Malam kian larut namun marah mu belum juga reda. Susana terasa begitu canggung dalam hening yang bungkam. Sesekali bayangan canda tawa mu mampir di kepala. Rasa ingin merayu rajuk mu tapi kau malah lelap.Â
Sesal ini makin memuncak hanya tersebab bicara ku salah lalu kau kata mulut ku ini jahat. Kau lempar gelas kaca itu tepat didepan wajah ku. Pulanglah, jika ingin pulang. Pulang ke rumah ibu mu! Berteriak, kau meneriaki aku yang diam ini.Â
Teringat janji setia puluhan tahun lalu bersamamu sampai mati. Menjadi ayah pada kedua anak kita adalah keberuntungan yang amat beruntung bagi ku. Meski setiap hari harus merasakan lelah menjadi seorang kuli.Â
Anak-anak kita telah tumbuh tapi kedua-duanya merasa tak pernah berguna. Meski cucuran keringat ini mengalir seperti air berjuang menjunjung tanggung jawab namun mereka tetap lemah.Â
Tak ada lagi air mata sebab setiap hari adalah rasa sakit. Tak ada tempat mengeluh lagi setiap kali marah mu datang hati ku terus berkata aku ingin ibu ku.Â
Malam ini bolehkah aku kembali berbaring di sebelah mu lagi? Bercerita banyak hal yang ku alami hari ini. Aku lelah.Â
Musi Banyuasin, 29 Juni 2022