Mohon tunggu...
Rio Capri
Rio Capri Mohon Tunggu... -

tinngi tegap

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Karma dan Tabur Tuai

28 April 2014   01:14 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:07 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandangan ini dikatakan keliru karena Ajaran Buddha tidak mengajarkan paham Takdir (Niyativada ), juga tidak mengajarkan paham Bebas bertindak (Attakiriyavada), tapi suatu Kehendak berprasyarat (Inggris : Conditioned ).jika hal itu terjadi maka seseorang tidak akan dapat bebas dari penderitaan- nya. Padahal seseorang dapat mengubah apa yang sedang ia alami. Selain itu, Guru Buddha telah mengajarkan mengenai Viriya atau semangat membaja yang berguna untuk mengatasi segala kesulitan. Sebagai contoh, seseorang yang lahir dalam keluarga yang kekurangan (miskin) karena kamma kehidupan lampau yang buruk yang telah ia lakukan dikehidupan yang lalu, ia dapat mengubah kondisi yang dialaminya tersebut dengan bekerja keras sehingga ia tidak lagi hidup dalam kemiskinan.

3. 2. 3 Segala sesuatu yang terjadi pada saat ini adalah akibat dari perbuatan pada kehidupan lampaunya.

Pandangan ini beranggapan bahwa setiap kejadian yang kita alami; tersandung, jatuh sakit, menang undian, terlahir tampan, semuanya adalah hasil Karma lampau semata-mata. Dengan alasan yang sangat tepat Sang Buddha menolak kepercayaan salah tersebut. Sebab bila demikian halnya, maka sia-sia untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan tercela, sebab keseluruhan hidup telah ditentukan sebelumnya. Pengertian Salah seperti inilah yang membuat seseorang bersikap apatis / Pasrah dan tak bersemangat untuk berupaya memperbaiki Karma buruknya.

Pada Angutta Nikaya I : 173, Sang Buddha bersabda : ” Ada beberapa pertapa dan kaum Brahmin, yang mempercayai dan mengajarkan bahwa apapun yang dialami seseorang, menyenangkan, menyakitkan atau netral, semua disebabkan oleh kamma lampau. Aku menemui mereka dan bertanya apakah benar mereka mengajarkan hal yang demikian…., mereka ternyata mengiyakan. Aku berkata : “Bila demikian, tuan yang terhormat, seseorang membunuh, mencuri dan berzina disebabkan kamma lampau. Mereka berbohong, berfitnah, berkata kasar dan tak berharga disebabkan kamma lampau. Mereka menjadi serakah, membenci dan penuh pandangan salah disebabkan kamma lampau?. Mereka yang mendasarkan segala sesuatu pada kamma lampau sebagai unsur penentu, akan kehilangan keinginan dan usaha untuk berbuat ini atau tak berbuat itu “.

3.2. 4 Hukum Karma hanya berlaku bagi orang yang mempercayainya sesuai dengan agama yang dipeluknya.

Pandangan ini keliru, karena Hukum Karma sesungguhnya adalah merupakan hukum alam yang bersifat universal, yang mempercayainya ataupun yang tidak mempercayainya, tak peduli apapun agama dan kepercayaan yang dianutnya akan tetap menerima akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh pikiran, ucapan dan tubuh jasmaninya sendiri.


Demikian pula bagi seseorang yang tidak percaya pada kehidupan masa lampau dan hukum Karma, tetap bisa berbahagia sebagai hasil dari perbuatan baiknya dimasa lampau. Sesuai dengan benih yang ditanam, itulah buah yang akan engkau peroleh. Pelaku kebaikan akan memperoleh kebaikan. Pelaku keburukan akan memperoleh keburukan. Jika engkau menanamkan benih yang baik, maka engkau menikmati buah yang baik.
( Samyutta Nikaya I : 227 ).

3.3 Pembagian Karma

Hukum Karma adalah hukum perbuatan yang akan menimbulkan akibat dan hasil perbuatan (kamma-vipaka dan kamma-phala), Hukum kamma bersifat mengikuti setiap Kamma, mutlak-pasti dan harmonis-adil. Ada beberapa klasifikasi kamma yaitu:

3.3.1. Menurut fungsinya

1.      Janaka-kamma: Kamma yang berfungsi menyebabkan timbulnya suatu syarat untuk kelahiran makhluk-makhluk. Tugas dari Janaka-kamma adalah melahirkan Nama-Rupa:
Janaka-kamma melaksanakan Punarbahava, yaitu kelahiran kembali dari makhluk-makhluk dialam kehidupan (lapisan kesadaran) sebelum mereka mencapai pembebasan Arahat.

2.      Upatthambaka-kamma: Kamma yang mendorong terpeliharannya suatu akibat dari suatu sebab yang telah timbul. Mendorong kusala atau akusala-kamma yang telah terjadi agar tetap berlaku.

3.      Upapilaka-kamma: Kamma yang menekan kamma yang berlawanan agar mencapai kesetimbangan dan tidak membuahkan hasil. Kamma ini menyelaraskan hubungan antara kusala-kamma dengan akusala-kamma.

4.      Upaghataka-kamma: Kamma yang meniadakan atau menghancurkan suatu akibat yang telah timbul, dan menyuburkan kamma yang baru. Maksudnya kamma yang baru itu adalah garuka-kamma, sehingga akibatnya mengatasi semua kamma yang lain.

3.3.2. Pembagian Karmma Menurut Waktu

Ukuran tindakan = ukuran umpan balik

tindakanUmpan balik

Waktu

Waktu sekarangtindakan berikutnya

Tindakan sekaranghasil dimasa depan

Dalam prinsip karma yang membutuhkan waktu di ibaratkan seperti gambar di atas, di mana tindakan kita dan hasil umpan baliknya sebagai anak panah tunggal. Sesungguhnya, kenyataan yang lebih kompleks-interaksi yang bekelanjutan dari banyak gelombang. Namun prinsipnya adalah sama: semua yang kita kirimkan, akan kembali dalam bentuk tertentu dan proses ini memerlukan waktu interval waktu tertentu. Dalam hal ini ada bagian karma menurut waktu yakni:

1.Ditthadhamma Vedaniya KammaDitthad (Karma yang langsung berbuah) yaitu Karma yang menghasilkan akibat (vipaka) dalam jangka waktu satu kehidupan.

2.Upajja Vedaniya Kamma yaitu aitu Karma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnyayaitusatukehidupansetelahkehidupansekarang. Misalnya orang yang melakukan meditasi hingga mencapai jhana tertentu, maka setelah meninggalia akan langsung terlahir di Alam Brahma.

3.Aparapariya Vedaniya Kamma yaitu Karma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupanberikutnyasecaraberturut-turut. Salah satu contoh adalah orang yang sering mendengarkan Dhamma, besar kemungkinan ia akan terlahir kembali di alam sorga dalam kehidupan-kehidupan yang berikutnya. Mengapa demikian? Dengan mendengarkan Dhamma, orang tersebut telah melakukan kamma baik karena ia telah melatih berdana perhatian. Selama mendengarkan Dhamma, ia juga telah memusatkan pikiran, ucapan serta perbuatannya ke arah kebajikan, apalagi jika ia dapat mengerti serta melaksanakan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Kebajikan ini tentunya sangat selaras dengan salah satu isi kotbah Sang Buddha yang menyatakan bahwa mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai adalah Berkah Utama.

4.Ahosi Kamma yaitu Karma yang tidak sempat berbuah karena telah kehabisan waktu atau kehilangan kesempatan untuk berbuah. Ahosi Kamma terbentuk ketika kekuatan suatu perbuatan (karma) terhalangi oleh kekuatan perbuatan (karma) lain yang sangat besar. Selain itu Ahosi Kamma terbentuk jika tidak adanya kondisi-kondisi pendukung yang dibutuhkan untuk karma itu berbuah,sehingga karma tersebut tidak menghasilkan akibat (vipaka). Sering orang mengatakan bahwa tercapainya Nibbana (Bhs. Pali) atau Nirvana (Bhs. Sanskerta) adalah ketika karma baik dan karma buruknya telah habis. Padahal karma itu sangat sulit untuk dapat habis berbuah karena jumlahnya yang tidak terbatas. Namun, karma dapat dipotong. Kita dapat merasakan buah karma apabila kita masih mempunyai badan dan batin, artinya kita masih hidup setelah dilahirkan. Apabila kita tidak dilahirkan kembali, maka kesempatan untuk merasakan buah karma baik maupun buruk sudah tidak ada lagi. Dengan demikian, ada berbagai karma yang tidak sempat berbuah.

IV. Refleksi Teologi

4.1 Pandangan Kristen Tentang Karma dalam Galatia 6: 7

Dalam konteks ini iman Kristen memang tidak sejalan dengan ajaran agama Hindu atau Budha soal kehidupan di masa mendatang. Sebab dalam iman Kristen setelah kematian,seseorangtidak mengalami inkarnasi (kelahiran kembali) lagi, tetapi dia harus mempertanggungjawabkan di hadapan pengadilan Allah atas apa yang telah dia lakukan dan imani sepanjang dia hidup. Sebaliknya agama Hindu atau Budha umumnya berpikir secara siklis, yang mana kehidupan seseorang di masa kini menentukan kualitas inkarnasinya di masa mendatang.

Karma menurut pandangan Kristen dapat kita lihat di Galatia 6:7 bahwa apa yang ditabur orang itu yang akan dituainya. Bila seorang menabur dalam dagingnya, maka ia mengharapkan hasil yang baik dari dirinya sendiri, tetapi hasil itu akan bersifat kebinasaan. Orang lain akan menabur dalam Roh, karena mengharapkan hasilnya dari Roh yaitu hidup kekal. Ini tidak hanya sekedar mengenai lamanya masa hidup kita saja, tetapi terutama mengenai akibat yang ditimbulkannya. Tetapi akibat itu barulah nyata pada waktu penuaiaan yaitu hari Tuhan. Dalam hal ini juga Paulus mau menegaskan jika seseorang menabur dalam daging, ia akan memperoleh dosa-dosa karena setiap orang yang menabur dalam danging itu ahnnya akan menghasilkan yang fana. Berhubungan dengan haru Tuhan, hari Tuhan yang dimaksudkan adalah dimana saatnya Yahweh secara aktif bertindak menghukum dosa yang sudah mencapai puncak. Dalam Perjanjian Baru Hari Tuhan ialah kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Hari Tuhan yang tidapat diprediksi oleh siapapun, tetapi harus lebih dulu trjadi tanda-tanda tertentu akan tetapi semua tanda-tanda yang telah diberikan bukanlah akhirnya.Hari Tuhan sebagai hari penghakimanmerupakan puncak penyempurnaan, bersama dengan itu penghakiman dan pembebasan kembali dunia. Kita ditekankan untuk tidak jemu-jemu melakukan perbuatan baik, sebab pada akhirnya bilasudah tiba waktunya yaitu pada waktu penuaian kita akan menerima hidup yang kekal, asal saja kita tidak lemah. Didalam berbuat baik tidak ada batas-batasnya bagi kita.

V. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa Karma merupakan suatu perbuatan, pekerjaan (tindakan) atau juga dapat disebut dengan hasil dari perbuatannya. Dalamhal ini Krama juga dapat dimengerti sebagai kemampuan fisik maupun batin, atau segala perbuatan, reaksi atau akibat yang di kehendaki. Melalui tiga komponen tadi (tubuh (fisik), ucapan dan fikiran), inilah yang menjadi pelaku karama, dan setiap karma yang dilakukan akan membuahkan hasil. Hasil yang didapat ditentukan dari setiap perbuatan yang dialukan oleh manusia itu. Demikianlah karma dipandang sebagi hokum dan yang menyeramkan bagi kehidupan manusia sebgai pelaku-pelaku karma. Hukum ini di sebagai yang menyeramkan, karena manusia berpandangan bahwa ketika setiap manusia dalam hidupnya melakukan perbuatan buruk baik secara fisik, ucapan dan fikiran akan mendapatkan yang buruk pula. Padahal dalam agama Budha telah menjelaskan bahwa karma merupakan suatu hokum yang berifat sebab dan akibat. Bukan berarti karma tidak dapat diubah, seperti pemahaman orang banyak selama ini bahwa karma tidak dapat diubah, dan mempunyai dapat terhadap keturunan kita selanjutnya. Karma dapat diubah melalui penyadaran diri sendiri akan setiap pebutan yang telah kita lakukan.

Didalam pandangan Kristen karma seseorang akan diterima pada saat Hari Tuhan yaitu hari penghakiman. Dimana apa yang dilakukan oleh manusia itu akan dipertanggung jawabkan kepada Tuhan. Apakah yang baik yang dilakukan atau yang tidak baik akan dilihat dari akibatnya apakah dia menerima kekekalan atau kebinasaan yang ditentukan oleh Allah. Berbeda dengan pandangan budha karma seseorang itu akan terlihat pada kehidupan yang akan mendatang jika dia merasakan kebahagiaan atau penderitaan pada kehidupan yang akan mendatang itu adalah sebuah akibat dari kehidupan sekarang. Sehingga ada dikatakan jika ingin melihat kehidupan di masa mendatang, kita harus melihat perbuatan kita sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Karen,Budha, Jogyakarta: Bentang Budaya, 2002

Bhavilai, Phra Bhasakorn dkk, Karma Wacana Baru Mengenai Konsep Sebab-Akibat Buddhis, Karaniya, 2011), 23-24

Daun,Paulus, Pengatar Ke Dalam Ilmu Perbandingan Agama 2, (Manado: Yayasan Daun Family, 2008

Gunning, J.J.W, Tafsiran Surat Galatia, Jakarta: BPK-GM, 2003

Hadiwijono, Harun, Agama Hindu dan Buddha, Jakarta: BPK-GM, 2010

Hong, A. G, Ilmu Agama, Jakarta: BPK-GM, 2009

Hsing Yun, Y.A Mahabhikshu, Karekteristik dan Esensi Agama Budha, Bandung: Karaniya,1994

Kalupahan, David. J, Filsafat Budha, Jakarta : Erlangga,1985

Koesbyanto, Dhanu, Mamahami Realitas Hidup Apa adanya, Jakarta: Obor, 2003

Mahasthavira, Dutavira, Sabda Hyang Budha Tentang Sutra Karma Sepuluh Jalan Kebajikan, akarta: Pustaka Suci Mahayana, 2001

Neill, Stephen, Paul To The Galatians, London: Lettetworth Press, 1958

Stokes, Gillian, Budha, Jakarta: Erlangga, 2000

Suryananda, Memahami Budhayana,Bandung: Yayasan Penerbit Karaniya, 1995

Wendy, Tony,Pandangan Salah Tentang Agama Buddha, Yayasan Bhakti Dharma, 1989

Yung, Lie le, Karma dan Nasib, Jakarta:1984

Kamus/Ensiklopedi

-----------“Karma”, Enslikopedi Nasional Indonesia Jilib 8, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990

………………. Ensklopedi Alkitab Masa Kini,Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008

W.R.F,Kamus Alkitab,Jakarta: BPK-GM, 2010

Website

http://karmaboutiquebistro.blogspot.com/2010/10/arti-karma.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_agama_Buddha ( 23 Februari 2013)

http://artikelbuddhist.com/2011/05/hukum-karma.html

http://ekonapiyanto.wordpress.com/2010/02/03/174/

http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=798&Itemid=29

http://www.tamandharma.com/

http://www.tamandharma.com/ 22/2/13

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun