Pertama, pengemudi menuntut pengurangan potongan biaya aplikasi, yang dianggap terlalu besar dan membebani.
Potongan antara 20%-30% dianggap tidak adil, mengingat pengemudi juga harus menanggung biaya operasional kendaraan mereka.
Kedua, mereka meminta status pekerjaan yang lebih jelas, dengan harapan pengemudi mendapatkan hak-hak layaknya pekerja tetap, seperti jaminan sosial dan kesehatan.
Tuntutan ketiga adalah revisi tarif layanan. Pengemudi ingin tarif yang lebih adil dan transparan agar ada keseimbangan antara upah yang diterima dan biaya yang mereka keluarkan.
Keempat, driver menuntut penghapusan kebijakan seperti program prioritas dan slot yang dianggap hanya menguntungkan aplikator dan merugikan pengemudi.
Terakhir, pengemudi meminta pemberian sanksi tegas terhadap aplikator yang melanggar regulasi, demi terciptanya sistem yang lebih adil.
Dampak dari aksi ini tentu saja signifikan. Gangguan layanan yang terjadi mengakibatkan keterlambatan dan kesulitan bagi konsumen dalam memperoleh transportasi.
Kenaikan tarif pada jam sibuk pun menjadi beban tambahan bagi pengguna yang sudah terbiasa dengan harga yang terjangkau dan layanan yang cepat.
Â
Titik Perselisihan Ojol
Masalah utama antara aplikator dan pengemudi terletak pada pembagian pendapatan dan kebijakan tarif. Aplikator biasanya mengambil komisi antara 15%-30% dari tarif yang dibayar oleh konsumen.