Mohon tunggu...
Risal Sadoki
Risal Sadoki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Catatan biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari-Hari yang Berlalu (Bagian 1)

17 Mei 2024   15:52 Diperbarui: 17 Mei 2024   16:08 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Banyak yang bilang, mahasiswa semester 8 akan menghadapi bagian tersulit dalam hidup ketika ingin menyelesaikan studinya (Wisuda). Ya, begitulah yang di sampaikan orang-orang yang telah duluan menghadapi cobaan itu. Saya banyak berdiskusi dengan mereka perihal tantangan tantangan yang pernah mereka hadapi, mulai dari tekanan dosen hingga hal hal yang berkaitan dengan administratif. Ternyata ada kesulitan tersendiri  bagi kita yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi maupun ingin mengakhirinya (wisuda). Jika yang sudah pernah mengenyam hal itu, pasti akan merasakan sesuatu yang sama. 

Tahun 2020, saya memutuskan untuk harus melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Keputusan ini, menjadi perbincangan hangat dalam keluarga. Bukan apa apa, hampir semua keluarga ingin saya jadi abdi negara, karenanya mereka menyuruh agar saya ikut tes kepolisian. Dengan diri yang bukan saya, menuruti kemauan mereka dengan dalil saya tetap mendaftarkan diri di perguruan tinggi. Pasalnya, dua kesepakatan ini terbangun. 

Dari sekian banyak calon mahasiswa, nama saya salah satunya yang keluar dalam verifikasi berkas calon mahasiswa baru Universitas khairun Ternate. Di sisi lain, saya harus mempersiapkan diri dalam mendekati tes kepolisian. Banyak hal yang harus saya siapkan. Mulai dari menjaga kesehatan, hingga belajar hal hal yang berkaitan dengan proses ujian yang nantinya itu berlangsung dalam waktu dekat. Karena terlalu sulit serta perdana saya mengikuti tes, terpaksa saya di sarankan keluarga agar mengikutsertakan diri dalam simulasi yang di gelar oleh anggota kepolisian itu. Hal ini tidak berlangsung lama, saya justru semacam menjalani keseharian yang sedikit membuka ruang pada kesia-siaan, kebosanan menjadi pemenang dalam diri. Pada saat yang sama, saya berpaling pada satu keputusan yang membosankan itu. Saya lebih tertarik pada pergumulan serta pergulatan dunia mahasiswa. 

Saya tidak tau apa yang di pikirkan keluarga jika mengetahui hal ini. Pastinya mereka sedikit kecewa dengan apa yang telah saya buat, apalagi bapak saya. Semua orang tua menginginkan agar anaknya menjadi orang yang sukses, Inilah kedahsyatan orang tua, apapun yang di kerjakannya asalkan demi masa depan anak yang cerah. 

Masih teringat di benak, Waktu itu, saya di telpon kakek saya setelah mengetahui bahwa saya sudah tidak lagi mengikuti simulasi perihal langkah langkah untuk menuju ke tahapan tes. Saya sudah tidak tau harus berbicara apa, dengan nada bicaranya yang mencekam di jiwa, membuat saya terdiam dan berpikir dua kali untuk berpaling dari pilihan yang merepotkan itu. Namun siapa sangka, jiwa ini selalu ingin mengatakan yang sesungguhnya, bahwa membohongi diri adalah membohongi kebijaksanaan, karenanya saya harus mengatakan apa yang menjadi jalan hidup saya sendiri. Telpon di matikan. Tidak ada komunikasi sepaskah itu dari keluarga, entah karena kecewa atau mungkin harapannya terkubur. 

Saya melewati hari hari dengan nyali, melawan kecemasan, kekhawatiran, pikiran yang kosong. Aktivitas di akdemik mengharuskan saya untuk berkenalan dengan buku, tanpanya, saya bukanlah apa apa. Membaca buku adalah melawan kesia- sisaan. Saya selalu merawat nyali agar tidak mudah terjerumus pada ruang dehumanisasi. Terlebih lagi, buku Fiersa Besari (Tapak Jejak), membawa pada petualangannya di alam. Menariknya, dia menulis perjalanannya di Maluku Utara, saya terkagum, orang sepertinya bisa menceritakan keindahan negeri saya sendiri, sementara saya baru mengetahui lewat bukunya. Dari sini, saya mulai tertarik dan ingin membuktikannya sendiri. 


Hampir sebulan dengan aktivitas yang padat, tugas tugas yang menumpuk, dosen dosen yang egois, mahasiswa mahasiswa yang demo. Selama itu tidak ada notifikasi pesan maupun panggilan dari keluarga. Karena merasa berlebihan, saya pun tidak mengabari balik. saya harus tetap bertahan dengan jalan ninja saya. Terus menguatkan diri, tiba tiba, panggilan masuk mengalihkan pandangan saya ke arahnya, tertulis, Onco. Dia (onco) adalah adik dari bapak saya, ketika mengangkat telponnya, hampir 1 menit belum ada yang memulai percakapan duluan, saya pun menahan diri. Akhirnya dia yang membuka bahan pembicaraan, sampat juga memastikan keputusan yang saya ambil. Menarik napas, tanpa ragu, saya mengatakan dengan jujur perihal itu. 

Setelah saling mengerti, saya di perkuat olehnya. Sudah buram di ingatan, tidak begitu jelas yang tertanam di benak. Yang pasti, dia mendorong agar saya tetap melanjutkan jalan yang telah saya putuskan, hal ini mempunyai spirit tersendiri, di tambah lagi saya di ajak bicara oleh nenek dan mama saya mengenai aktivitas saya di kampus. Kebahagiaan ini justru tak tertahan, seraya tersenyum dan ingin menikmati setiap saat. Saya mulai berpikir, bahwa nantinya kita akan saling mengerti, mengendap rindu ini dan memupuk harapan kembali. 

Tahun 2024, saya sudah berada pada semester delapan. 4 tahun di kampus merupakan bagian tersulit untuk menangkis omongan orang terhadap kita, pertanyaan pertanyaan sering kali keluar di setiap nada dering HP perihal kapan wisuda. Toh kan mestinya di tahapan seperti ini sudah harus keluar dari pergulatan dunia mahasiswa. Mengejar dosen yang tidak mau mengerti, tanda tangan KRS, konsul judul proposal, itu seharusnya bukan lagi yang di kerjakan mahasiswa semester 8. Buktinya, angkatan sebaya saya tahun ini sudah ingin beranjak keluar dari dunia perkampusan. Sedangkan saya masih begini begini saja. Tapi perihal wisuda, selalu menjadi misteri bagi mereka yang mempunyai alasan tersendiri. Entahlah apa itu. Tapi yang jelas, semuanya akan wisuda pada waktunya. 

Di akhir studi kali ini, saya ingin menulis sesuatu yang tidak terlalu istimewa, tidak terlalu penting, tidak terlalu mengakar pada hal yang substansial. Saya ingin menulis sesuatu yang mungkin sebagian besar orang-orang sudah pernah mengalaminya. Tepatnya, misteri di akhir studi. 

Risal Sadoki | Catatan biasa, 17 Mei 2024.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun