Pernahkah Anda mengalami dilema yang mungkin juga dirasakan banyak orang, yaitu keinginan untuk terus membeli buku baru yang begitu menarik, tetapi waktu untuk membacanya begitu terbatas.
Selamat Anda adalah seorang book hoarding, fenomena book hoarder adalah seseorang yang memiliki kecenderungan untuk mengumpulkan buku dalam jumlah besar, meskipun tidak semua dibaca atau diselesaikan.
Saya mungkin juga bisa dikatakan sebagai seorang book hoarder. Untuk membaca buku sekitar 300 halaman, terkadang saya membutuhkan waktu lebih dari dua bulan.
Saya tahu, mungkin terdengar ironis meminta maaf atas tumpukan buku yang semakin menumpuk, sementara halaman demi halaman tetap tak tersentuh.
Ada rasa bahagia saat membeli buku baru, tetapi di sisi lain, ada juga rasa bersalah melihat tumpukan buku yang belum tersentuh. Mengapa ini bisa terjadi?
Mengapa Kita Menjadi Book Hoarder?
Fenomena ini bukanlah sesuatu yang langka. Banyak orang yang merasa terdorong untuk membeli buku lebih banyak daripada yang bisa mereka baca.Â
Yang ada dipikirannya adalah "mungkin saya bisa membaca bukunya di lain waktu" tapi lain waktunya itu kapan? "Yaa, kapan-kapan" kurang lebih begitu. Berikut beberapa alasan mengapa kita menjadi book hoarder:
1. Kesenangan Berburu dan Membeli Buku
Ini adalah alasan paling masuk akal dan klasik. Ada kepuasan tersendiri saat membeli buku baru. Bahkan sebelum membacanya, kita sudah merasa bahwa kita telah memperoleh sesuatu yang berharga.
2. Takut Melewatkan Kesempatan
Kesempatan terkadang tidak datang dua kali. Saat ada festival buku atau diskon besar keinginan membeli buku semakin bertambah kuat. Bahkan orang yang tidak suka membaca saja bisa tertarik untuk membeli buku.
Bahkan bisa jadi beberapa buku memiliki stok terbatas atau hanya dicetak dalam jumlah kecil. Ini membuat kita berpikir, "Kalau tidak beli sekarang, nanti susah dicari."
3. FOMO (Fear of Missing Out)
Sederhananya seperti ini, saat teman-teman atau komunitas membaca atau membicarakan sebuah buku yang sedang populer, kita merasa perlu ikut memilikinya agar tidak ketinggalan tren. Padahal itu bukan genre bacaan yang diminati oleh diri kita.
4. Harapan Meningkatkan Diri
Banyak dari kita membeli buku dengan harapan bahwa suatu hari kita akan membacanya dan menjadi lebih pintar, lebih produktif, atau lebih berkembang. Sayangnya, realitas sering kali berbeda. Hehehe.
Mengatasi Dilema Book Hoarder
Beberapa cara yang bisa membantu mengurangi kebiasaan menimbun buku tanpa menghentikan kecintaan kita terhadap literasi.
1. Menyelesaikan Satu Buku Terlebih Dahulu
Sebelum membeli buku baru, pastikan sudah menyelesaikan satu buku dari koleksi yang ada. Ini membantu mengontrol jumlah buku yang menumpuk dan memotivasi untuk membaca lebih banyak.
2. Membuat Daftar Bacaan Prioritas
Susun daftar buku yang benar-benar ingin dibaca dan beri target waktu untuk menyelesaikannya. Cara ini biasa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kedisiplinan tinggi.
3. Membatasi Anggaran Belanja Buku
Menetapkan anggaran khusus untuk membeli buku setiap bulan atau setiap tahun bisa membantu mengontrol pengeluaran. Jangan terbawa nafsu.
Menemukan Keseimbangan Antara Koleksi dan Membaca
Menjadi book hoarder bukan berarti kita harus berhenti membeli buku sepenuhnya. Yang penting adalah menemukan keseimbangan antara membeli dan membaca.
Pada akhirnya, membaca adalah tentang menikmati prosesnya, bukan sekadar mengoleksi buku sebagai simbol intelektualitas. Jangan biarkan buku hanya menjadi penghuni rak, biarkan ia menjadi penghuni pikiran.
Jadi, mari kita bersama-sama berusaha untuk menjadi bukan hanya book hoarder, tetapi juga book reader yang benar-benar menikmati dan menghargai setiap halaman yang kita baca.
Akhir kata. Tidak ada buku yang benar-benar sia-sia, bahkan yang belum dibaca pun bisa menjadi pengingat bahwa masih banyak ilmu yang perlu dikejar. Membeli buku adalah investasi, membacanya adalah keuntungan. See you, Adios.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI