Suatu ketika di ruang rawat inap aku memiliki pasien yang masuk dalam kondisi lemah tak berdaya. Seorang lelaki bertubuh tinggi kekar, berusia 40 tahunan mengalami penurunan kesadaran. Pasien mengalami stroke perdarahan. Kondisinya lemah, matanya hanya bisa melirik. Tubuhnya tidak bisa di gerakkan. Selang Makan (Naso Gastric Tube) terpasang di hidungnya, selang haluaran urine (Folley Catheter) terpasang selang di saluran kencingnya. Bapak usia 40 yang dulunya segar bugar kini terbaring lemah karena serangan stroke yang datang tiba-tiba.Â
Seorang ibu paruh baya mendampingi suaminya. Menatap suaminya nanar. "Sangat tiba-tiba, Sus. Hari minggu sedang memperbaiki pintu rumah tiba-tiba mengatakan lemas separuh badan lalu Bapak tidur, dan mengorok.." ucap sang istri kepada perawat saat itu.
Istri pasien juga mengatakan keresahannya. Saat ini memang perusahaan tempat bekerja suaminya memberikan izin tidak masuk kerja. Namun melihat kondisi suaminya saat ini. Apa iya suaminya bisa kembali seperti sedia kala?Â
Kini istri pasien yang seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kegalauan, bagaimana nasib ekonomi keluarganya, dengan 3 anak yang masih sekolah. Sedangkan kepala keluarganya atau tulang punggungnya sedang mengalami musibah, yang bisa jadi jangka panjang sampai benar- benar pulih. Jangan kan beraktivitas, untuk kesadaran penuh saja belum didapatkannya.
Ada lagi seorang pasien lelaki yang bertugas di militer. Mengalami serangan stroke sumbatan. Dan saat ini terbaring lemah. Kekuatan otot pasien sisi kiri nilaimya hanya 3. Ya, hanya mampu mengangkat tangan dan kaki kiri sebentar. Kemudian terjatuh. Sedangkan normalnya kekuatan otot diangka 5.Â
Pasien ini harus ditunggui oleh teman kantornya, karena istrinya tidak bisa menungguinya. Masih memiliki bayi 3 bulan dan anak pertamanya masih berusia 3 tahun. Kali ini pasiennya yang khawatir, bagaimana caranya supaya ia bisa kuat lagi kaki dan tangannya?
Kadang jika di malam hari bapak ini merenung sampai menangis sesenggukkan karena sedih atas kondisinya saat ini.Â
Karena beberapa kali dipergoki perawat pasien berurai air mata sendirian di malam hari. Menunjukkan betapa menjadi beban pikiran dengan kondisi pasien saat ini. Khawatir sudah tidak lagi produktif dan menafkahi keluarga dengan baik seperti saat sebelum stroke menyerang.
Belum lagi saat sudah di rawat inap. Pasien stroke harus selalu kontrol berobat, fisioterapi untuk kepulihannya. Dan hal ini membutuhkan kesiapan waktu, finansial, dan anggota keluarga yang siap menemani pasien.