Mohon tunggu...
Rinta Wulandari
Rinta Wulandari Mohon Tunggu... Pegawai -

wanita muslim, senang menulis, seorang perawat, Pejuang Nusantara Sehat Batch 2 Kemenkes RI. Punya banyak mimpi. twitter: @rintawulandari Karya yang pernah di terbitkan: - Tahun 2011 menulis buku bersama empat orang teman SMA berjudul “Buku Penting SMA” (Pustaka GoodIdea Indonesia), menulis cerita anak berjudul “Pelajaran Buat Kiki” (Lampung Post), cerita anak “Hantu Toilet” ( Lampung Post )- Tahun 2013 menulis antologi kumpulan cerpen berjudul “Dakwah dan Cinta” (Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerita anak berjudul “Pelangi untuk Ananda” ( Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerpen horor berjudul “The Haunted Night” (Meta Kata), antologi kumpulan cerpen horor komedi berjudul “Hantu Koplak in Action” (Publishing Meta Kata), cerpen yang berjudul “Jiwa Yang Luka” menjadi nominasi cerpen Favorite oleh event LMCR Rayakultura Rohto, cerpen berjudul “Cerita Lain pada Pantai Itu” diterbitkan dikoran Dinamika News, antologi kumpulan cerpen "Ruang(tak bernyawa)" oleh Az-Zahra Publisher. Tahun 2014; Cerita Anak Kode Rahasia Dika (Lampung Post), juara 3 even Phobia (Cerpen: Darah? No!)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

R.VK DAY 2,3,4: Waktu yang Pendek Namun Bermakna Panjang

19 September 2013   20:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:39 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hari-hari berasa banget diruangan ini. Penuh ilmu dan makna. Bagi yang bisa memanfaatkannya bisa merangkum ilmu yang tercecer di ruang Verlos Komer, atau VK ini. Istilah bahasa Belanda yang artinya kamar bersalin.

HARI KEDUA (16/09/13)

Mungkin ini adalah hari pertama bagi kawan-kawan yang dines. Tapi jadi hari kedua bagi kami bertiga. Gak heran kalo banyak sms atau telpon yang bertanya gimana di VK. Yang paling mereka tanya adalah enakan dines shift pagi, sore atau malam. Kalo orang normal sih, pasti bilang enakan shift pagi, waktunya sempit gak banyak. Dateng jam 8 pulang jam 2an. Kalo sore atau malam, sensasinya yang bikin beda.

Hari kedua ini, ada anak bidan poltekkes juga. Alhamdulillah ada temen. Bisa berbagi ilmu, karena ruangan ini memang sarangnya para bidan beraksi, dan mereka memang mempelajari hal itu lebih dalam. Siang ini ada pasien kiretatau kuret denger kata itu, jadi inget tante yang dijakarta. Seharusnya udah punya anak 3, tapi harus di kuret karena keguguran. Kakak bidan ruangan menginstruksikan kami, khususnya pada mahasiswi bidan untuk menyiapkan berbagai alat kiret. Otomatis kami ngerubung karena ingin tahu. Setelah mereka menyatukan berbagai alat, dengan kode kode tersendiri di alat itu, mereka ditertawakan, karena alatnya masih salah. Ya wajar, namanya juga masih belajar. Ternyata ada ukuran alat hm, seinget ku angka 456 atau apalah itu, yang terselip. Mereka mencari kode itu di gagang besi tiap alat, akhirnya mereka menemukannya. Dan melafazkan Alhamdulillah penuh kesyukuran, karena takut disalahkan lagi, karena kelamaan cari alat.

Pasien di ruangan itu sedang kesakitan. Dari data, ada sesuatu yang menyebabkan si ibu hamil yang kandungannya 2 bulan ini harus di kuret, dokter dan coas sudah dengan alatnya masing-masing. Kami memperhatikan proses itu. menurut kami itu proses yang menyakitkan bagi ibu, kadang dahi ini mengerut sendiri, saking tak tega melihatnya. Disatu sisi, sang ibu pasti sedih karena harus kehilangan kandungannya, di sisi lain, tidak ada yang tau akan takdir. Apalagi suatu kecelakaan yang membuat si ibu harus menggungurkan kandungannya. Dan hal ini menggelitik saya lagi, kak Nora juga lagi memperhatikan proses itu, sambil sesekali membantu jalannya operasi itu. saya mulai mendekati dan bertanya-tanya tentang kuret ini. Secara lugas ia bisa menjawab apa yang saya tanya, tapi saya masih ingin tau lebih banyak, dengan akhir kata..

“Kak kasih kuliah tentang kuret ya, waktu itu materi sungsangnya lumayan paham..hehe”

Kak nora mengangguk sambil tersenyum, kemudian kami memperhatikan lagi prosesnya. Bahkan hari ini ada dua kali kiret. Oh ibu, sabar ya.. itu menyakitkan. Tapi.. siapa yang tahu takdir, manusia hanya menjalankan :’)

Jelang siang, ada pasien yang partus. Ini partus istimewa. Dengan vakum. Jadi ceritanya ibu ini anak pertama, pembukaan hampir lengkap, tapi kepala bayi belum masuk di Pintu Atas Panggung(koreksi kalo salah yak). Ibu itu sudah kesakitan. Aku dan nurul, anak bidan mengawasi ibu itu. Dan ibu itu gakmau lepaskan tangannya dari tangan kami. satu tangan memegang tangan kiri ku, satunya lagi memegang tangan kiri Nurul. Kami berusaha menenangkan, dan membiarkan si ibu mengikuti pergerakan sang janin, ketika sudah ada kontraksi, si ibu harus ikutan mengejan, biar si janin turun menuju pintu keluar.

“Bu, kalo anaknya kontraksi, ibu lawan ya.. ambil nafas dalam terus mengedan, kalo anaknya gak kontraksi, gak usah dilawan bu, ibu isi tenaga dulu..”

Hari semakin malam, si ibu terus berusaha. Sedangkan tim medis sudah menyiapkan berbagai alat. Dokter sudah standby. Bidan juga sudah siaga, dan para coas terus mengawasi. Akhirnya karena pembukaan sudah sempurna, ibu ini melakukan persalinan secara vakum. Ada 4 orang lebih yang memegangi tubuh ibu itu, di kanan di kiri, untuk memegangi kaki si ibu, di atas kepala ibu ada kakak bidan yang membantu mendorong perlahan si bayi yang akan keluar, dan satu orang memegangi kepala ibu agar tetap stabil. Meninggikan kepala ibu hingga ia bisa melihat perutnya, dan mengawasi agar si ibu tidak menutup mata ketika mengejan, dan gigi dengan gigi harus bertemu saat mengejan. Sedangkan ada 3 orang yang siaga di pintu keluar si bayi, ada dokter, kakak coas dan kakak bidan. Takjub. Ini perdana, aku lihat proses kelahiran secara vakum. Alat itu diberikan pada kepala bayi yang akan lahir, untuk menjemput bayi menuju pintu keluar. Karena kalau tidak, ada hal yang lebih beresiko jika pembuka sudah lengkap, ketuban sudah pecah, bayi tetap tidak dibantu. Si bayi keluar, beserta plasentanya. Belum menangis, si bayi segera diletakkan diatas perut ibu. Sang ibu tak henti melafadzkan kesyukurannya.. “Alhamdulillah.. Alhamdulillah...” ini adalah anak pertama si ibu. Kemudian si bayi dipindahan ketempat yang hangat dengan alat pertolongan lainnya, seperti suction sebagai penghisap lendir, dan peralatan canggih lainnya. Setelah lendir dihisap, dikeluarkan kemudian badan bayi sedikit digoncangkan, maka melengkin lah tangis bayi. Jerit kesyukuran dan keindahan. Tatkala umat nabi Muhammad kini lahir ke dunia, melihat alam yang telah di sediakan Allah untuk tempatnya bernaung dan berkembang.

HARI KETIGA(17/09/13)

Hari ini kami dines pagi. Rasanya lelah, dengan urutan dinas hari pertama Malam(15/09/13), pulang pagi, siangnya dines (16/09/13),, pulang.. paginya dines lagi(17/09/13). Sesampainya diruangan, kami melakukan vulva hygiene sesuai intruksi kakak bidan diruangan. Kemudian memasangkan kateter bagi ibu yang akan di operasi caesar. Kami membersihkan perlahan, dengan washlap dan air. Ada aroma khas yang.. ah sudahlah itu resiko dan itu memang lumrah pada ibu yang hendak bersalin. Tentunya semua tindakan yang kami lakukan tak luput dari berbagai APD(Alat Pelindung Diri) seperti handskun, dll. memasangkan sarung yang baru, merapikan perlak. Kemudian kami melakukan sterilisasi alat, dan beranjak lagi ke tirai berikutnya, yak sekalian. sarung tangan kami sudah kami basih dengan klorin, agar bakteri pada ngabur. Tidai selanjutnya sama dengan si ibu yang disebelah tirai. Agak kesana lagi... lumayan, lumayan kuat. Untunglah mental kami masih bisa diajak seseruan. Yak kami bergelut dengannya. Dengan jaringan itu yang berada di tempat tidur beralaskan perlak. Solusio Plasenta. Rentan sekali. Seperti yang kita ketahui Solusio Plasenta adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan terlepasnya plasenta dari dinding rahim (kandungan) bagian dalam sebelum persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian (http://www.persify.com ). Aroma itu.. dar dar dar! Menohok sekali pemirsaaa. Aku dan Minar, anak bidan yang membereskannya. Sesekali kami mengistirahatkan hidung dengan agak menjauhkan kepala dari tempat tidur, seperti nge-les ambil perlak baru atau lainnya. Hehe maklum kan kamiii. Aku pun begitu, ktika Minar mulai membersihkan lagi, aku agak sedikit menyapa kawan, bergeser sedikit, dengan mata berair. Dan menahan suatu yang menggelitik tenggorokan. Kutahan!jangaaan sampai terjadi.

Jelang jam 10-an. Si ibu yang lain masih berkontraksi. Di suatu tirai ada ibu yang sudah meringis karena kandungannya.

“Aduh ini tolong saya.. kalian gak bantu saya.. saya ini kesakitan...” keluh si ibu sambil meringis. Jelas-jelas dihadapannya ada dokter, para Coas, para bidan dan para mahasiswa yang terus mengawasi si ibu. Ibu itu terus dianjurkan tarik nafas panjang ketika terjadi kontraksi, karena masih menunggu pembukaan lengkap.Tak beberapa lama kemudian.. si ibu beranjak dong, dari tempat tidurnya hampir berdiri malah..

“Ah udahlah saya pulang aja..” kami menahan ibu itu. si ibu segera diberi pengertian oleh kakak Bidan, tentang kondisimya. Akhirnya si ibu agak tenang. Namun.. lagi-lagi.. tanganku digenggam erat oleh ibu itu. tiap ada kontraksi, si ibu mengejan, tangan ini sebegai pelampiasan peremasannya. Oh bundaaaa :’) kalau tak salah, saat itu aku sama Nurul anak bidan poltekkes. Sedangkan alat sudah dipersiapkan. Dalam hening, tiba-tiba ibu itu mengejan sepenuh hati dan..

“Sabar bu, sabar.. saya pakai handskun duluuu..” kata kakak bidan. Hyakk ternyata kakak yang sering dipanggil Bunda di ruangan ini, gak sempat. Baru pake satu handskun ditangan kirinya, namun ia tetap merespon si bayi, karena kepalanya sudah keluar. Tangan kiri dengan handskun, dan tangan satunya beralaskan kain diatas perut ibu.. kemudian si bayi segera menangis nyaring.. sambil diletakkan diperut ibu, dibantu kak Nora di sebelahnya yang sudah siaga dengan handskunnya. Lengkingan bayi nyaring sekali, dan alhamdulillah tanpa epis, atau perobekan perineum(robekan jalan lahir). Mulus dan lancar. Alhamdulillah. Si bayi segera dipindahkan, di lap dengan kain, diberi injeksi vitamin K, diberikan plester berisi nama ibunya, gelang biru ditangannya, di cap sidik kaki nya, dan dipakaikan popok dan bedong. Sedangkan si ibu, sedang dilakukan pengeluaran plasenta oleh ka Nora. Aku masih memegangkan kaki si ibu, supaya masih dalam posisi sama seperti tadi. Si ibu bener-bener spesial, tega-teganya dia bilang..

“Mau dijahit ya dok?aku gak mau dijahit pokoknya..” dengan nada menghentak.

“Laah siapa yang mau ngejahit bu?ini lagi di bersihin aja..” Kak Nora jawab dengan senyum tapi kening berkerut. Agak sebel mungkin ya, sambil menunduk mengambil washlap yang sudah berisi air, dan melirikku, sambil bilang..”spesial ibu ini!” dengan bisikan halusnya, tapi tetep saja masih ada senyum tentu. Dunia kesehatan memang harus tahan banting. Hyaak.

Disebelah si ibu juga ada kakak koas yang bilang..

“Ibu mau tenang, apa kami jahit ini?”

“Iya..iya aku tenang, aku tenang. Aku ngeri di jahit dok..” ujar si ibu kemudian mulai tenang. Aku lagi menambahi..

“Bu, ibu tenang aja, nanti daripada dokternya yang pergi, gak bantuin ibu gimana?tenang ya bu..”

Si ibu mulai tenang, suasana kondusif. Kak Nora yang membersihkan semuanya, dari mengeluarkan plasenta ibu, melakukan Vulva hygiene, mengganti perlak ibu, sampai mengangkut kembali air bekas membersihkan area kewanitaan si ibu, yang berwarna merah menjadi ciri khas. Ketika tawaranku membantunya ditolak dengan lembut.

“Gak usah dek biar aku aja.. “ tanpa penutup hidung, hanya memakai celemek putih melapisi jas putihnya, kemudian handskun. Tak ada rona malas sama sekali. Lagi, aku belajar. Bagaimana seseorang, mengerjakan tugasnya dengan utuh, meskipun bergelut dengan hal berwarna merah dan plasenta. Bisa saja kak Nora yang telah menyelesaikan mengeluarkan plasenta ibu dan membersihkan area ibu, menyerahkan pemberesan alat pada kami. Tapi, Ia membawa semuanya ke belakang, tempat sterilisasi berbagai alat. Meyiramnya sendiri dengan air, merendam alat dengan larutan klorin yang sudah disiapkan. Sedangkan aku memakaikan sarung baru di badan ibu yang sudah bersih dan memakaikan pembalutnya. Dan membawa air klorin baru untuk diletakkan kembali ketempatnya. Lagi. Saya doakan agak kak Nora jadi dokter handal yang dicintai masyarakat kelak! Aamiin.

HARI KE EMPAT (18/09/13)

Dinas Malam. Dinas malam adalah puncak dari segala jenis persalinan. Dengan proses yang berbeda dan teknik bantuan persalinan pun yang berbeda pula. Malam ini kami datang dengan semangat menggebu. Yihaaa hari terakhir di ruangan VK. Dinas malam ini pula berbagai kegiatan terjadi layaknya yang sudah kujabarkan diatas. Yang jelas, segala proses persalinan sangat memberi makna hidup. Hari-hari sebelumnya juga ,ata saya menjadi saksi tentang perjuangan seorang ibu. Hikmahnya kini lebih menghargai deh, kehadiran mama dirumah. Karena rata-rata ekspresi iu yang bersalin itu sakit. Iya kesakitan. Ada pula temen yang jadi takut bersalin. Ah kodrat wanita deh, diberikan keistimewaan begitu besar jadi seorang ibu, seorang manusia yang dengan izin Allah melahirkan manusia dari rahimnya. Tentu wanita jadi makhluk terpilih dong.

Malam ini pasien tak seramai hari-hari sebelumnya. Justru lebih banyak mahasiswa yang berada diruangan ini. Lumayan ramai. Dari mahasiswa keperawatan poltekkes ada 9 orang. Yaitu kami jurusan keperawatan, jurusan Kebidanan, dan jurusan kebidanan Jasus(Jalur Khusus) mereka-mereka yang sudah berpengalaman, memiliki klinik, bahkan Pns, namun dahulu baru SPK(Sekolah Perawat Kesehatan) dan mengenyam kembali ilmu yang lebih tinggi. Kemudian ada dari instansi swasta 5 orang kalau tak salah, dari D4 Kebidanan Stikes Lampung. Kami berusaha berjalan harmonis, karena ramainya mahasiswa.

Malam itu ada yang sudah partus. Tinggal hecting perineum oleh kakak koas dan dibimbing oleh kakak bidan. Peralahan kami memperhatikan jalannya hecting, dengan panduan lembut kakak bidan. Tangan kakak coas itu gemetar, tremor. Iya, siapa yang gak gemetar kalau harus jahit daerah tertutup itu, namun karena proses belajar, dan terus dipandu, jadi hecting tak kalah rapi. Sedangkan si anak dari si ibu itu sudah nyenyak dengan pengahangatnya. Disebelah sana.

Setelah selesai, aku menuju tempat bayi senangnya melihat si bayi tertidur, dengan wajah merahnya, yang sesekali mengercap-ngercap mulutnya seusai IMD(Inisiasi Menyusui Dini) tadi. Ada kak Nora juga, yang sepertinya ia selalu menuntut ilmu di setiap shift. Kalau dari blognya saya baca.. ia selalu belajar dan meresapi tiap hikamh yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Jadi gak ada rasa capek untuk terus cari tahu. Oh ya blognya ka Nora juga bagus isinya, yang menggelitik ada di salah satu tulisannya pengalaman di ruangan jantung, ketika ia salah menulis nama obat. Jadi Anton 1x1. Saat dokter bertanya, si dokter meminta yang lain membaca tulisan ka Nora itu. “Antasida kali dok..”teman yang lain mencoba membela. “Coba baca..” “Anton 1x1 dok..” nah! Hahaha kesalahan yang membuatnya diketawai seisi ruangan dengan rekan koas yang lain. Untungnya si dokter saat itu gak malah menjatuhkan.. “Tenang. Bukan kamu satu-satunya yang salah tulis obat. Waktu itu juga ada koas yang nulis resep jadi Poniram 1x1” akakak. Disaat senggang itu aku coba mengingatkan ka Nora tentang tulisan bulan Agustus 2013 itu. awalnya dia agak kagok, kemudian.. ledak lah tawa. Dan ia menceritakan kembali kisahnya. Ya dia menyadari tentang kesalahannya, tapi dengan alasan sendiri yang memang masuk akal. Dia gak akan ulangi kesalahanya, seperti tips yang ia tuliskan dibawah blognya itu. Lagi. Ada bincang hangat antara aku tana dan beliau. Tsaaah.

Malam makin larut. Koas yang jaga malam beda. Hari terakhir malah kurang semangat. Ada capek yang gak jelas, mungkin karena kurang tidur yah, tadi siang ke rumah sakit niat konsul askep, udah nunggu lamaaa, gak menemui CI, rada pegal ga jelas gitu. Dan Selain karena pasien baru sudah mulai ramai, tidak ada pertus malam ini. Yang ada masih erangan dari para ibu hamil yang menanti pembukaan jalan lahir.masih kurang tidur. Karena disisi lain kepikiran sama Askep yang belum selesai, dan harus konsul besok pagi ke CI, keesokan harinya bakal dinas jauh ke puskesmas Panjang. Duduk diatas anak tangga untuk ibu turun dari bednya, kemudian kursi yang agak tinggi sebagai meja. Tapi ngantuk masih terus nyerang perlahan mengahanyutkan. Sialan. Tulisan sudah gak karuan. Sesekali tidur sambil menulis, hebatkan? :p dan akhirnya merebahkan wajah ditumpukan folio. Pasien juga lagi tenang. Disana si Hardi lagi ngerjain Askep, ada pasien yang infusnya macet teruus. Jadi si Hardi yang turun, karena tau kami sedang tidur merebahkan wajah di meja atau di kursi. Padahal aku sama sekali sangat mendengarnya, haha sekali-kali Hardi dikerjain, dia lebih banyak ngerjain kami juga, diam-diam sering ngilang dengan alasan makan saat dinas. Hwuu.rasakan. Malam itu badan gak fit, seperti masuk angin. Perut kembung, kepala penig karena kurang tidur, badan lemah. Tapi diusahakan, semangat di detik terakhir dinas di VK. Pagi harinya(19/09/13), ada semangat lagi yang disembulkan. Karena aku selalu antusias melihat proses persalinan itu. Dan akhirnya dengan jelas saya melihat lagi proses persalinan sungsang yang lancar dengan kekuatan ibu mengejan. Keluarkan maksila si bayi lebih dulu, perlahan keluar dengan cepat, sedangkan si ibu terusdi support oleh para penolong persalinan. Akhirnya kepala bayi menyembul keluar, di lap badannya, dibersihkan dan di suction karena ada sedikit lendir di mulutnya. Bayinya perempuan. Cantik. Kepalanya bulat sempurna. Badannya sehat dengan berat 3400 gram dan panjang 50 cm, jam 06.40 kejadiannya, pagi tadi. Kemudian dibilik sebelah sana ada pula ibu yang sedang akan partus. Dan subhanallah, lagi-lagi sungsang. Skrotumnya yang keluar lebih dulu di pintu lahir, ini bayi lelaki pastinya hehe. Namun karena suatu dan lain hal, si dede bayi harus segera dibawa keruang perawatan.

Aku membawa bayi yang sejak tadi belum diberi ASI ini. Mulutnya masih mengercap-ngercap. Lidahnya bergerak seakan mencari sumber susu ibunya. Akhirnya aku membawa si adik cantik ini ke ibunya. Sebelumnya ibunya melakukan masase pada sumber susunya mengeluarkannya sedikit diratakan agar si bayi ada dorongan untuk menghisap. Saat ditempelkan pada sumber susu ibu, di bayi sangat kuat. Seakan dalam perjalanan jauh dan haus berat. Isapan yang lumayan lama, dan ibunya turut senang melihat bayinya lahir. Ibunya sempat bilang, tadinya takut di operasi caesar karena anaknya sungsang. Tapi alhamdulillah bisa keluar normal tanpa operasi. Ya, ruangan ini selalu memberikan yang terbaik bagi para pasien. Jika ada yang lebih aman dan lebih baik kenapa tidak kan.

Karena pegal dan pindah posisi menyusui sumber susu di kiri, dan aku agak sulit menggendong si dede bayi di tangan kiri. Aku memberikan si bayi kepada kak Nora yang ada disebelahku pagi itu. Sinar matahari pagi melintas ditubuh bayi, kak Nora sambil ngobrol sama si bayi yang matanya sudah mengatup.

“Hei adik bayi, buka matanya.. matahari pagi itu indah loh..” tutur Kak Nora sambil mengayun halus si bayi. Si bayi membuka matanya perlahan, sambil keningnya berkerut lucu. Si ibu tersenyum senang melihat bayinya disayang oleh paramedis ruangan. Sampai akhirnya kami menuju tempat tidur bayi, ka Nora bertanya..

“Kalian dinas apalagi hari ini?” tanyanya padaku dan Tana.

“Sudah selasai dines kak. Besok sudah gak disini dinesnya...”

“Yaah cepet banget Cuma 4 hari. Eh kalian ada pin BB atau WA?”

“WA ada kak..” jawabku sambil memainkan si adik bayi ditempat tidurnya.

“Yauda aku minta nomor WA kalian ya.”

“Aku aja kak yang minta nomornya.. : )” jawabku lagi.

Selagi kak Nora mendekte nomornya, lah aku di mintai tolong untuk mengganti air suction dengan air yang baru. Maka terputuslah obrolan kami. selagi aku menyiapkan air suction yang diperintahkan. Dan para kawanku yang dinas pagi ini sudah pada datang, hampir pertukaran shift. Aku menghampiri ka Nora dan meminta nomor WA nya. Dia mengetiknya sendiri dan mengklik tombol hijau di hp.

“Kok gak masuk2 nomornya?” tanya Kak Nora.

Aku tersenyum malu.. “Hehe lagi gak ada pulsa kak hapenya..”jawabku cengar cengir. “Nanti aku hubungi ya Kak!” ucapku sambil berlalu.

“Oke, maafin ya kalo ada salah..” ucap kak Nora sambil tersenyum di akhir pertemuan.

Dimanapun, kapanpun, silaturahim harus tetap dijaga. Alhamdulillah, antara kami dan ka Nora tak ada senioritas, antara dirinya yang sudah sarjana kedokteran dan jelang jadi dokter muda sesungguhnya. Apalagi pada kami yang hanya mahasiswa dan umurnya masih unyu-unyu gini. Pantesan ka Nora sering bilang.. “Tua banget ya umurku?”wkwk.

Salam. Semoga dimasa yang akan datang bisa bersilaturahim kembali dalam pertemuan yang dirahmati Allah, dalam tempat dan situasi yang menyenangakan. Aamiin.

VK. Ruangan yang harus kalian sambangi, dinas disana, lakukan pertolongan, bantuan dalam bentuk apapun, dan kalian akan mengetahui hikmah. Menghargai ibu kita dan mensyukuri segala karunia Allah SWT, dan mencintai diri kita yang subhanallah Allah pilih Wanita menjadi seorang yang istimewa, memperbanyak umatnya dan akan menjadi khalifah dimasa depan. Aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun