Menjadi orang tua itu belum ada kuliahnya. Kelas parenting mungkin ada. Namun belajarnya yang nyata sekaligus praktik bisa dirasakan setelah punya anak. Di usia 29 tahun aku sudah dianugerahi Allah 3 orang anak. Melalui dua kali persalinan. Anak pertama lahir tunggal perempuan, sedangkan kelahiran kedua dikaruniai anak kembar dengan jarak dekat. Jadi si kakak belum berusia 2 tahun ia sudah memiliki 2 orang adik.Â
Tak heran hidupku kala memiliki 1 balita dan 2 bayi merah lalu menjadi 1 toddler dan 2 balita dan kini seiring berjalannya waktu aku memilki 3 toddler. Dalam mengurus dan menjaga anak-anak ini tentu aku tidak bisa sendirian. Aku perlu support sistem. Bantuan yang saling mengisi. Memiliki suami siaga yang memahami istrinya sungguh sebuah keberuntungan.
Saat masih memiliki 1 anak mungkin nada suaraku bisa lembut, pun ketika anaknya sedang berulah. Misal memecahkan gelas, terjatuh dll. Namun ketika aku sudah memiliki 3 anak dan mereka semakin lincah entah mengapa akupun seperti beradaptasi dengan perkembangan mereka.
Ketika dengan suara pelan dan lembut anak ini tidak menyanggupi kata-kata ibunya. Namun ketika suara kita lebih tinggi mereka mulai notice, menatap wajah kita dan menurut.
Aku jadi berpikir apakah aku harus selalu memilki suara yang kencang sehingga mereka mau menurut? Sisi lain setelah mengeluarkan suara yang meninggi ketika sudah tenang aku berpikir lagi... apakah aku akan seperti ibuku? Yang dirasa anak-anaknya terlalu keras mendidik? Kini aku tahu kenapa dipandanganku dulu "Kok Mamaku galak sekali ya? Suka teriak-teriak. Suruh ini suruh itu...." ternyata alasannya karena ia memiliki banyak anak. Ya banyak anak membuat ia terdistraksi dengan segala kelakuan anak. Galaknya ibu untuk menjaga anaknya.
Suatu ketika aku pernah berbicang dengan temanku melalui pesan online. Katanya dirinya juga menggunakan cara didik ala VOC. Tidak selalu bisa selembut Nikita Willy. Tergantung situasi katanya. Ya aku setuju karena akupun seperti itu. Apalagi dengan 3 anak yang ada mustahil rasanya jika selalu bertutur dengan suara lemah lembut.
Istilah "cara mendidik anak ala VOC" mulai populer di media sosial, terutama TikTok, sekitar tahun 2024. Istilah ini merujuk pada gaya pengasuhan yang menekankan pada kedisiplinan, aturan ketat, dan cenderung otoriter, yang diasosiasikan dengan gaya kepemimpinan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) pada masa penjajahan. Meskipun istilah ini populer, perlu diingat bahwa VOC dalam konteks ini bukan merujuk pada perusahaan dagang Belanda, tetapi lebih kepada metafora untuk gaya pengasuhan yang keras dan otoriter (Penelusuran AI).
Ya, jadi lebih ke cara mendidik yang tegas, disipilin dan bertanggungjawab. Untuk ibu-ibu kaum milenial aku yakin banyak menggunakan ala VOC ini. Karena kamipun dulu dididik dengan hal yang sama. Namun dengan berbagai perbaruan yang menjadi pembeda. Kami orangtua milenial lebih mengusahakan untuk bermain bersama anak dan menyempatkan waktu pada agenda/ kegiatan anak.
Berikut adalah situasi yang menyebabkan ibu mengeluarkan jurus Ala VOC: