Dulu lemak dianggap musuh, sekarang gula yang jadi tersangka utama. Dulu Pluto planet, lalu bukan. Dulu kita percaya otak manusia berhenti berkembang di usia tertentu, lalu ditemukan bahwa ia tetap plastis sepanjang hidup.Â
Ilmu bukan dogma, dan justru karena itu ia tidak pernah final. Kalimat tersebut terlintas setelah saya melihat anime "Orb: On the Movements of the Earth"
Masalahnya, kita hidup di dunia yang mendewakan kepastian. Seolah-olah tidak tahu adalah kelemahan, dan ragu dianggap tanda kegagalan.
Kita bicara soal kebenaran, tapi lupa bahwa kebenaran juga bisa bersifat sementara. Bukan berarti bohong, tapi mungkin belum lengkap.
Seperti melihat lukisan besar dari dekat terlalu dekat hingga yang tampak hanya warna-warna kabur tanpa bentuk. Lalu kita menyimpulkan isi lukisan hanya dari sepotong kecil kanvas.
Ada satu hal lagi yang pernah booming, yaitu tentang sejarah. Siapa yang menulisnya? Siapa yang punya kuasa menentukan versi mana yang diajarkan di sekolah? Saya tak sedang mendorong teori konspirasi, tapi realistis saja setiap peradaban punya narasi.
Setiap kekuasaan menyukai kisah yang menguntungkan dirinya. Maka sejarah, seperti juga pengetahuan lainnya, tidak sepenuhnya netral.
Bahkan teknologi yang kita banggakan hari ini bisa jadi hanya mainan primitif dibanding apa yang belum kita temukan.
Bayangkan seseorang di zaman pertengahan melihat smartphone mungkin ia akan menganggap itu sihir. Begitu pula dengan masa depan yang mungkin melihat kita hari ini sebagai peradaban yang masih meraba-raba dalam gelap.
Dunia selalu lebih besar dari pemahaman kita, dan barangkali itulah yang membuatnya begitu menggoda.
Namun, bukan berarti kita harus mencampakkan semua yang telah kita pelajari. Justru karena pengetahuan bisa salah, kita harus menjaga kerendahan hati untuk terus belajar.