Interaksi antar sesama dewasa ini makin gencar. Setelah adanya internet menyebabkan segala interaksi berlangsung cepat dan lebih global. Namun interaksi secara langsung (mengobrol) itu lebih utama dan lebih terasa interaksinya.
Siang ini aku dan beberapa rekan kerjaku yang berbeda profesi kumpul di satu ruangan untuk berdiskusi. Diskusi Jumat yang tertunda, harusnya Jumat lalu tapi karena aku sedang cuti jadi belum bisa dilaksanakan. Baru Jumat ini. Teman-temanku berbagai dari 2 profesi berbeda. Yang satu laboratorium atau Analis Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) dan satu lagi dari tim rekam medik.Â
Kami bertiga memang beda pekerjaan. Namun bertugas di Rumah Sakit yang sama. Selain menjalankan tugas rutin kami ada tugas tambahan yakni menjadi.. Tim Tuberculosis (TB) RS ini.
Jadi tim TB jadi tambahan pekerjaan buat kami. Ternyata kamilah umbies yang beruntung itu, dapat tambahan kerjaan dari program prioritas pemerintah untuk penanganan Tuberculosis.
Kami berkumpul untuk diskusi terkait program TB. Karena kemarin keduanya sudah mengikuti refreshment pelatihan TB maka hari ini saatnya kami sharing terkait hasil dan tindak lanjut kinerja kami dalam program TB.
Isi dari diskusi ini ngobrol santai saja. Bicara kendala-kendala yang kami alami saat mengerjakan inputan pasien. Pasien TB di Rumah Sakit Banyak dari Tb Paru maupun Ekstra Paru. Ternyata dari hasil ngobrol ini timbul banyak insight baru.Â
Apa-apa yang sudah dijelaskan di grup Whatsapp lebih jelas jika diterangkan langsung secara lisan. Mengetahui ekspresi dan tanggapan pembicara, seperti memberikan pengalaman baru dalam interaksi sosial.
Menambah keakraban juga. Karena selama ini kita hanya komunikasi via chat Whatsapp kini bisa ngobrol langsung. Banyak hal yang selama ini aku kerjakan ternyata ada keliru-kelirunya, ada juga insight baru yang baru ku ketahui sehingga muncul perbaikan.
"Kak kalo kita bisa ngerjain TB di rumah enak kali yaa.. kaya kemarin nih aku cuti. Ga ngapa-ngapain.. kalo bisa ngerjain TB di rumah kan kita bisa cari caffe ngerjain sambil ngopi..." tutur ku.
"Eh iya juga ya. Tapi sayangnya ga bisa ya buka EHR di rumah.." jawab ka Tiwi.
Begitulah karena entri TB sangat bergantu pada EHR (Electronic Health Record) karena catatan dokter terkait pasien dan kondisi, serta resep obat ada di EHR semua. Kami perlu memastikan pencatatannya lalu disinkronkan ke SITB (Website TB Nasional).
Kami juga membahas bagaimaba cara Analis laboratorium memeriksa sampel TCM dahak untuk menentukan adanya bakteri mycobacterium tuberculosis yang ternyata bisa pula hidup di cairan lambung maupun dicairan sendi!
Manusia memang makhluk sosial. Maka interaksi adalah hal rutin dilakukan tiap manusia. Jika tidak ada interaksi mungkin kita hanya berdiam saja seharian.
Selain itu dengan adanya diskusi ini bisa bantu kita berpikir lebih dalam terkait apa-apa saja sesuatu yang belum kita ketahui.
Dari diskusi kami bertiga aku menarik kesimpulan.. Program Tuberculosis ini masih ajdi program prioritas yang langsung di teken Presiden Joko Widodo periode sebelumnya. Dilanjutkan oleh Presiden Prabowo saat ini. Untuk target Indonesia untuk eliminasi Tuberculosis pada tahun 2030 dan bebas TB di tahun 2050. Untuk itu para tenaga kesehatan dan tenaga medis seluruh Indonesia dikerahkan oleh Kementrian Kesehatan untuk segera mendata seluruh pasien TB baik yang terduga, maupun pasien baru, pasien TB Kambuh, resisten obat, sampai yang riwayat putua obat tak lupa tracing keluarga untuk mencegah penularan TB.
Entri data TB yang terus di kerahkan oleh Dinkes DKI dan Dinas kesehatan seluruh Indonesia. Diadakan monev dan refreshment berkala untuk agenda kegiatan penanggulangan dan pencegahan TB. Sampai target entri pasien di website TB Nasional. Karena entri TB gencar diminta selesai, namun pasien TB dan terduga TB terus bertambah.
Senangnya karena hasil diskusi ini cukup membuat lega dan menebar beban atau uneg-uneg di hati. Kami sharing bersama maka beban di pundak kami jadi lumayan ringan. Selesai diskusi tak terasa sudah hampir jam 16. Kami berfoto bersama sebentar. Lalu menutup diskusi itu dengan saling berterima kasih karena sudah meluangkan waktu untuk diskusi bersama.
Dengan adanya diskusi ini memberikan kami ruang interaksi dan silatuhrami yang krja di satu Rumah Sakit namun tidak satu ruangan, maka sangat karang bertemu atau berpapasan. Terimakasih ya Kak Tiwi dan Kak Fitri atas diakusi bersamanya hari ini.
Dear Kompasianer, ada cerita apa di tempat kerja mu jelang Weekend hari ini?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI