Pagi ini aku menonton tayangan berita di sebuah stasiun televisi yang memberitakan video viral warga membawa senjata tajam menyerang Puskesmas.
Karena di Video dalam berita ini warga membawa senjata tajam beramai-ramai seperti ingin menyerbu sesuatu.
Warga membawa parang, dan serbuan mengarah ke UGD Puskesmas Geger di desa Kombangan Kecamatan Geger, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Aksi itu berawal dari saling cekcok lalu kemudian berakhir saling bacok. (https://surabaya.kompas.com/read/2025/04/28/185319278/cekcok-berakhir-bentrok-warga-bawa-parang-ke-puskesmas).
Hal ini menjadi atensi bagiku pribadi. Karena aku pernah ditugaskan sebagai perawat di Puskesmas berbagai daerah. Yaitu di Puskesmas Aji Kuning Kalimantan Utara, Puskesmas Tulang Bawang Baru (Lampung Utara) walau tidak cukup lama hanya 2 dan 1 tahun. Namun kenangan bertugas terkait bentrok dan cekcok antar pasien dan keluarga beberapa kali terjadi.
Jika dalam kasus yang sedang viral ini sampai membawa senjata tajam. Untungnya di saat aku bertugas tidak pernah sampai terjadi hal separah itu. Karena ternyata di tempat pelayanan kesehatan juga rentan terjadi hal menyimpang seperti ini. Misal cekcok yang berakhir adu jotos, atau sambil membawa sajam sangat mengganggu pelayanan Puskesmas atau Rumah sakit. Karena mau tak mau akan membuat pelayanan teralihkan. Dan menganggu petugas utmanya di unit/instalasi gawat darurat. Karena perawat dan dokter tentu memerlukan ruang dan ketenangan yang cukup untuk melayani para pasien gawat darurat.
Misal saat di Lampung Utara dulu pernah ada kasus kecelakaan yang melibatkan anak kecil sehingga anak tersebut robek area kepala. Sedangkan menurut tim medis Puskesmas kepala nya harus di jahit untuk menghindari infeksi dan perdarahan. Sedangkan salah satu S.O.PÂ
nya tentu melakukan bius lokal area kulit yg robek. Namun karena anak meronta kesakitan jadi keluarga tidak mau anaknya dilakukan jahit di kulit kepalanya. Namun orang ketiga yang tidak tahu siapa lalau marah-marah karena anak tersebut tampak kesakitan. Akhirnya tandatangan surat penolakan dan luka hanya ditutup saja, selebihnya keluarga pasien yang membawa anak tersebut.
Ada pula keluarga pasien yang sedang di rawat di Puskesmas Rawat Inap. Perawat menegur keluarga pasien yang sedang menjenguk untuk bergantian masuk keruangan. Karena ada pasien lain yang sedang istirahat juga, namun si keluarga pasien ini malah tersinggung dan merasa diusir. Membawa-bawa nama pejabat yang katanya saudaranya anggota DPR, yang katanya akan membawa wartawan dan melaporkan tindakan ini ke pers. Walau perawat pun tahu ini hanyalah gertakan dan tidak mau dianggap serius. Tapi juga tidak disepelekan
Kejadian keluarga pasien memukul perawat juga ada. Pernah waktu itu sampai perawat menjadi korban. Entah karena apa penyebabnya, namun tindakan pemukulan hingga korban alami cidera sangat tidak dibenarkan ya.
Maka apa yang harus dilakukan untuk mengurangi aksi seperti ini?