Dan ketika semua terpaan badai teratasi, akan terasa manisnya ketika harus berperan sebagai ayah tunggal atau ibu tunggal. Sebuah sentuhan, senyuman, pelukan kecil, atau ucapan sederhana dari anak seperti "Ayah, Ibu, aku sayang kamu." Bisa bikin seorang ayah tunggal atau ibu tunggal klepek-klepek, nangis.
Nikmati Saja Peran Barunya
Harus diakui dengan berbagai peran baru yang disandangnya, baik ayah tunggal atau ibu tunggal, memang tetap saja butuh dukungan dari orang lain. Namun kita tidak bisa berharap sepenuhnya, karena bantuan sosial sering kali tidak sensitif dengan kebutuhan khusus keluarga tunggal. Lingkungan kadang lebih sibuk menghakimi ketimbang membantu.
Sekedar menjadi pendengar curhatan, atau bantuan kecil sekalipun bisa menjadi penguat. Siapa sih yang mau menjadi orang tua tunggal tiba-tiba tanpa alasan, bagaimanapun hal itu bukanlah pilihan yang mudah, dan tidak seorang pun benar-benar siap menjalaninya. Tapi, ketika orang di sekeliling kita mendukung, berempati, beban itu bisa terasa lebih ringan.
Sikon keduanya mengajarkan kepada kita bahwa cinta, sekalipun hadir dalam kondisi yang rapuh, tetap saja ada kekuatan di dalamnya. Laki-laki yang kuat sekalipun, jika harus sendirian menjaga rumah juga butuh "kekuatan", apalagi seorang perempuan. Apalagi dengan kehadiran anak-anak yang masih butuh kasih sayang orang tuanya.
Namun kekuatan sesungguhnya ada pada masing-masing individu, bagaimana menyikapi perubahan itu. Bagaimana perubahan itu bisa menyemangati untuk bertahan.
Tidak sedikit juga ibu atau ayah tunggal menjadi lebih kreatif dalam mengisi waktu-waktunya dengan kegiatan positif. Bekerja atau berbisnis dari rumah. Apalagi kini memiliki toko online bisa dilakukan siapa saja dengan mudah dengan memanfaatkan gadget.Â
Orang akan memiliki fleksibilitas waktu untuk mengelolanya jika bekerja dilakukan dari rumah sambil mengasuh anak. Apalagi yang masih balita atau batita. Orang juga bisa memanfaatkan passion sebagai peluang pendapatan baru. Memanfaatkan keahlian personal, mengajar les anak-anak, membuat cake dan bakery, menjual tanaman, les musik menyanyi atau melukis.
Seorang teman bahkan membuka perpustakaan dan rumah baca. Dari sana muncul peluang-peluang bisnis baru, termasuk me-lay out buku, menjadi editor, mendesain cover buku, membuka kelas desain, hingga menjual buku seken atau preloved--barang yang pernah digunakan oleh pemilik sebelumnya. Semua untuk mengisi waktu luangnya lebih bermanfaat, dan lebih dari itu ia juga tetap bisa mendapat peluang pendapatan baru sambil mengasuh anak-anaknya meski hanya bekerja dari rumah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI