Dulu saya pernah merasa seperti kehilangan uang, sampai-sampai mengira uangnya jatuh atau tercecer. Pasalnya sudah mengalokasikan untuk transport alias uang bensin (sekarang pertalite) ternyata dompet cepat tepos.
Atau mungkin diantara kita ada juga yang pernah juga merasa gaji bulanannya hilang begitu saja, dan saat ditelusuri, ternyata biaya transportasi yang diam-diam menyedotnya?. Nyaris setiap hari harus beli bahan bakar.
Padahal di masa sulit seperti sekarang, ketika harga bahan bakar, tarif ojek online, dan ongkos kendaraan umum terus merayap naik, mengatur uang transportasi mestinya bukan cuma penting---tapi wajib.
Tapi, jangan salah sangka. Mengatur ongkos jalan itu bukan berarti kita harus jadi pelit atau mengorbankan kenyamanan. Kuncinya ya kita harus lebih bisa mencerdasi kondisi, tapi juga bukan kaku.
Bahasa kerennya kita harus bisa bukan sekedar hemat, tapi menciptakan sistem yang bisa membuat pengeluaran dalam hidup lebih efisien dan membuat kita sadar arah tujuan menggunakan uang-uang tersebut.
Kemana uang-uang itu perginya?
Sebelum membuat strategi, kita harus tahu terlebih dulu, memangnya ke mana saja sebenarnya uang transport selama ini kita gunakan?. Meskipun hanya kita sendiri yang menggunakannya, kita juga harus transparan terhadap semua ongkos yang kita keluarkan. Langkah pertama yang sering kita abaikan dan malah sering dilupakan
Pertama; Mungkin karena saya orang akuntansi, maka saya biasanya membuat "Jurnal Jalan". Ini bukan aplikasi mahal---cukup catatan harian dalam notes ponsel atau buku kecil. Catat setiap perjalanan, jenis transportasi, dan biayanya. Misalnya;
27 Mei -- Ojek ke kantor -- Rp15.000
27 Mei -- Pulang naik busway -- Rp5.000
28 Mei -- Bensin isi ulang -- Rp50.000
Nah dalam seminggu kita jadi tahu pola, kapan kita paling boros, jenis transport mana yang menguras dompet, dan peluang untuk efisiensi.
Bayangkan jika tanpa data tersebut, tentu kita tidak bisa membuat siasat. Dan data terbaik adalah milik kita sendiri, dari aktifitas kita sendiri yang kita lakukan setiap hari.
Kedua; Pahami Pola Transportasi Fleksibel. Kebanyakan orang mungkin hanya memanfaatkan dua pilihan, kendaraan pribadi atau transportasi umum. Padahal, kombinasi adalah siasat emas.