Mohon tunggu...
Riska Aulia Azzahro
Riska Aulia Azzahro Mohon Tunggu... NIM : 22104080030 Mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Kalijaga

NIM : 22104080030 Mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Seni

Inovasi Budaya : Tari Dayak sebagai Penyambut Penumpang

23 Juni 2025   15:59 Diperbarui: 23 Juni 2025   14:21 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan terus berupaya menghadirkan layanan yang tak hanya nyaman, tetapi juga sarat nilai budaya. Salah satu inovasi yang kini menjadi daya tarik utama di bandara ini adalah penampilan tari Dayak sebagai penyambut dan pengantar para penumpang. Setiap hari, para penari tampil di pintu kedatangan dan pintu keberangkatan, menyuguhkan nuansa khas Kalimantan Timur kepada setiap orang yang melintas.

Penampilan ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga wujud nyata pelestarian budaya lokal yang dikemas dalam pelayanan publik. Tari Dayak yang disuguhkan menampilkan gerakan penuh makna. Kostum penari yang penuh warna, lengkap dengan hiasan kepala khas suku Dayak, menjadi pemandangan yang memikat. Alunan musik tradisional yang mengiringi tarian semakin menambah suasana khas Kalimantan Timur di bandara.

Bandara SAMS Sepinggan sebagai salah satu gerbang utama Kalimantan Timur memang memiliki peran strategis dalam memperkenalkan budaya daerah. Inovasi ini lahir dari semangat untuk memperkuat identitas budaya daerah di ruang publik sekaligus memberikan pengalaman berbeda bagi para penumpang. Di tengah hiruk-pikuk aktivitas penerbangan, kehadiran tarian tradisional ini menghadirkan sentuhan hangat dan kesan ramah yang membekas di hati penumpang.

Tari Dayak ditampilkan pada jam-jam sibuk, yakni pagi dan sore hari. Durasi penampilan sekitar 10 hingga 15 menit di setiap sesi, cukup untuk menarik perhatian penumpang tanpa mengganggu arus lalu lintas bandara. Penumpang yang baru tiba sering kali berhenti sejenak untuk menyaksikan gerakan para penari. Tak jarang mereka mengabadikan momen ini dalam foto maupun video untuk dibagikan di media sosial.

Penampilan Tari Dayak (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Penampilan Tari Dayak (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Salah satu penumpang yang saya temui, Hanik (27), asal Penajam, mengungkapkan kesannya saat hendak berangkat ke Surabaya. Ia mengaku terkejut sekaligus senang melihat adanya penampilan budaya seperti itu di area keberangkatan.

“Biasanya kalau mau terbang itu kan suasananya terburu-buru ya, orang sibuk sendiri-sendiri. Tapi tadi begitu mau masuk boarding gate, saya lihat ada penari Dayak tampil di depan. Musiknya langsung bikin suasana jadi beda, rasanya hangat. Seperti diantar dengan budaya sebelum berangkat,” ujar Hanik.

Hanik menyebut bahwa ide ini sangat unik dan patut diapresiasi. Menurutnya, ini bentuk inovasi yang jarang ia temui di bandara lain. “Biasanya hiburan di bandara itu kan hanya musik latar atau hiasan. Tapi ini nyata, budaya Kalimantan Timur ditampilkan langsung. Saya jadi merasa Balikpapan benar-benar punya identitas kuat,” katanya.

Hanik menyebutkan bahwa penampilan ini membuatnya semakin penasaran untuk mengenal budaya Kalimantan Timur. “Jujur, saya sudah lama sekali tidak ke sini. Dan dari awal sudah disambut budaya lokal seperti ini, saya jadi tertarik untuk cari tahu lebih banyak. Kalau sempat, saya ingin nanti lihat pertunjukan budaya lain di kota atau kunjungi tempat wisata budayanya,” tuturnya.

Ia juga mengapresiasi upaya bandara yang mengemas budaya daerah dalam bentuk pelayanan kepada penumpang. “Saya kira ini inovasi yang luar biasa. Bandara bukan cuma tempat orang lewat, tapi juga bisa jadi ruang perkenalan budaya. Kalau begini caranya, orang-orang pasti bakal ingat Balikpapan itu punya budaya Dayak yang kaya. Saya berharap ini terus dilakukan, jangan hanya sebentar,” tambah Hanik.

Foto bersama Narasumber (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Foto bersama Narasumber (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Tidak hanya membuat penumpang merasa disambut, tari Dayak di bandara ini juga menghadirkan suasana berbeda dari bandara-bandara lain di Indonesia. Kehadirannya memperkuat citra Balikpapan sebagai kota yang kaya akan kearifan lokal. Para penumpang yang menonton biasanya terlihat antusias, beberapa bahkan mengajak anak-anak mereka untuk lebih mengenal budaya tersebut. Hal ini menjadi bentuk edukasi sederhana namun mengena, terutama bagi generasi muda.

Inovasi ini patut diapresiasi karena berhasil menggabungkan pelayanan publik dengan pelestarian budaya. Kehadiran tari Dayak di ruang publik seperti bandara bukan hanya memperindah suasana, tetapi juga memperkuat identitas lokal di mata wisatawan. Wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, mendapat kesan yang mendalam tentang Kalimantan Timur sejak pertama kali menginjakkan kaki di daerah ini.

Bagi masyarakat Kalimantan Timur sendiri, kehadiran tarian ini di bandara menjadi kebanggaan. Seni tradisi yang biasanya hanya tampil pada acara-acara tertentu kini bisa dinikmati oleh lebih banyak orang setiap hari. Para penari yang tampil pun merasa bangga dapat menjadi bagian dari upaya mengenalkan budaya daerah pada dunia.

Bandara sebagai gerbang utama wilayah memang ideal menjadi media perkenalan budaya. Inovasi semacam ini terbukti mampu memberi nilai tambah pada layanan publik. Di tengah arus globalisasi, menghadirkan budaya lokal di ruang strategis seperti bandara adalah salah satu cara efektif menjaga keberlanjutan warisan budaya.

Inovasi tari Dayak di Bandara SAMS Sepinggan menjadi bukti bahwa pengenalan budaya tidak harus melalui cara yang rumit. Dengan langkah sederhana, yakni menampilkan tari tradisional di titik strategis, pesan budaya bisa tersampaikan dengan kuat. Ke depan, masyarakat berharap inovasi ini tidak hanya terus berlanjut, tetapi juga dikembangkan agar semakin banyak unsur budaya Kalimantan Timur yang dikenalkan melalui bandara.

Bagi penumpang seperti Hanik, pengalaman disambut tarian Dayak adalah momen yang akan selalu diingat. “Setelah perjalanan panjang, disambut tarian seperti ini rasanya capek langsung hilang. Rasanya hangat dan bikin betah. Semoga ini terus ada, supaya semua orang bisa merasakan sambutan hangat dari Balikpapan,” pungkasnya.

Semoga inovasi ini menjadi inspirasi bagi bandara-bandara lain di Indonesia untuk menghadirkan budaya lokal sebagai bagian dari layanan publik. Karena di setiap langkah kaki penumpang, ada cerita yang bisa dibawa pulang dan budaya adalah cerita terindah yang patut dikenang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun