingga kontemporer. Untuk menunjukkan bahwa konsep laba berevolusi mengikuti perubahan nilai sosial dan sistem ekonomi. Setiap periode menonjolkan orientasi filosofis:
  • Pra-Industri: stewardship
  • Klasik: efisiensi ekonomi
  • Modern: relevansi pasar
  • Kontemporer: etika dan keberlanjutan.

Perbandingan lintas periode ini membantu memahami bahwa makna laba bukanlah absolut, melainkan konstruksi sosial yang berubah mengikuti perkembangan sistem nilai. Evolusi ini juga menegaskan peran teori akuntansi sebagai cermin perubahan rasionalitas manusia dari sekadar menghitung kekayaan menjadi menilai makna ekonomi dan sosial di balik angka.

Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025

Bab ini menelusuri hubungan antara perkembangan logika filsafat dan teori akuntansi. Karena setiap bentuk logika deduktif, empiris, positivistik, dan kritis-mempengaruhi cara kita memahami laba dan modal. Dari deduksi Aristotelian hingga logika kritis modern, akuntansi telah berkembang dari sistem rasional menuju sistem reflektif yang mempertimbangkan nilai sosial.

Hal ini menegaskan bahwa akuntansi tumbuh bersama perkembangan ilmu pengetahuan. Setiap paradigma logika deduktif, empiris, positivistik, hingga kritis-memberi cara baru untuk memahami realitas ekonomi. Karena itu, akuntansi disebut sebagai "ilmu sosial terapan"yang menyeimbangkan antara kebenaran logis, bukti empiris, dan nilai kemanusiaan dalam pelaporan keuangan. 

Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
Logika klasik (Aristotelian) menekankan deduksi dari prinsip umum ke kasus khusus, sedangkan logika empiris (Bacon, Mill) menekankan pengujian kebenaran melalui observasi dan pengalaman. Dalam konteks akuntansi, keduanya menjadi dasar cara berpikir dalam membangun teori dan praktik pelaporan keuangan. Logika klasik berperan dalam pembentukan asumsi dasar seperti going concern dan monetary unit, yang menjaga konsistensi rasional akuntansi. Sementara logika empiris menjadikan akuntansi bersifat praktis dan berbasis bukti-teori akuntansi terbentuk dari pengamatan praktik bisnis nyata. Kedua pendekatan ini saling melengkapi. Deduksi menjamin kejelasan konseptual, sedangkan induksi empiris menjamin relevansi praktik. Misalnya, historical cost accounting diterima luas bukan karena teori abstrak, tetapi karena terbukti andal dalam dunia nyata. 

Logika klasik memberi struktur rasional, sementara logika empiris memberi legitimasi praktis pada akuntansi. Keduanya menjadikan akuntansi sebagai ilmu yang memiliki dua kaki: teori yang sistematis dan praktik yang teruji. Keselarasan antara keduanya menjaga keseimbangan antara kebenaran konseptual dan realitas ekonomi. 

Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025

Logika positivistik menekankan pengukuran yang objektif, terverifikasi, dan bebas nilai, sementara logika kritis (Mazhab Frankfurt dan hermeneutik) berupaya menilai makna sosial dan moral di balik angka. Positivisme melahirkan akuntansi modern berbasis transaksi dan bukti (observable transactions), sedangkan pendekatan kritis muncul sebagai respons terhadap keterbatasan positivisme yang mengabaikan aspek nilai, etika, dan dampak sosial dari pelaporan keuangan. Akuntansi kemudian menggabungkan keduanya: financial capital maintenance menekankan verifikasi objektif, sementara fair value dan sustainability reporting menilai relevansi dan tanggung jawab sosial. Gabungan dua logika ini memperluas cakupan akuntansi. Kini, pelaporan keuangan tidak hanya menjawab pertanyaan "berapa laba yang diperoleh?", tetapi juga "apa makna sosial di balik angka itu?". Sehingga, akuntansi menjadi sarana refleksi etis atas praktik ekonomi global yang kompleks dan saling bergantung.

Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025
Modul Dosen: Prof Apollo, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nusantara 2025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun