Plato juga berusaha menjelaskan tentang bagaimana dan kenapa seseorang terlibat dalam cinta, namun yang sangat jelas adalah ketika cinta selalu dikaitkan dengan keindahan dan kesempurnaaan.
Cinta itu terus menerus mencari dan mendamba pada yang terbaik dan sempurna. tapi yatanya yg terbaik dan sempurna itu tidak ada.
Timbul sebuah pertanyaan, Apakah kalau kita sudah mencintai seseorang bisa dikatakan sudah nafsu?Â
jika kaum hawa diciptakan hanya untuk pemuas nafsu, maka cinta yang suci tidak pernah ada didunia ini.cinta yang suci hanya ada di mulut kaum Adam yang dahaga, selebihnya tumpas terbawa angin.dan kaum Adam yang dahaga sama saja seperti politisi-politisi, berkampanye tentang cinta, yang akhirnya menipu dan mementingkan perutnya sendiri.
dan uang pun berlagak menjadi cinta dimana cinta terpaku pada uang, jika uang habis, maka habis pula cintanya.
Cinta hanya ada di langit, di dunia itu palsu-palsu.
Dalam hal mencintai tidak lepas dari yang namanya kekecewaan. agar tidak kecewa, ada alternatif dari abang Plato. Katanya, mencintai itu jangan ada keterikatan emosional.
c. Manusia dan Tuhan
Menurutku, ketika mencintai Tuhan ada baiknya kita memakai metode laki-laki dalam hal mencintai. Biasanya ketika laki-laki menyukai sesuatu, mereka cenderung memilih tidak mempublishnya. Alasannya satu. Mereka tidak ingin sesuatu yang disukainya menjadi incaran laki-laki lain. Semakin mereka mencintai maka mereka semakin menyembunyikannya, bak permata yang harus disembunyikan dan disimpan rapi.
"Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah" - Al-An'am : 162.