Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Beda Pembaca di Facebook dan Kompasiana

7 November 2018   06:29 Diperbarui: 7 November 2018   08:54 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Seperti dalam artikel saya sebelumnya "Ingin Mengenal Kompasiana Lebih Dekat", katanya saya sudah mempunyai akun di Kompasiana sejak tahun 2014 atau sekitar 5 tahun yang lalu. Entah bagaimana ceritanya hingga bisa demikian, saya sudah lupa, tetapi secara real saya baru bergabung dan mulai menulis di Kompasiana sejak 06 Desember 2017 atau belum genap setahun.

Sebelum menulis di Kompasiana, saya termasuk rajin menulis tentang apa saja di Facebook. Dua orang rekan guru, Pak Wahyu Hidayat dan Pak Hernedi yang merupakan langganan pembaca artikel-artikel saya, menyarankan agar saya mencari wadah untuk menulis. 

Artinya saya jangan hanya menulis di Facebook saja tetapi mencoba berkarya di media yang lebih kredibel dan bisa memberikan ruang yang lebih besar untuk berekspresi seperti Kompasiana. Dan kalupun link nya dibagikan di Facebook akan lebih bagus lagi. Saya pun mengikuti nasehat bijak mereka hingga akhirnya saya menjatuhkan pilihan menulis di Kompasiana.

Memang ada perbedaan yang sangat signifikan antara budaya pembaca di Facebook dan di Kompasiana. Umumnya pengguna Facebook cenderung tidak suka membaca tulisan yang panjang-panjang. Mereka lebih tertarik dengan tulisan-tulisan pendek saja yang hanya terdiri dari beberapa kalimat. Bahkan mereka lebih tertarik dengan gambar-gambar yang diberi sedikit narasi atau kata-kata motivasi atau kata-kata lucu.

Pengguna Facebook lebih tertarik memberikan like agar dapat "rezeki" dan terhindar dari segala "azab" dan mengetik kata "Amin" agar katanya "masuk surga", daripada membaca tulisan panjang yang dapat memberikan pencerahan terhadap hoaks dan pembodohan.

Setiap saya melihat penipuan dan pembodohan yang berbau agama dengan menggunakan gambar-gambar yang diedit sedemikian rupa di Facebook lalu gambar-gambar tersebut dibanjiri dengan ribuan like dan mengetikkan kata "Amin" di kolom komentar, ingin rasanya saya berteriak "hentikan!", tetapi saya pikir itu terlalu radikal dan akan mendapat respon yang lebih serius.

Budaya like dan "komentar" di Facebook tanpa membaca artikelnya terlebih dahulu adalah sebuah budaya yang sangat berbahaya. Beberapa pengguna sering "bertekak" padahal sebenarnya mereka berada dalam maksud yang sama. Masalahnya hanya karena mereka membaca judul tulisannya saja tanpa menyentuh isinya sama sekali. 

Budaya copy-paste artikel dan plagiarisme di Facebook juga sangat marak. Tetapi jauh lebih berbahaya adalah penyebaran hoaks, fitnah dan ujaran kebencian yang sangat-sangat tinggi. Hal itu juga takl terlepas dari banyak akun-akun palsu yang memang sengaja dibuat penggunanya untuk maksud jahat.

Saya tidak sedang bermaksud mendiskreditkan Facebook. Bagaimana pun Facebook adalah media sosial terbesar di jagat ini dan Facebook juga membantu Kompasianer untuk menyebarkan berita-berita baik dan berkualitas kepada pembaca yang mau meluangkan sedikit waktu untuk membacanya.

Maksud saya tadi, setelah bergabung dengan Kompasiana, secara bertahap saya pun memindahkan tulisan-tulisan saya yang ada di Facebook ke Kompasiana. Tetapi salah satu hal berbeda yang saya temukan adalah, tulisan yang dulu saya anggap sudah sangat panjang di Facebook ternyata di Kompasiana masih terlalu pendek, bahkan jika disatukan 2 artikel menjadi 1 juga belum cukup panjang untuk dimuat di Kompasiana.

Tetapi apapun itu semua, satu hal yang ingin saya sampaikan adalah, di Ulang Tahunnya yang ke-10 ini, semoga Kompasiana semakin sukses. Harapan saya semoga Kompasiana dan Kompasianer menjadi agen perubahan dalam bermedia, terutama secara gencar terus memproduksi dan menyebarkan berita-berita positif yang sejuk, damai dan mencerahkan bagi warganet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun