Tadi malam aku memukul putriku satu-satunya di betisnya tidak hanya sekali,
Aku lepas kendali dan hampir saja aku mencelakainya
Darahku mendidih, mataku gelap dan ubun-ubunku panas
Kata-kataku pasti menyakiti hatinya yang lembut dan melukai perasaannya yang halus
Padahal aku begitu mencintainya lebih dari diriku sendiri jauh melebihi apapun
Aku ada untuk dia, dari dia lahir, sekarang dan untuk masa depannya aku tetap ada
Aku mengasihinya, menyayanginya, mencintainya, umma... umma...
Aku memanggilnya cinta, menyebutnya cayang, mengatakannya gadis, menyapanya boru, boyu dan apapun yang lebih indah dari itu
Aku menyesal, air mataku tumpah. Ketika dia tidur aku memandangi bekas pukulan di betisnya dan mengusapnya
Tidak ada hal serius sehingga aku memukulnya selain dari kebodohan yang memenuhi kepalaku
Aku menyesal dan tidak seharusnya melakukannya