Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Servant Leadership, dari Kabin Masinis ke Panggung Bangsa, Kebangkitan Itu Bernama Kereta Api

30 Mei 2025   11:15 Diperbarui: 30 Mei 2025   23:34 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
langsung berinteraksi dengan para penumpang-beritatrans.com

Pada sebuah pagi yang lengang di masa pandemi sedang merangkak ke puncak pusaran badai, jalanan kosong dan udara dipenuhi kecemasan, menjaga jarak fisik ketat diberlakukan, tapi ada satu hal yang tetap bergerak, kereta api. Gerbong-gerbong itu memang tak lagi bisa merayap padat, tak ramai seperti biasanya, tapi ia tetap terus melaju. Pelan, pasti, dan setia. Seolah-olah ia ingin berkata: "Kita belum selesai. Kita masih harus sampai tujuan."

Dalam kabin masinis yang senyap, di tengah guncangan krisis itu, seorang lelaki bernama Didiek Hartantyo memegang kendali. Bukan hanya kendali lokomotif, tetapi juga arah perjalanan besar PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan, secara lebih luas, sistem mobilitas bangsa ini. Ditunjuk sebagai Direktur Utama KAI tepat pada 8 Mei 2020---di puncak badai pandemi---ia tak memilih mundur. Justru dari sanalah, babak baru dimulai.

Banyak orang menyangka bahwa kepemimpinan itu soal pidato, strategi, atau keberanian tampil di depan. Tapi Didiek memilih bertahan melintasi badai menunjukkan bahwa kepemimpinan bisa datang dari balik kaca kabin, dalam keheningan.

bersma staf mengunjungai langsung kereta api-detiknews.com
bersma staf mengunjungai langsung kereta api-detiknews.com

Sosok Pemimpin yang Melayani

Dalam dunia yang terus berubah dan penuh tantangan, sosok pemimpin yang mampu melayani, bukan sekadar memerintah, menjadi kebutuhan yang semakin nyata. Konsep pemimpin yang melayani (servant leadership) menempatkan pemimpin sebagai pelayan bagi orang lain---mendengarkan, melindungi, dan menyemangati timnya untuk tumbuh.

Sosok Didiek Hartantyo, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI), mencerminkan nilai-nilai ini, terlebih ketika ia memimpin perusahaan di tengah badai pandemi COVID-19. Semangat kepemimpinan yang ia tunjukkan sejalan dengan nilai-nilai Kebangkitan Nasional, yang kita peringati setiap 20 Mei sebagai momentum untuk bangkit, bersatu, dan berjuang bersama.

Pandemi sedang berada di puncak pusaran badai, saat Didiek mulai menjabat sebagai Direktur Utama KAI pada tahun 2020 itu. PT KAI sebagai indung bagi Industri transportasi menjadi salah satu sektor yang paling terdampak.

Realitas tantangannya menjadi sangat terasa, mobilitas masyarakat terhenti, pendapatan perusahaan anjlok, dan operasional perusahaan mengalami tekanan luar biasa. Tapi dalam tekanan itu, justru  Didiek tidak memilih menyerah, Ia justru tampil sebagai pemimpin yang sigap, tangguh, dan penuh empati.

Apa langkah paling krusial yang dipilihnya?. Situasi krisis tidak menghalanginya untuk tetap memprioritaskan keselamatan dan kesehatan, baik bagi penumpang maupun seluruh karyawan KAI.

Tetap melayani dengan protokol kesehatan yang diperketat, layanan disesuaikan, dan komunikasi dijaga dengan terbuka. Bahkan sebagai wujud kepemimpinan yang melayani, seluruh keputusan yang ia ambil tidak hanya mempertimbangkan kelangsungan bisnis, tetapi juga keberlangsungan hidup dan kesejahteraan orang-orang yang bergantung pada KAI.

Salah satu tindakan yang terasa sangat heroik adalah ketika ia berupaya keras menghindari pemutusan hubungan kerja, sebagai bentuk kepedulian terhadap nasib para karyawan di bawah perusahaan yang dinaunginya.

Ia juga melakukan transformasi untuk mengimbangi krisis, menggerakkan inovasi dan transformasi digital dalam layanan KAI. Dari digitalisasi pemesanan tiket hingga otomatisasi layanan, semua diarahkan untuk meningkatkan efisiensi sekaligus menyesuaikan dengan kondisi baru di tengah pandemi. Langkah brilian ini bukan sekadar caranya agar bisa bertahan, tapi bagian dari strategi seorang pemimpin yang mengayomi bawahannya untuk tidak saja bertahan, tapi bangkit lebih kuat.

kebangkitan nasional dan KAI-antaranews.com
kebangkitan nasional dan KAI-antaranews.com

Kebangkitan dan Kesadaran Kolektif Nasional

Masa kepemimpinan Didiek yang berawal di bulan Mei, seperti sebuah kebetulan yang menginspirasi. Ketika kita mengaitkannya dengan konteks Kebangkitan Nasional, semangat yang dibawa Didiek sangat relevan. Bangsa Indonesia pertama kali menunjukkan kesadaran kolektif untuk bersatu dan bangkit dari keterpurukan melalui lahirnya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Dan hari bersejarah itu ternyata bisa menjadi stimulan.

Simbol kebangkitan bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi tentang kesadaran, persatuan, dan kemauan untuk berjuang bersama. Nilai-nilai ini pula yang Didiek implementasikan dalam kepemimpinannya. Ia mengajak seluruh elemen di KAI untuk tetap solid, bekerja bersama, dan tidak kehilangan harapan.

Apa yang bisa kita tangkap sebagai sebuah refleksi penting adalah bahwa kepemimpinan Didiek Hartantyo menjadi bukti nyata bahwa pemimpin besar tidak selalu mereka yang keras dan otoriter, tetapi mereka yang mampu mendengar, mengayomi, dan memberi harapan di tengah ketidakpastian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun