Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perawat Honorer Juga Manusia yang Harus Diupah dengan Manusiawi

11 Mei 2018   02:44 Diperbarui: 11 Mei 2018   21:29 4439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dok: keluargasehat.com)

Bagaimana dengan Kementerian Kesehatan menyangkut Perguruan Tinggi Kedinasan di bawah naungannya? Apakah mereka pernah memperhatikan nasib Alumni mereka di lapangan? Relakah mereka jika alumni mereka tidak dihargai dengan layak sesuai dengan ilmunya?

Memang kalau kita mencari kambing hitam dalam masalah ini tidak akan ada habisnya. Setiap orang, instansi, organisasi dsb, akan terus saling melempar kesalahan dan tanggung jawab.

Tetapi sebagai bahan renungan bagi kita. Bayangkan seorang perawat yang telah menghabiskan waktu dan biaya yang sangat banyak untuk menyelesaikan pendidikannya. 

Seorang tamatan D-3 dibutuhkan waktu minimal 3 tahun sedangkan untuk tamatan S-1 dibutuhkan waktu minimal 4 tahun. Berapa banyak biaya kuliah dan biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan orang tuanya untuk menyelesaikan pendidikan si calon perawat?

Sebagai bahan perbandingan, kira-kira biaya kuliah untuk Kuliah Keperawatan ialah sebagai berikut:

Prodi D3 Keperawatan, Semester 1 Rp 8.800.000, Semester 2 7.500.000, Semester 3 7.000.000, semester 4 Rp 7.000.000, Semester 5 Rp 6.150.000 dan Semester 6 Rp 6.200.000. Sedangkan untuk Prodi S1 Imu Keperawatan, Semester 1 Rp 9.200.000,- Semester 2-8 masing-masing Rp 6.900.0.

Ini belum termasuk biaya keperluan lain seperti biaya hidup, buku dan alat tulis kuliah selama kuliah dan sebagainya. Biaya tersebut merupakan biaya umum dan masih dapat berubah sewaktu – waktu sesuai dengan kebijakan pihak Akademi Keperawatan Indah.

Luar biasa bukan? 

Tujuan orang tua menyekolahkan anaknya pasti agar kehidupan anaknya lebih baik dalam segala hal termasuk kesejahteraan dan masa depan yang lebih baik.

Tetapi dengan upah hanya Rp 100.000 bahkan kurang, apa yang bisa diharapkan? Bahkan mereka hanya dianggap sebagai "pengemis" yang mengharapkan belas kasihan 10 persen dari upah teman-temannya PNS/ASN?

Apapun alasannya hal ini tidak boleh dibiarkan. Buka mata jasmani, buka mata hati dan buka telinga. Para anggota Dewan yang terhormat, tolong perhatikan nasib rakyat yang engkau wakili. Jangan ketika engkau membutuhkan suara, engkau menjual janji manismu. Sekaranglah waktunya, buktikan merahmu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun