Mohon tunggu...
Rio Fernando Alexander
Rio Fernando Alexander Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

Generalist dengan pengalaman sebagai product manager

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

QRIS Code Cross-Border ASEAN: Bencana Bersama di Balik Sistem Pembayaran Regional yang Terintegrasi

20 Juni 2023   23:54 Diperbarui: 21 Juni 2023   00:03 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://qris.online/homepage/

Berkaca dari Indonesia: Konektivitas serta Integrasi dan Akselerasi Ekonomi Digital Tingkat Regional

Masifnya penggunaan QRIS di Indonesia menjadi salah satu motivasi dan harapan Bank Indonesia dalam mewujudkan kawasan regional Asia Tenggara yang lebih terintegrasi. Bukan hanya perkara masif saja, di Indonesia sendiri, QRIS terbukti mampu mendorong konsumsi belanja masyarakat dan meningkatkan persentase inklusi keuangan digital masyarakat. Hal ini dikarenakan--aksesibilitas yang mudah--QRIS digunakan di berbagai skala lini bisnis, mulai dari mikro hingga menengah ke atas, didukung dengan tingkat penggunaan smartphone yang tinggi, yang kemudian berdampak pada volume transaksi yang sangat besar. Keberhasilan inilah yang diharapkan dapat diterapkan di level yang lebih luas lagi, yaitu Asia Tenggara.

Untuk mewujudkan keberhasilan ini, Bank Indonesia bekerjasama dengan bank sentral negara-negara lain di Asia Tenggara, termasuk Bank Negara Malaysia (BNM), Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS), dan Bank of Thailand (BOT), dalam menciptakan sistem pembayaran digital bersama yang terintegrasi. Dengan diberlakukannya sistem QRIS antarnegara, masyarakat antar negara tersebut dapat melakukan transaksi melalui handphone tanpa perlu menukar uang dengan mata uang negara yang sedang dikunjungi. Hal ini memberikan kemudahan transaksi yang nyaman dan cepat apabila dibandingkan dengan transaksi menggunakan uang tunai. Sekilas memang terlihat menjanjikan, namun, apakah implementasinya akan semenjanjikan itu? Apakah mungkin ada bencana yang menanti dan harus dimitigasi?

Point of View Pemerintah: Pemungutan Pajak dan Lemahnya Pertukaran Uang Fisik

Negara-negara di Asia Tenggara yang terlibat dalam sistem pembayaran regional bersama kebanyakan bergantung pada pajak sebagai penerimaan negara. Salah satu pungutan pajak yang diberlakukan adalah pajak-pajak yang menggunakan QRIS Code Cross-Border ASEAN ini. Pemerintah negara-negara anggota perlu memperhatikan bagaimana pemungutan pajak terhadap transaksi ini akan dilakukan. Hal ini termasuk menentukan apakah pajak akan dikenakan pada negara asal transaksi, negara penerima transaksi, atau kombinasi keduanya. Negara-negara ASEAN perlu berkoordinasi dan mengadopsi peraturan pajak yang konsisten dalam penggunaan QRIS. Hal ini penting untuk memastikan adanya kejelasan dan kepastian hukum terkait pajak yang berlaku dalam transaksi pembayaran elektronik lintas batas. Negara-negara anggota juga harus memastikan bahwa sistem pajak elektronik mereka mampu menangani transaksi QRIS dengan efisien dan akurat, serta dapat melacak dan melaporkan pendapatan yang relevan untuk pemungutan pajak.


Saat ini, belum terdapat regulasi yang jelas mengenai pemungutan pajak antarnegara untuk QRIS Code Cross-Border ASEAN. Apabila hanya demi kemudahan dan integrasi kawasan regional semata, masing-masing negara yang terlibat berpotensi mengalami kerugian penerimaan pajak.

Tak hanya itu, apabila QRIS Code Border ASEAN digunakan secara masif nantinya, hal ini akan berpengaruh kepada jumlah uang fisik yang beredar. Sebagai contoh, mata uang Indonesia yaitu Rupiah, dan mata uang Malaysia yaitu Ringgit. Permintaan dan penawaran terhadap Rupiah dan Ringgit di pasar valuta asing tingkat Asia Tenggara akan mempengaruhi nilai tukar kedua mata uang tersebut. Jika permintaan terhadap Rupiah meningkat atau penawaran terhadap Ringgit menurun, nilai Rupiah cenderung menguat terhadap Ringgit. Sebaliknya, jika permintaan terhadap Ringgit meningkat atau penawaran terhadap Rupiah menurun, nilai Ringgit cenderung menguat terhadap Rupiah. Apabila tingkat adopsi QRIS Code Border ASEAN ini nantinya tinggi, hal ini akan berpengaruh pada rendahnya pertukaran uang fisik, yang kemudian berdampak pada nilai tukar kedua mata uang tersebut. 

Walaupun memang, secara ekonomi, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi naik-turunnya nilai mata uang kedua negara tersebut. Selain itu, pengaruh terhadap kurs mata uang bukanlah hasil langsung dari penggunaan QRIS Code Cross-Border ASEAN itu sendiri, melainkan dampak dari interaksi kompleks faktor-faktor ekonomi, keuangan, dan kebijakan yang saling terkait. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemantauan dan analisis mendalam terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan di kawasan untuk memahami pengaruh yang sebenarnya terhadap kurs mata uang. Negara yang terlibat perlu menyusun strategi agar nilai mata uang masing-masing negara dapat bergerak cukup stabil kendati jumlah permintaan dan penawaran uang fisik, dan transaksi digital yang fluktuatif.

Point of View Pengguna: Fluktuasi Nilai Tukar

Mata uang negara-negara di ASEAN yang berbeda-beda menyebabkan adanya perubahan kurs nilai tukar setiap terjadinya transaksi. Pembayaran yang memungkinkan turis untuk melakukan pembayaran dengan mata uang asing melalui QR Code atau sistem pembayaran digital dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar antara mata uang negara-negara yang terlibat. Misalnya saja, terdapat seorang Warga Negara Indonesia bernama Ridho tengah berlibur di Singapura. Ia menukarkan mata uang rupiah di money changer yang berlokasi di Indonesia dengan kurs Rp10.000 per satu dolar Singapura. Namun, saat Ridho bertransaksi dengan menggunakan QR Code di Singapura (dengan mata uang Rupiah), kurs-nya berubah menjadi Rp10.500 per satu dolar Singapura. Saat Ridho bertransaksi lagi, kurs-nya berubah menjadi Rp9.500 per satu dolar Singapura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun