"Anin, sekarang udah jam 5. Udah waktunya kamu pulang,"kata seniorku di toko, Kak Sofia.
Aku yang sedang menulis cerita anak untuk di muat di koran hari minggu langsung membereskan alat tulisku. Tidak terasa jam pulang sudah tiba. Ternyata aku lagi-lagi lupa melihat jam. "Aku balik, ya, Kak. Makasih udah ngasih tau,"kataku sambil membereskan alat makan yang tadi aku pakai.
"Sama-sama,"jawab Kak Sofia ramah.
Setelah mencuci bersih piringku, aku mengambil tas lalu keluar dari toko. Kamar kos milik Pak Etekku yang aku tempati ada di pasar pelita, berdekatan dengan rumah sekaligus warung kopi miliknya. Aku bisa tinggal gratis di sana karena Pak Etekku enggan menerima uang, karena itu hanya makan sehari-harilah yang harus aku pikirkan. Itu pun kadang aku masih diberi kadang-kadang.
Kos-kosan masih sepi saat aku pulang, terasa agak mengherankan. Padahal biasanya setiap sore penghuni yang lain berebut ingin mandi. Ah, ya. Sekarang awal bulan. Mereka pasti sibuk menghabiskan gaji sekarang. Beda denganku yang masih harus menunggu 1 hari lagi sebelum gajian.
Aku masuk ke kamarku lalu menghidupkan kipas angin sebelum berbaring di spring bed tanpa ranjang fasilitas kos. Hari ini tidak terlalu melelahkan. Pelanggan tidak ramai dan aku bisa banyak bersantai. Aku memejamkan mata. Tidur sebentar rasanya tidak apa-apa. Nanti malam aku akan memilih makanan untuk disantap, sebuah kemewahan yang tidak akan aku dapatkan jika aku tetap di kampung dan tidak bekerja. Berada di kota ini merupakan hal yang harus aku syukuri.
HP-ku berdering nyaring, membuat tidurku terusik. Dengan mata sepat aku mencari benda itu di tas kerjaku. Nama adikku terpampang di layar, membuatku langsung menerima panggilan itu. Ini kali ke dua aku di hubungi keluarga bulan ini. "Assalamualaikum,"ucapku.
"Waalaikum salam, Nak. Bagaimana kabarmu?"tanya suara Ibuku.
"Baik, Bu."
"Bagaimana kerjaan? Lancar?"
"Alhamdulillah, Bu."