Memang semuanya butuh modal waktu, alat, dan tentu saja kemampuan belajar editing dasar, dan syukurlah saya telah memiliki dasar itu.
Kedua; Berinvestasi di Reksa Dana dan Obligasi Ritel. Pilihan bagi yang tidak nyaman dengan risiko tinggi saham, ada opsi pendapatan pasif dari bunga yang relatif aman seperti reksa dana pasar uang dan obligasi ritel negara (seperti ORI dan SR).
Meskipun saya mengajar pelajaran ekonomi tetap saja untuk praktiknya harus belajar banyak. Misalnya saja jika ada produk keuangan yang kita beli mulai dari Rp1 juta. Contohnya, ORI025 yang diterbitkan Maret 2025 lalu, menawarkan kupon tetap sebesar 6,25% per tahun. Artinya, dengan menanam Rp10 juta, saya berpeluang menerima sekitar Rp625.000 per tahun tanpa perlu menjual aset.
Sebenarnya dengan fakta itu, bukan besarannya yang jadi daya tarik, tapi kestabilannya. Dengan strategi investasi bulanan (dollar cost averaging), passive income bisa tumbuh dari bunga yang stabil dan bebas pajak. Tapi saya merasa agak riskan memilih jenis investasi ini. Mungkin karena konservatif dan tidak biasa bermain risiko.
Ketiga; Properti Mikro Kamar Kos. Saya sepakat bahwa membangun properti tidak harus selalu rumah besar atau apartemen mewah. Sekarang di jaman prihatin pilihan yang simpel dan minimalis juga layak jadi pilihan kita berinvestasi. Lihat saja sekarang ini banyak anak muda yang memilih membeli atau menyewa ulang unit kecil di lokasi strategis, seperti dekat kampus atau rumah sakit, selain dipakai sendiri juga untuk disewakan harian atau bulanan.
Saya juga melihat peluang itu karena tinggal di kampus dan memiliki tanah sisa di sisi rumah yang bisa dijadikan kamar kos mungil dan minimalis.
Tentu saja ini investasi yang menarik dan sangat potensial, sekalipun kita harus merogoh kocek sedikit dalam pada awalnya. Misalnya saja satu kamar kos sederhana yang dikelola dengan baik bisa menghasilkan Rp1,2 juta--Rp2 juta per bulan. Dengan bantuan platform digital seperti Mamikos, Travelio, atau bahkan TikTok, promosi menjadi murah dan menjangkau langsung calon penyewa.
Tapi kita juga harus menyiapkan sistem pengelolaan yang bisa berjalan meski kita tidak selalu hadir. Apalagi jika pekerjaan kita menyita waktu dan cenderung menjadi sibuk, Sehingga jika memilih mengerjakan dan mengontrol sendiri akan menyita waktu. Sehingga kita bisa memakai jasa bersih-bersih berkala, sistem kunci digital, dan komunikasi terotomasi. Misalnya dengan memilih meteran token daripada meteran bersistem abonemen.
Keempat; Usaha Dropship dan Produk Digital. Ketika datang menjemput paket melihat banyaknya tumpukan paket terpikir untuk menjalankan bisnis ini. Bagi yang tidak suka menyimpan stok atau modal besar, pilihan skema dropshipping lokal masih cocok jadi pilihan. Kita bisa menjual produk seperti kopi yang banyak di Aceh, pinang, herbal, kerajinan, dan supplier langsung mengirim ke pembeli atas nama kita. Hanya saja tantangannya adalah persaingan, karenanya kita ditantanng terus berkreatifitas agar tidak kalah saing.
Sekarang seperti disarankan putera saya, UMKM juga mulai menciptakan produk digital. Dan menurutnya itu mata dagangan yang potensial seperti; e-book resep, template CV, desain undangan, yang bisa dijual berulang tanpa produksi fisik. Sekali dibuat, tinggal promosikan dan terima transaksi otomatis.
Hanya asja kita butuh keahlian yang tidak sepele. Kita bisa memanfaatkan banyak platform seperti Etsy, Tokopedia Digital, atau bahkan WhatsApp Catalog. Tapi saya masih berpikir keras, seklipun saya memahami kerja-kerja digital seklipun.