Kelima; Kursus Mini dan Lisensi. Saya menyukai Asuransi dan matematika. Saya berpikir bisa memanfaatkan kemampuan itu anggap saja seperti sedang mengajar di depan kelas. Artinya potensi menjual pengetahuan kita sendiri juga sebuah peluang bisnis. Saya membayangkan sebuah mini kursus, seperti "Bahasa akuntansi dasar untuk persiapan ujian" atau "Mengatur Keuangan Harian dengan Excel." Apalagi selama ini saya memanfaatkan Excel tersebut, jadi tinggal dibadi saja ilmunya menjadi sebuah konten.
Sekarang makin banyak platform tersedia, seperti Udemy, Skillshare, bahkan Google Classroom bisa digunakan untuk menjual pengetahuan kita secara mandiri. Sekarang dosen mulai membuat video lesson pack yang bisa diakses berbayar oleh murid di luar kampus. Guru seharusnya juga melakukan hal yang sama.
Tak perlu rumit yang penting mudah dipahami dan komunikatif dalam penyampaiannya, itu sudah bisa menjadi konten edukasi. Kuncinya menurut saya bukan pada kemewahannya, tapi kegunaan konten yang kita bagikan tersebut.
Ketika menemukan banyak pilihan seringkali barulah kita lebih terbuka dan realistis ketika memilihnya. Pada prinsipnya tidak semua passive income itu instan. Banyak orang masuk dengan ekspektasi cepat kaya, tapi justru tersandung di bulan ketiga. Ketika memilih kita harus fokus agar mudah adaptasinya.
Kita akan menyadarinya ketika tantangan tak terduga datang. Misalnya video sepi pengunjung, penyewa kamar kos suliit didapatkan. Atau jika pilihannya investasi, kupon obligasi bisa turun jika suku bunga berubah.
Semua pilihan ada risikonya dan harus bisa kita kelola. Butuh komitmen, kesabaran apalagi pada proses awal. Passive income yang paling berhasil justru lahir dari model yang realistis, bisa diukur, dan terus dievaluasi, namun banyak orang mengabaikan hal itu dan menganggapnya benar-benar kerja sampingan ala kadarnya.
Bagaimanapun membangun passive income tidak mudah, karena harus disikapi dengan cerdas, disiplin, dan adaptif. Di masa ekonomi sulit, punya aliran pemasukan dari satu atau dua sumber tambahan bisa memberi rasa aman emosional dan ruang napas finansial.
Semua butuh titik awal memulainya. Perlahan dari hal kecil yang bisa dikerjakan setiap hari, sebuah video, satu tabungan reksa dana, satu kamar kosong, atau satu naskah e-book. Pilihan tergantung mood, passion dan kecintaan kita pada sesuatu agar semesta mendukung kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI