Mohon tunggu...
Nurmarinda Dewi Hartono
Nurmarinda Dewi Hartono Mohon Tunggu... Freelancer - Ririn Marinda

Pendiam di dunia nyata, Menghanyutkan dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wabah Covid-19 di Bulan Suci, Momen Tepat Belajar Kesadaran Sosial

13 Mei 2020   09:26 Diperbarui: 13 Mei 2020   11:58 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: freepik.com

Sebagai makhluk sosial kita sangat membutuhkan orang lain, begitu juga orang lain membutuhkan kita. Walaupun saat ini kita harus berjarak secara fisik, namun bukan berarti kita harus berjauhan secara emosional kepada sesama.

Dampak dari wabah Covid-19 tak hanya memiliki sisi negatif tetapi justru banyak positifnya bagi kita. Wabah ini memberikan banyak hikmah bagi umat manusia. Dari sekian banyak hikmah yang didapat  ada satu yang tidak disadari tengah kita pelajari. Yaitu melatih kemampuan dalam hal sosial-emosional. 

Menurut CASEL kemampuan sosial-emosional kita terdiri dari lima kompetensi dasar yaitu: kesadaran diri, manajemne diri, kesadaran sosial, keterampilan berhubungan, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. 

Momen seperti saat ini sangat tepat untuk dijadikan training kemampuan sosial dan emosional kita. Karena kompetensi dalam pembelajaran sosial emosional tak hanya dibutuhkan untuk membentuk kepribadian kita tetapi lebih kepada mendukung bagaimana kita bisa survive dalam menghadapi setiap keadaan.

Dalam tulisan ini  kita akan mempelajari bersama salah satu pembelajaran sosial emosional, yaitu kesadaran sosial. Kesadaran sosial sangat dibutuhkan khususnya dalam menghadapi kondisi wabah yang tak kunjung usai. Apalagi momentum Ramadhan yang merupakan bulan suci dan mulia bagi umat Muslim. Sudah sewajarnya dijadikan sebagai momen menempa diri untuk lebih sadar sosial. 

Seperti judul tulisan ini  bahwa kedua kondisi ( wabah dan bulan suci ) merupakan momen yang tepat untuk mengasah kesadaran sosial kita. Berpuasa membuat kita lebih menyadari bahwa sesungguhnya seperti inilah rasanya kaum dhuafa menahan lapar dan dahaga. Lalu bagaimana mereka saat harus menghadapi kondisi dimana beberapa daerah menerapkan PSBB ? Sudah dalam keadaan berpuasa, tak mendapatkan uang untuk membeli makan pula. Tentu kondisi tersebut seharusnya membuka mata hati kita untuk menunjukkan empati kepada mereka yang kekurangan. 

Berbicara tentang teori, kesadaran sosial menurut CASEL adalah kemampuan untuk mengambil perspektif dan berempati dengan orang lain, termasuk orang-orang dari berbagai latar belakang dan budaya. Kemampuan untuk memahami norma-norma sosial dan etika untuk berperilaku dan untuk mengenali sumber daya dan dukungan lingkungan sekitar.  Kompetensi yang harus dicapai antara lain: Pengambilan perspektif, Empati, Menghargai perbedaan, dan Menghormati orang lain.

Sedangkan menurut study.com kesadaran sosial adalah kemampuan untuk memahami dan bereaksi secara tepat terhadap masalah-masalah luas masyarakat. Ini berarti sadar secara sosial berkaitan dengan kesadaran akan lingkungan kita, apa yang ada di sekitar kita,  serta kemampuan untuk secara akurat menafsirkan emosi orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Kesadaran sosial membutuhkan kompetensi di bidang-bidang seperti kecerdasan emosi dan empati.

Secara teoritis, kesadaran sosial sebenarnya adalah pengerjaan berbagai konsep sekaligus. Howard Gardner pun menyamakan kesadaran sosial dengan teori kecerdasan sosial, yang berhubungan dengan keterampilan interpersonal seseorang dan kemampuan untuk memotivasi orang lain menjadi perilaku kooperatif.

Pada konteks menghadapi wabah di bulan suci keasadaran sosial menjadi fenomena mencolok.  Salah satunya bagaimana kita merespon kondisi ini dengan perasaan empati terhadap sesama. Spirit puasa di bulan Ramadhan berpadu dengan spirit untuk memerangi wabah menjadi kesatuan yang pas untuk membuat kita lebih belajar peka terhadap sesama manusia. Inilah saat dimana kita semua harus bergotong-royong untuk saling peduli satu sama lain. Memulai untuk menumbuhkan sikap empati terhadap sesama untuk saling mendukung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun