Mohon tunggu...
Risa Alfianti
Risa Alfianti Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Iain jember

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hakikat Hidup dasar Pendidikan Islam dan Tujuan Hidup dan Tujuan Pendidikan

6 April 2020   12:16 Diperbarui: 6 April 2020   12:27 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pengertian Hakikat itu sendiri adalah berasal dari kata (Haqiqat) merupakan kata benda yang berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata "Al-Haqq" dalam bahasa indonesia menjadi kata pokok yaitu kata "hak" yang berarti milik (ke-punyaan), kebenaran. atau yang benar-benar ada, sedangkan secara etimologi Hakikat berarti inti suatu, puncak atau sumber dari segala sesuatu. 

Dari pengertian tersebut maka pada dasarnya   pendidikan merupakan hakikat hidup manusia yang sebenarnya. Dalam islam madrasah pertama  seorang anak adalah ibunya maka keberhasilan anak dalam belajar tergantung bagaimana seorang ibu atau keluarga dalam mendidik serta bagaimana keadaan lingkungan sekitarnya yang dapat mempengarui keberhasilan sang anak.

1.Hakikat Hidup dan Dasar Pendidikan Islam

Dengan akal manusia memiliki keistimeaan yang luar biasa dibanding makhluk lainya. Manusia dituntut selalu berpikir kritis tanpa menyalahi kehendak Allah. Allah menciptakan manusia memiliki berbagai potensi baik jasmani dan rohani. 

Ketika manusia mampu mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya maka dapat menghasilkan manusia yang dewasa dan bertanggun jawab sebagai makhluk yang berbudi luhur.

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan peribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. 


Oleh karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses kearah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhanya.

a.Dasar Pendidikan

Keberhasilan dalam pendidikan membutuhkan seluruh kemampuan manusia. Manusia harus merancang sesempurna mungkin dalam pendidikan agar dapat menghasilkan lulusan yang bagus. 

Bila dasar pendidikan kurang kuat, itu akan sangat berbahaya bagi generasi berikutnya. Dan dalam rancangan tersebut harus diletakkan dan dipertanggung jawabkan dasar yang kokoh bagi rancangan dan pekerjaan pendidikan tersebut.

Dasar tersebut harus mampu menjamin lulusan pendidikan manusia sebaik-baiknya. Apakah dasar itu cukup rasional? Agaknya tidak, bahkan itu sangat berbahaya . Itu sudah diperingatkan antara lain oleh Nietzsche dan Capra.

Sebagai dasar pendidikan Indonesia membahas Pancasila sebagai dasar pendidikan Indonesia, yang terbukti belum mampu diturunkan secara 100% ke dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional yang terbaru (UU No.20 Tahun 2003). Temuan ini menjelaskan ada cacat yang cukup serius dalam undang-undang itu.

b.Rasionalisme sebagai dasar pendidkan?

Pendidikan selalu diwarnai pandangan hidup (way of  life). Dari sekian banyak pandangan hidup salah satunya Rasionalisme. Rasionalisme ialah paham yang mengatakan bahwa kebenaran diperoleh melalui akal dan diukur dengan akal. Atau, akal itu sendiri pencari dan pengukur kebenaran.

Tujuan pendidikan itu sendiri adalah mampu meningkatkan derajat manusia. Pendidikan harus mampu mendidik manusia menjadi manusia. Pertanyaanya dengan apa manusia dididik agar menjadi manusia. Manusia dididik agar menjadi manusia dengan kebenaran.
Orang Yunani, kira-kira 600 tahun Sebelum Masehi telah mencari kebenaran dengan akal.

Kata Shopisme berasal dari bahasa Yunani: sophistes yang berarti one who professes to make man wise . penggunaan kata ini- dalam pengertian negatif-berasal dari Plato dan Aristoteles. Tokoh Shophisme yang terkenal ialah Parmanides, Protagoras, dan Georgias. Mereka telah menggunakan akal dalam mencari kebenaran-secara luar biasa sekaligus telah mengindikasikan
keterbatasan akal.

Orang-orang Shophist-dengan akal mereka- dapat membuktikan bahwa anak panah yang sedang meluncur dari busurnya diam dan dapat juga dibuktikan bergerak. Walhasil gerak dan diam bagi mereka bersifat relatif. Intinya: semua berubah, kecuali satu yaitu "semuanya berubah" itu.

Dapatkah anda  membayangkan seandainya pendidikan itu dirancang hanya berdasar karakteristik rasionalisme yang mengatakan bahwa kebenaran itu semuanya relatif begitu? Untunglah tampil socrates, dengan argumen rasional juga, dapat membuktikan bahwa apa yang diajarkan oleh orang sophist itu keliru. Kata Socrates, tidak semua kebenaran relatif; sebagian kebenaran mutlak (benar disemua tempat dan waktu), sebagianya relatif (dapat berubah).

Socrates, mengingatkan bila berpikir logis digunakan seperti itu, itu akan sangat berbahaya. Paham Socrates itu didukung oleh plato dan aristoteles.
Sekalipun demikian, Akal tetaplah alat pencari dan pengukur kebenaran, tetapi akal bukan satu-satunya. Bahwa akal memang alat pencari dan pengukur kebenaran, tentu sudah terbukti perkembangan filsafat, sain dan dseni sampai sekarang adalah bukti yang dimaksud.

Lebih kurang sejak tahun 200 M kebebasan akal sedikit dibatasi oleh orang-orang nasrani. Tetapi pada tahun 1650-an M Rasionalisme itu dihidupkan lagi oleh Rene Descartes.

Pada tahun 1980-an M, jadi satu abad setelah Nietzsche, Fritjof Capra, seorang ahli filsafat fisika, mengatakan bahwa budaya barat telah hancur, penyebabnya karena terlalu mendewakan rasio. Mendewakan rasio artinya menjadikan rasio sebagai satu-satunya sumber dan pengukur kebenaran. Jadi, sejak tahun 600 SM telah ada peringatan agar tidak mendewakan akal (dalam arti rasio).

Sekarang, Masih perlukah pendidikan kita didesain hanya berdasarkan rasio?

Nietzsche agaknya adalah orang pertama yang menghendaki munculnya filsafat pascamodern (postmodern philosophy). Sekarang mazhab ini semakin berkembang. Barangkali ada baiknya pendidikan didesain berdasarkan berdasarkan ajaran filsafat posmo itu. Bagi muslim tentu akan mendesain pendidikan berdasarkan ajaran Islam yang diyakininya.

c.Kerangka Keilmuan Islami

Pengertian ilmu dalam bahasa indonesia sama dengan pengertian al-'ilm  itu lebih tepat diterjemahkan menjadi "pengetahuan" (knowledge) dalam bahasa indonesia.

Ketika ilmuan muslim mengembangkan ilmu pada masa awal, "ilmu agama" dan "ilmu umum" tidak terpisah tapi masih berhubungan secara sempurna.

Membaca merupakan firman tuhan, maka ilmuan muslim merasa wajib untuk belajar dan meneliti. Tuhan menyuruh manusia untuk belajar dengan ungkapan iqra'. Dalam islam terdapat ungkapan "belajar mulai dari buaian sampai liang lahat". Islam mengajarkan setiap umatnya untuk selalu membaca.

Tuhan menyediakan dua sumber bacaan yaitu al-quran dan al-kawn (alam semesta). Dan dari dua sumber tersebut terdapat berbagai hikmah yang dapat dipelajari oleh manusia dengan cara membaca dan meneliti. Dengan pengetahuan itu selayaknya manusia bertambah kebijakanya.

d.Dasar Pendidikan Islam

Konsep dasar Islam tentang pendidikan pada hakekatnya merupakan misi awal Rasulullah SAW. Terdapat pada firman Allah SWT, Melalui wahyu-nya dimulai dengan yang berarti "bacalah". Urgensi perintah ini dipahami dengan berulangnya perintah tersebut yang terdapat dalam surah al-Alaq : 1-5, sementara itu obyeknya tidak disebut terperinci, sehingga memberi pengertian bahwa perintah membaca harus dilakuakan secara koprehensi, bukan secara parsial.

Pendidikan merupakan faktor utama untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan potensi pendidikan. Pendidikan sampai sekarang merupakan bahan yang terus digali dari peneliti serta para ilmuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun