Serangan stroke selalu datang tiba-tiba. Ia menyerang siapa saja, tua atau muda. Akumulasi dari kebiasaan, pola makan sehari-hari kemudian menyebabkan serangan stroke mendadak bisa karena sumbatan pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah (stroke perdarahan).Â
Seseorang yang sedang menaiki tangga tiba-tiba sisi tubuh sebelah kiri lemah dan tak bertenaga. Seketika membuat seseorang jadi jatuh. Tiba-tiba bibir tampak merot (miring) ke satu arah. Tiba-tiba sulit berucap (disatria) atau mulut tercekat tak bisa bicara (afasia), tiba-tiba kesulitan menelan, tiba-tiba merasa lemah di salah satu sisi tubuh. Segera curiga itu serangan stroke. Segera bawa ke Rumah Sakit terdekat yang memiliki tempat pemeriksaan radiologis untuk CT Scan kepala. Dan terapi medis untuk pasca serangan stroke dari dokter.
**
Dear Kompasianer tahukan kamu, bahwa serangan stroke mempengaruhi ekonomi sebuah keluarga? Ya, Serangan stroke mengancam pergerakkan aktivitas sehari-hari. Menurut SKI (Survei Kesehatan Indonesia) 2023, prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 per 1.000 penduduk.Â
Data dari Organisasi Stroke Dunia (World Stroke Organization) menunjukkan bahwa lebih dari 12% dari seluruh kejadian stroke terjadi pada orang berusia 15--49 tahun, dikutip dari laman PMC yang bersumber dari World Stroke Organization. Dalam satu dekade terakhir, jumlah kasus stroke usia muda di Indonesia tercatat mengalami peningkatan sebesar 67%.
Orang yang terkena serangan stroke dan mengalami kelemahan tubuh sesisi. Memiliki gangguan dalam beraktifitas. Kesulitan menulis, jika mengalami kelemahan sisi kanan. Tidak bisa berjalan dengan normal karena satu kaki terasa lemah dan berat.Â
Jika mulut merot karena serangan stroke itu menyebabkan kesulitan dalam bicara dan komunikasi. Pada serangan stroke di usia produktif membuat seseorang tidak bisa bekerja dan mencari nafkah untuk keluarga.
Kelemahan akibat serangan stroke sebenarnya bisa saja dihindari jika saat terjadi serangan stroke segera dilakukan tindakan untuk membawa pasien ke rumah sakit. Waktu emasnya adalah 3 sampai 4,5 jam terhitung saat serangan stroke pertama kali dirasakan.Â
Suatu ketika di ruang rawat inap aku memiliki pasien yang masuk dalam kondisi lemah tak berdaya. Seorang lelaki bertubuh tinggi kekar, berusia 40 tahunan mengalami penurunan kesadaran. Pasien mengalami stroke perdarahan. Kondisinya lemah, matanya hanya bisa melirik. Tubuhnya tidak bisa di gerakkan. Selang Makan (Naso Gastric Tube) terpasang di hidungnya, selang haluaran urine (Folley Catheter) terpasang selang di saluran kencingnya. Bapak usia 40 yang dulunya segar bugar kini terbaring lemah karena serangan stroke yang datang tiba-tiba.Â
Seorang ibu paruh baya mendampingi suaminya. Menatap suaminya nanar. "Sangat tiba-tiba, Sus. Hari minggu sedang memperbaiki pintu rumah tiba-tiba mengatakan lemas separuh badan lalu Bapak tidur, dan mengorok.." ucap sang istri kepada perawat saat itu.
Istri pasien juga mengatakan keresahannya. Saat ini memang perusahaan tempat bekerja suaminya memberikan izin tidak masuk kerja. Namun melihat kondisi suaminya saat ini. Apa iya suaminya bisa kembali seperti sedia kala?Â
Kini istri pasien yang seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kegalauan, bagaimana nasib ekonomi keluarganya, dengan 3 anak yang masih sekolah. Sedangkan kepala keluarganya atau tulang punggungnya sedang mengalami musibah, yang bisa jadi jangka panjang sampai benar- benar pulih. Jangan kan beraktivitas, untuk kesadaran penuh saja belum didapatkannya.
Ada lagi seorang pasien lelaki yang bertugas di militer. Mengalami serangan stroke sumbatan. Dan saat ini terbaring lemah. Kekuatan otot pasien sisi kiri nilaimya hanya 3. Ya, hanya mampu mengangkat tangan dan kaki kiri sebentar. Kemudian terjatuh. Sedangkan normalnya kekuatan otot diangka 5.Â
Pasien ini harus ditunggui oleh teman kantornya, karena istrinya tidak bisa menungguinya. Masih memiliki bayi 3 bulan dan anak pertamanya masih berusia 3 tahun. Kali ini pasiennya yang khawatir, bagaimana caranya supaya ia bisa kuat lagi kaki dan tangannya?
Kadang jika di malam hari bapak ini merenung sampai menangis sesenggukkan karena sedih atas kondisinya saat ini.Â
Karena beberapa kali dipergoki perawat pasien berurai air mata sendirian di malam hari. Menunjukkan betapa menjadi beban pikiran dengan kondisi pasien saat ini. Khawatir sudah tidak lagi produktif dan menafkahi keluarga dengan baik seperti saat sebelum stroke menyerang.
Belum lagi saat sudah di rawat inap. Pasien stroke harus selalu kontrol berobat, fisioterapi untuk kepulihannya. Dan hal ini membutuhkan kesiapan waktu, finansial, dan anggota keluarga yang siap menemani pasien.
Lalu bagaimana agar pasien post stroke bisa produktif lagi?
- Jika pasien dengan kelemahan otot satu sisi. Hendaknya melakukan fisioterapi dan berlatih di 3 bulan pertama pasca serangan. Sebagai upaya mengembalikan kemampuan otot. Supaya tidak menjadi otot yang kaku (spastik).
- Pasien yang memiliki kelemahan otot sebagian harus didukung penuh oleh keluarga agar tetap nersemangat kontrol dan fisioterapi rutin.
- Dukungan keluarga melakukan hal yang mampu ia kerjakan dengan kekuatan fisik yang ada (misal beri kesempatan untuk membuka usaha warung, atau menjalankan pekerjaan yang terbilang ringan dan bisa dikerjakan dengan satu tangan), diperbolehkan untuk mengikuti kursus tertentu sesuai kemampuan pasien
- Keluarga memberikan dukungan emosional, semangat, serta saling bekerja sama membantu pasien dengan stroke. Karena stroke adalah penyakit yang rawatannya jangka panjang (tidak langsung sembuh).
Semua orang ingin kehidupannya sehat, bahagia dan memiliki rejeki yang baik. Namun kala stroke tiba-tiba datang tanpa bosa di tolak, maka pasien pos serangan stroke akan menerima kondisinya, namun tetap harus berjuang untuk kembali sehat dan menghindari serangan stroke berulang.Â
Serangan stroke yang menyebabkan kelemahan, kelumpuhan ini berdampak bagi ekonomi suatu keluarga, apalagi orang yang terkena serangan stroke adalah tumpuan dan tulang punggung keluarga.Â
Mencegah lebih baik dari mengobati. Hindari merokok, gunakan pola hidup sehat, olahraga, makan-makanan bergizi, hindari begadang, hindari stres berlebih dan jauhi konsumsi alkohol ialah beberapa hal untuk mencegah terjadinya serangan stroke.
Dear Kompasianer, semoga sehat selalu ya!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI