Mohon tunggu...
Laksono Aryo Yudho
Laksono Aryo Yudho Mohon Tunggu... Public Relation

Seorang investor yang lebih menyenangi hidup frugal living dan ingin berbagi ilmu

Selanjutnya

Tutup

Financial

Pegadaian MengEMASkan Indonesia, Nilai Moral dari Sekedar Investasi

29 September 2025   13:45 Diperbarui: 29 September 2025   16:59 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membuka rekening Tabungan Emas Pegadaian saat Pandemi  Covid 2020,  hingga untung besar di 2025 (sumber koleksi pribadi)

Aksi pamer alias flexing di media sosial sampai seolah hal kehidupan sehari-hari. Padahal dari semangat Meng-EMASkan Indonesia di Pegadaian, bukan sekedar investasi tapi juga mengajarkan etika kehidupan dan empati pada lingkungan sosial. Ini caranya

"Hmmm lagi un-boxing beli tumbler xxx, lagi promo harga cuma sejutaan aja". 

"Kayaknya rugi lho gak beli sandal YYY, sudah diskon harganya tinggal Rp 750 ribu"

"Boneka Labubu, murah lho Cuma Rp 500 ribu, bikin gemes"

Mungkin diantara kita sering melihat ocehan di atas. Entah saat nongkrong atau di media sosial, seolah barang-barang yang dulu harganya murah, kini justru jadi kebanggaan bila sudah membelinya dengan harga yang terbilang nggak masuk akal. Kalau sudah begini, bukan sekedar membeli, tapi ujung-ujungnya pamer alias flexing gara-gara FOMO (Fear Out Missing Out) takut nggak kebagian. Padahal sejarah mencatat, flexing telah membawa kabar buruk bagi para wakil rakyat yang tidak tidak punya empati di tengah kondisi yang tengah krisis kepercayaan.

Mungkin kita lupa, bahwa sejak dini nilai etika telah ditanamkan nilai dari orang tua Menabunglah dan Jangan Pamer. Kelak nilai ini juga menjadi sebuah kebenaran umum untuk selalu berempati pada lingkungan sekitar. Padahal tanpa disari menanam etika, ilmu dan nilai juga telah dirintis oleh PEGADAIAN, dengan sejuta manfaat yang besar di masa depan.

MengEmaskan Recehan  di PEGADAIAN, Setumpuk Untung di Masa Depan

Saya masih ingat dulu ketika pulang ke tanah air, pertengahan 2015, mencari investasi tabungan emas bukan hal yang mudah. Maklum, ketika pulang dari Hong Kong setelah 8 tahun bekerja di sana, gaya hidup menabung hingga menjadi asset yang berlipat-lipat sudah jadi hal yang umum di sana. Tapi di tanah air, 10 tahun lalu tentu belum seramai sekarang. Apalagi bagi orang awam jaman dulu, menabung itu ya duit, bukan emas.

"Mas mau buka buka aja, cuma Rp 5 ribu lho, wes jadi emas. Nggak kepingin ta, lumayan lho kalau rutin sampai tahun jadi berapa" itu yang saya sempat ingat ketika ditawari buka rekening Tabungan Emas Pegadaian di cabang City of Tomorrow akhir 2015 silam. Rp 5 ribu apa bisa jadi emas? Jangan-jangan si petugas pegadaian ini bercanda.

Maklum kala itu, Rp 5 ribu tentu setara dengan beberapa pentol daging yang dijual di food court. Apa mungkin duit Rp 5 ribu bisa jadi emas? jangan-jangan ini penipuan. Namun, Tuhan punya rencana lain. Kelak saya baru tahu, bahwa konsumsi tabungan emas di Indonesia memang terbilang rendah dibandingkan negara-negara lain di luar negeri, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. Meski emas jadi pilihan utama masyarakat Indonesia untuk investasi sekaligus pelindung kekayaan di masa ketidakpastian ekonomi. Rendahnya konsumsi tabungan emas ini terjadi karena masyarakat Indonesia lebih banyak membeli emas dalam bentuk perhiasan, bukan emas sebagai investasi yang dikembangkan melalui sistem tabungan emas.

Pegadaian MengEMASkan Indonesia, Investasi, Persaudaraan dan Etika 

Pegadaian bukan diingat lewat slogan mengatasi masalah tanpa masalah, tapi seni dari investasi. Artinya bukan sekedar menunda kesenangan di masa sekarang untuk keuntungan masa depan, tapi ada sebuah nilai etika yang bisa kita dapatkan. Menyimpan duit receh di Tabungan Emas dari Pegadaian di outlet,  terus berkembang jadi TRING by PEGADAIAN ternyata bukan sekedar aplikasi untuk berinvestasi, sejatinya ini adalah aplikasi agar kita mampu menjaga etika.

Bagaimana tidak, dengan berinvestasi di Tabungan Emas Pegadaian sejatinya punya manfaat multi efek yang bisa kita rasakan hingga hari ini, antara lain:

  • Menjaga diri dari sifat pamer, flexing sekaligus lapar mata dari kebutuhan yang tidak penting, bahkan cenderung boros dalam kondisi apapun
  • Sebagai nasabah kita selalu diajarkan untuk memikirkan masa depan daripada membeli hal-hal yang tidak dibutuhkan atau sekedar demi gengsi seperti pamer gadget, fashion atau barang tak penting
  • Menyisihkan duit cash yang ada di dompet kita jadi punya manfaat untuk tidak bernafsu membeli
  • Benteng utama inflasi karena nilai mata uang terus menurun. Saya masih ingat, duit Rp 5 juta, 10 tahun lalu bisa beli sekitar 10 gram emas (Harga emas di Indonesia pada tahun 2015 berkisar antara Rp490.000 hingga Rp567.000 per gram) Sekarang harga 10 gram emas, telah mencapai Rp 24 jutaan dan terus bertambah.

"Punya Tabungan emas di Pegadaian itu ibaratnya membeli masa depan dengan harga sekarang. Kamu 10 tahun lagi bakal nyesel kalau lihat harga emas yang makin tinggi. Ingat orang yang punya emas bukan sekedar investasi, tapi menjaga etika, moral di sebuah aplikasi yang mudah dilakukan dalam satu tangan.  Orang yang punya di Tabungan Emas Pegadaian, dari satu gram puluhan kilogram pasti semakin tenang. Dia nggak pernah mencoba flexing atau pamer  berapa saldonya, coba cek," itu kata Mbak Rere, petugas pegadaian di cabang Tunjungan Plaza yang sampai saat ini saya ingat. Dan itu terbukti sampai hari ini, kalaupun ada yang flexing jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan mereka yang tetap rendah hati. Mungkin juga takut, berapa banyak sejarah mencatat para selebram yang dirampok gara gara suka flexing.

Selebgram So Mei Yan yang justru dirampok gara-gara suka pamer harta, coba kalau dia jadi nasabah Tabungan Emas Pegadaian (sumber instagram via daily 
Selebgram So Mei Yan yang justru dirampok gara-gara suka pamer harta, coba kalau dia jadi nasabah Tabungan Emas Pegadaian (sumber instagram via daily 

Satu hal yang saya suka, dulu sebelum dirilisnya aplikasi TRING by Pegadaian, duit Rp 5 ribu, Rp 10 ribu sekalipun tetap diterima dengan ramah oleh petugas pegadaian. "Nggak apa-apa mas, kan lumayan jadi 0,01 gram. Pelan-pelan nanti pas ambil di masa depan jadi mahal," begitu kata beberapa petugas Pegadaian dengan tulus melayani kami para nasabahnya di depan kasir. Tentu ini jauh berbeda, bila menabung Rp 5 ribu atau Rp 10 ribu di teller bank konvensional. Karena setahu saya menabung di teller bank minimal sebesar Rp 50 ribu dan sudah pasti minder karena nasabah lain setor ratusan ribu, jutaan bahkan milyaran secara cash.

"Di Pegadaian kami tidak membedakan sebesar apapun transaksinya. Mas kan tahu sendiri, Rp 5 ribu jadi emas dan sedikit jadi banyak," kata Mbak Rere yang memotivasi kami untuk terus menabung berapapun uangnya.

Sosok ini kelak menjadi mentor keuangan saya untuk berkembang menjadi investor sekaligus pebisnis emas. Kini kami menjadi seperti saudara untuk saling menyemangati dalam menabung. Bahkan sampai hari inipun, dengan harga Rp 20 ribuan untuk 0.01 gram emas, tak membuat para nasabah minder untuk antri menabung di depan kasir walaupun sekarang sudah bisa dilakukan via aplikasi TRING by Pegadaian tanpa harus datang ke outlet. Dan sejatinya kemudahan tekonoligi membuat transaksi makin mudah, mulai jual beli emas, transfer Tabungan emas, cicil emas, deposito emas sampai menggadaikan Tabungan emas dengan satu klik yang mudah. Nggak cuma itu, di setiap transaksi TRING by Pegadaian bisa dapat kupon yang bisa ditukar dengan hadiah. Lumayan buat menambah untung. Tapi kalau ingin menambah teman saya bisa datang ke outlet untuk sekedar menyapa atau menambah saudara. Investasi bukan sekedar nilai harta fisik, tapi silaturahmi dengan khalayak ramai di setiap kantor Pegadaian.

Pegadaian MengEMASkan Indonesia Sampai Manca Negara

Mendidik calon TKI untuk berinvestasi emas sejak dini walaupun dengan uang tiruan agar melek investasi emas. Sumber: Koleksi pribadi
Mendidik calon TKI untuk berinvestasi emas sejak dini walaupun dengan uang tiruan agar melek investasi emas. Sumber: Koleksi pribadi

Pelan tapi pasti, proses investasi itu terus bertumbuh, bukan hanya untuk saya tapi menjadi bagaimana pengalaman investasi kita bisa bermanfaat untuk orang banyak. Artinya saya bersama PEGADAIAN mengEMASkan Indonesia akan lebih mudah.Tujuannya bukan bukan sekedar mengejar keuntungan investasi, tapi bonus nilai sekaligus etika untuk menjadi sosok yang sederhana, bertanggung jawab soal keuangan.

Kebetulan, pengalaman saya sebagai guru bahasa Kanton, Inggris sekaligus keuangan bagi non -keuangan saya bagikan secara gratis. Komunitas calon TKI yang akan berangkat ke luar negeri menjadi komunitas yang sering saya bagikan pengalaman agar mereka bisa membuka Tabungan Emas Pegadaian secara rutin. Maklum, secuil apapun dollar mereka tentu akan tergerus inflasi, tapi bila nilai keringat mereka di-Emas-kan lewat Pegadaian, kelak mereka akan tersenyum puas melihat nilai emas mereka yang terus berkembang. Lihat saja harga kenaikan rata-rata sekitar 10-20% per tahun atau bahkan lebih tinggi tergantung periode dan faktor penyebab seperti krisis ekonomi dan geopolitik.

"Saya nyesel, kenapa baru punya Tabungan Emas Pegadaian dari jaman mas Rio dulu, betapa kayanya saya kalau punya dari tahun 2015," begitu cerita beberapa teman TKI saat saya berbagi tips tentang keuangan saat di Hong Kong, 3 tahun lalu. Kini tidak sedikit diantara mereka yang masih sering berbagi cerita bagaimana dollarnya tetap tenang dengan Tabungan Emas Pegadaian.  "Enak yo Tabungan Emas Pegadaian, yang bisa mencairkan ya kita sendiri. Nabung dulu pas harganya masih Rp 15 ribuan per 0.01 gram sekarang sudah Rp 20 ribuan per 0.01 gram. Nilai emas kan naik," begitu cerita beberapa kawan TKI Hong Kong tentang manfaat Tabungan Emas Pegadaian. Sampai hari ini tentu saja layanan Emas Pegadaian bukan hanya mengEMASkan Indonesia tapi juga Pegadaian mengEMASkan Indonesia di jauh sampai luar negeri.

Pegadaian MengEMASkan Indonesia dengan Etika

Mendidik calon TKI untuk lebih melek dengan investasi emas (sumber:koleksi pribadi)
Mendidik calon TKI untuk lebih melek dengan investasi emas (sumber:koleksi pribadi)

Pegadaian MengEMASkan Indonesia tak sekedar inovasi, tapi jauh di dalamnya mendidik kita untuk beretika, hidup sederhana yang dibalut gaya hidup hemat alias frugal living. Sampai hari ini setahu saya jarang melihat pemilik Tabungan Emas Pegadaian maupun emas fisik sekalipun, berapapun jumlahnya, nyaris tak pernah flexing alias pamer berapapun tabungan emas miliknya. Artinya, berapapun Tabungan emas yang kita miliki, cukup disimpan dan digunakan seperlunya. Mungkin ada kesamaan diantara mereka tentang sikap investor emas "Emas memberi kekayaan, namun kerendahan hati memberikan kebijaksanaan. Dengan keduanya, seorang investor emas bisa tetap menjadi pribadi yang tangguh, dihormati, sekaligus rendah hati"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun