Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Alih-alih Vertical Drainage, Ini Pilihan Jepang dan Malaysia

21 Februari 2017   18:32 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:26 1667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir di Kawasan Cipinang. Sumber; megapolitan.kompas.com

Proyek raksasa yang dibangun dinamakan Metropolitan Area Outer Underground Discharge Channel. Suatu sistem penampungan air hujan dari seluruh Kota Tokyo yang kemudian dibuang ke sungai di luar Tokyo. Fasilitas yang dibangun di bawah tanah sedalam 50 meter ini terdiri dari lima bangunan silinder raksasa dan satu tangki penampung dan empat pompa yang diperkuat mesin jet pesawat boeing 737 yang dimodifikasi.

Kelima tabung raksasa ini dengan dimensi panjang 65 m dan diameter 32 m, masing-masing menampung overflow sungai di permukaan. Sebuah saluran sepanjang 6,4 Km menghubungkan masing-masing tabung dan diujung sebuah tangki penampung raksasa. Dari tanki penampung ini dengan luas dua kali lapangan sepak bola dan tingginya mencapai 25 meter, air kemudian dipompa ke Sungai Edo yang permukaannya lebih tinggi dari tanki.

Diagram Flood Defense System Tokyo. Sumber: blog.scinetificamerican.com
Diagram Flood Defense System Tokyo. Sumber: blog.scinetificamerican.com
Kemampuan pompa mencapai 200 liter per detik. Ini setara dengan limpasan banjir kiriman dari bendung Katulampa Bogor ke Jakarta pada musim hujan tertinggi. Untuk sederhananya, pompa terpasang di fasilitas ini mampu memindahkan air sebanyak 25 kolam renang ukuran olimpik dalam satu detik.

Fasilitias yang dibangun dengan biaya USD 3 milyar ini, dirangcang untuk mengatasi hujan curah tinggi dan hujan badai yang bisa terjadi 7-12 kali setahun. Sejak mulai beroperasi, fasilitas pertahanan banjir kota Tokyo ini telah mengalami 70 kali hujan besar.

Malaysia dengan Smart Tunnel
SMART Tunnel singkatan dari Stormwater Management and Road Tunnel, merupakan salah satu keberhasilan teknologi maju dalam membangun sebuah struktur raksasa. Pembangunannya memberikan tantangan yang luar biasa karena jenis tanah gamping yang rapuh. Tunnel ini berada hanya 15-20 meter di bawah permukaan tanah. Empat mesin bor dengan ukuran lebih besar dari pesawat jumbo jet 747 dan berat setara selusinnya, bekerja siang malam selama 3 tahun dengan zero accident toleration. Sedikit kesalahan akan menunda pekerjaan hingga minimal 3 bulan, berdampak penambahan biaya.

Stuktur pengendali banjir ini merupakan struktur multi fungsi berupa terowongan. Struktur sepanjang 9,7 Km ini berfungsi ganda yakni untuk mengatasi banjir sekaligus mengatasi kemacetan, sehingga ini menjadi struktur multifungsi terpanjang di dunia.

Fungsi tunnel ini utamanya adalah mengatasi banjir dengan mem-bypass sungai yang melewati pusat kota Kuala Lumpur ke sungai di luar pusat kota. Sederhananya bisa dikatakan sebagai sodetan. Dengan demikian, volume air di sungai yang mengalir melewati pusat kota akan jauh berkurang. Tunnel ini dapat mengatasi aliran air hingga 200 m3 per detik untuk waktu 5 jam, dengan volume 3 juta meter kubik. Bisa dikatakan menampung air hujan sangat deras selama 5 jam, jika tidak dialirkan.

Skema sederhana SMART Tunnel. Sumber: starproperty.my
Skema sederhana SMART Tunnel. Sumber: starproperty.my
Di tunnel sepanjang 9,7 Km tersebut terdapat jalan raya untuk mobil ringan sepanjang 4 Km. Jaringan jalan ini akan difungsikan menjadi flood tunnel ketika diperlukan.


Pekerjaan raksasa ini tidak hanya menantang secara teknologi, tetapi juga secara lingkungan dan pengadaan lahannya. Peraturan di Malaysia, pemilik tanah secara otomatis memilik tanah hingga ke pusat bumi. Dengan demikian, meskipun di bawah tanah, pemerintah Malaysia harus membeli lahan-lahan yang dimiliki pribadi dan swasta yang dilewati.

Pembangunan terowongan berdiameter lebih dari 13 meter ini memerlukan waktu hingga 4 tahun mulai dari pemasangan bor raksasa pada tahun 2003. Terowongan ini lebih besar dari terowongan yang menghubungkan Inggris dan Prancis. Dengan biaya hingga USD 514,6 juta, terowongan pencegah banjir di kawasan perkotaan Kuala Lumpur telah berhasil mengatasi 7 banjir besar sejak tahun 2010.

Tentu saja, perlu sebuah budaya tinggi untuk mempersiapkan masyarakatnya sehingga fasilitas seperti ini berfungsi dengan baik. Bisa dibayangkan jika air sungai yang masuk ke fasilitas ini bercampur dengan kasur, kursi bekas, sampah, dan bambu serta kadang-kadang mayat seperti yang sering kelihatan di pintu air Manggarai Jakarta setiap terjadi banjir kiriman dari Bogor.

Sebenarnya, konsep vertical drainage Anies bisa juga seperti ini, meskipun tidak secara akurat seperti yang dibayangkan beliau. Anies bermimpi tentang memasukkan air berkecepatan 200 liter per detik ke dalam tanah. Ini namanya mimpi tinggal mimpi, tidak akan terwujud. Genangan juga terjadi, karena tanah tidak lagi menyerap.

Jadi, dalam waktu yang masih ada, Anies masih bisa mengubah pendapatnya soal vertical drainage. Tidak ada kota-kota dunia yang menghadapi banjir besar menggunakan cara itu. Volume dan kecepatan aliran air tidak memungkinkan untuk menggunakannya. Untuk sekadar membandingkan, luasan permukaan smart tunnel sekitar 12,6 hektar atau 126.000 meter persegi. Sederhananya, perlu 126.000 meter lahan dengan kedalaman 1 meter. Jika dalamnya di tambah, luasannya tentu berkurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun