Faktor penyebab silap agresif adalah:
1. Respon amarah
2. Faktor BiologisAgresi dapat disebabkan oleh faktor biologi seperti gen dan sistem otak.Â
- Kesenjangan Generasi
- Adanya perbedaan antara generasi anak dengan orang tuanya dapat menyebabkan timbulnya perilaku agresi pada anak. Hal ini juga dapat terjadi jika komunikasi antara orang tua dan anak terdapat kegagalan atau tidak nyambung
 Sedangkan menurut Thompson perilaku agresif dapat terjadi ketika hal-hal berikut ini terjadi:[5]
- Anak dilarang melakukan sesuatu yang diinginkan.
- Anak terlalu muda untuk mengerti bahwa perbuatan fisik tertentu dapat melukai.
- Anak merasa tertekan, tidak aman atau tidak dicintai.
- Merasa iri dengan kedatangan adik yang baru lahir
- Melihat orang dewasa atau karakter di televise yang bersikap agresif dan menirunya
- Reaksi terhadap makanan dan bahan makanan tertentu
- Kelelahan dan kelaparan
- Mengekspresikan energy dan rasa antusiasnya secara agresif, biasanya anak yang periang.
- Tidak mampu menghilangkan rasa marah melalui kegiatan fisik di luar rumah
- Dikritik atau dihukum secara terus menerus
 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agresi dapat terjadi pada anak karena faktor internal yakni genetik dan sistem otak serta faktor eksternal seperti lingkungan yang ia tiru dan ketidakmampuan dirinya untuk meredakan reaksi amarah secara positif.
Dengan mengetahui ciri-ciri serta hal-hal yang menyebabkan perilaku agresi pada  anak agresi tentunya orang tua maupun guru  tidak boleh membiarkan begitu saja. Yang dikhawatirkan apabila dibiarkan maka anak akan berkembang menjadi pribadi yang egois dan nakal. Sikap agresi harus segera ditangani dengan cara-cara tertentu seperti di bawah ini:
- Menasehati dengan tegas
- Bersikap sabar
- Memberi hukuman
- Ajarkan untuk meminta maaf
- Ajaklah berbicara
- Berikan pujian
- Motivasi untuk berbuat baik
- Memberikan contoh yang baik
- Pantau saat menonton televisi
- Ajarkan untuk bersikap disiplin
- Jangan terlalu dimanjakan
- Jangan berbuat kasar pada anak
- Berkonsultasi ke dokter jika sikap agresi berlebihan dan terus menerus
Gangguan Artikulasi
 Gangguan yang sering terjadi pada anak berikutnya adalah gangguan artikulasi. Gangguan artikulasi dalam istilah psikologi atau psikitri disebut dengan fonologis. Gangguan ini tergolong wajar dalam perkembangan dan diharapkan akan teratasi seiring bertambahnya usia.
Gangguan artikulasi memiliki beberapa jenis antara lain:[8]
- Â kesalahan dalam menghilangkan satu huruf (omission)
- Menghilangkan satu huruf misalnya ketika anak menyebutkan "ata erah" yang artinya mata merah dan sebagainya.
- Penggantian huruf (substitution)
- Contoh dari penggantian huruf misalnya huruf 'k' digani menjadi 't' dalam kata 'makan' sehingga menjadi 'matan' dan sebagainya.
- Kata yang dikekeluarkan tidak begitu jelas (distorsion)
- Jenis gangguan artikulasi distorsi ketika anak mengeluarkan kata-kata yang sulit dipahami oleh orang yang mendengarkan.
 Menurut Fadhli dalam bukunya penyebab gangguan fonologis salah satunya adalah faktor usia yang mengakibatkan alat bicara atau otot-otot bicara (speech motor) belum berkembang sempurna. Fonologis juga dapat disebabkan karena keterbelakangan mental dan faktor kecerdasan yang tidak begitu baik karena pengaruh gangguan syaraf.Â
Penyebab lainnya juga adanya gangguan pendengaran yang menyebabkan anak tidak mampu berbicara. Faktor yang tidak kalah penting adalah lingkungan, terutama di dalam keluarga yang tidak membiasakan melatih anak berbicara secara benar. Pendapat lain mengatakan bahwa gangguan neurologis juga dapat menyebabkan gangguan artikulasi seperti Dysarthria.Â