Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Balada Dungu pada Pemilihan Presiden

15 April 2019   22:56 Diperbarui: 15 April 2019   23:04 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tampak Donald Trump berbicara berapi-api dalam sebuah debat kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat di Oktober 2016 yang lalu. Di setiap kesempatan kampanye, diskusi, wawancara dan debat, Donald Trump memiliki satu kata yang diulang-ulang. Disaster!

Kata itu digunakan dalam setiap kesempatan untuk menyerang segala sesuatu terkait lawannya. Kata itu juga digunakan untuk mendegradasi semua kebijakan dari pemerintahan Obama sebelumnya dan juga pemerintahan yang sebelum Obama. Utamanya karena Obama mendukung Hillary Clinton ketika itu. Hillary Clinton sang kandidat tandingan bahkan dianggap sebagai disaster. Bencana.

Tentunya kata ini spesifik dipilih, diulang-ulang, ditekankan dan dilekatkan kepada lawannya. Tidak ada kebijakan dan keputusan pemerintah sebelumnya dimana Hillary terlibat baik terkait pajak, hukum, aborsi, imigrasi dan masih banyak lagi yang tidak dicap disaster.

Terlepas dari Donald Trump menang atau tidak, kata disaster dipilih secara sengaja untuk mendiskreditkan atau mendegradasi lawan sebagai bagian dari kampanye negatif yang dijalankan. Cerita akhirnya, Donald Trump pun menang. Segala sesuatu yang diulang-ulang secara konstan dan terus menerus akan melekat dengan baik pada pikiran banyak orang. Seperti propaganda Joseph Goebbles.

Di pemilihan presiden Indonesia kali ini, pola yang sama sepertinya diterapkan dengan penugasan pada orang tertentu. Prabowo mungkin tidak nyaman menggunakannya, tetapi ada yang menjadi penanggung-jawab penggunaan kata tersebut. Sebuah kampanye pastinya aktivitas yang teratur, tertata dan terorganisir dengan menggunakan cara-cara yang diperbolehkan termasuk kampanye negatif.

Kali ini kata yang digunakan adalah dungu. Betul, kata yang digunakan dungu dan turunannya seperti kedunguan. Kata-kata ini digunakan dan ditekankan secara terus menerus dan tidak berpindah dari orang tersebut untuk menyerang, mendiskreditkan dan juga mendelegitimasi lawan dari calon presiden yang didukungnya.

Pada pemilihan presiden kali ini, Rocky Gerung sepertinya mendapat 'kehormatan' untuk berperan menggunakan kata tersebut. Semua terkait Jokowi akan dimasukkan ke dalam kategori dungu dan kedungunan. Meskipun pada kenyataannya banyak akhirnya kata itu berbalik pada dirinya. Satu hal sebagai misal yakni pernyataanya terkait ekonomi.

Dengan latar belakang yang jauh dari ekonomi, Rocky Gerung memaksa dirinya memberikan pendapat soal perekonomian. Dia bisa bilang perekonomian Jokowi merupakan penipuan sistematis dan dia juga mengatakan bahwa presiden tidur pun ekonomi akan tetap tumbuh 5%. Bagian yang menggelikan adalah argumentasinya yang tidak masuk akal. Selain itu, dia juga bukan ahli ekonomi. Sepertinya dia bisa digunakan untuk membahas apa saja. Tetapi, semua bahasannya akan berakhir dengan pemerintahan dan kebijakan Jokowi yang dianggap dungu atau memiliki kedunguan.

Sepertinya dua kata yang digunakan  itu berbalik dan nyatanya mencerminkan dari dia dan kelompoknya. Pada kasus Donald Trump, dunia menyaksikan 'bencana' pemerintahan yang dijalankannya. Dalam sejarah Amerika Serikat, di masa Donald Trump terjadi government shutdown terlama. Penutupan Pemerintah itu berlangsung 35 hari. Banyak pejabat-pejabat disekelilingnya yang akhirnya mengundurkan diri karena tidak sanggup dengan cara pemerintahan Donald Trump yang benar-benar sebuah 'bencana'. Pengacaranya sendiri Michael Cohen akhirnya dipenjara 3 tahun karena mengungkapkan kebohongan setelah terlebih dahulu dipecat.

Di masa pemilihan presiden Indonesia, ternyata kata dungu itu berbalik menyerang kelompok yang menggunakannya. Satu yang paling menohok adalah bahwa si 'ahli' segala persoalan yang ditugaskan untuk menggedor lawan dengan kata dungu itu mengaku bahwa sebuah acara debat di televisi swasta digunakan untuk ngibul. Ini benar-benar sebuah kedunguan luar biasa. Raja ngibul yang juga raja dungu.

Ternyata, dungu dan kedunguan itu menjadi hal yang bermetamorfosis dalam kelompok tersebut. Banyak hal yang bisa menerangkannya. Salah satunya adalah mereka dikibuli oleh si Raja Kibul Rocky Gerung yang digadang-gadang untuk bicara diberbagai tempat. Kelompok mereka juga serentak mengaku ditipu seorang perempuan yang dikenal dengan Ratu Hoax. Sungguh dungu kelihatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun