Jika orang memiliki impian berhaji maka awalnya pasti dimulai dari usahanya menyimpan dalam bentuk emas. Hanya saja risikonya pada masa dahulu sangat besar, karena tabungan emas disimpan ditempat yang tersembunyi di dalam rumah.
Lain halnya di masa sekarang, apalagi dimasa kini ketika PT Pegadaian (Persero)sebagai lembaga keuangan yang selama ini juga akrab dengan masyarakat di Aceh telah menjadi bullion bank- yang tidak saja menyimpan, tapi juga juga menjaga asset kita tersebut dengan sangat terjaga dan aman. Pegadaian resmi beroperasi sebagai bullion bank pertama di Indonesia setelah memperoleh izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 23 Desember 2024.
Pegadaian menyediakan program-program khusus seperti, Cicil Emas untuk yang ingin beli emas bertahap. Dan tentu saja Arrum Haji, menggadaikan emas untuk mendapatkan porsi haji (syariah).
Salah satu tradisi di Aceh yang sangat khas adalah sebutan "mayam", satuan berat emas yang digunakan sebagai mahar pernikahan. Dalam adat Aceh, mahar emas bukan hanya pemberian materi, tapi simbol tanggung jawab dan penghormatan laki-laki kepada perempuan. Ini bukan hanya tradisi, tapi juga penghargaan terhadap nilai perempuan dalam rumah tangga dan masyarakat.
Itulah mengapa pegadaian juga menjadi sesuatu yang tidak asing di Aceh. Terutama ketika masyarakat memanfaatkannya untuk keperluan menjaga dan menggunakan asetnya. Sederhananya masyarakat lebih memilih memanfaatkan pegadaian ketika membutuhkan emas, daripada menjualnya secara langsung---alasan utamanya karena aset tersebut yang sudah diniatkan sejak awal sebagai investasi-tabungan-bisa ditebusnya lagi.
Saya tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi tradisi ini. Maka saat saya membeli emas pertama untuk ibu, saya merasa seperti sedang mengangkat martabatnya dengan cara yang paling sakral. Saya ingin beliau tahu bahwa hidupnya, pengorbanannya, dan impiannya tidak sia-sia.
Langkah selanjutnya adalah membuka tabungan haji atas nama ibu. Ini adalah puncak dari nazar saya. Saya tahu betapa besarnya keinginan ibu untuk bisa menunaikan ibadah haji. Setiap malam, ia membaca doa-doa dalam suara lirih, yang entah bagaimana terasa begitu dekat meskipun saya berada di ruangan lain. Dan kini, dengan sedikit rezeki yang Allah titipkan, saya ingin menjawab doa itu.
Bagi banyak orang, haji mungkin adalah pencapaian spiritual pribadi. Tapi bagi saya, ini adalah warisan cinta---sebuah jalan untuk mengantar ibu kembali pada panggilan ilahi.
Saya percaya, ketika kita mempersembahkan sesuatu yang terbaik untuk ibu, hidup kita akan diberi jalan. Rezeki tidak hanya soal uang, tapi ketenangan batin, kelapangan hati, dan keberkahan langkah. Menurut saya, dalam setiap sen yang saya tabung untuk ibu, ada cinta yang tumbuh. Dalam setiap gram emas yang saya belikan, ada syukur yang tak terucap. Dalam setiap langkah kecil menuju impian ibu, ada restu yang terus mengalir.
Ketika saya melihat ibu tersenyum bahagia saya merasakan sedang menerima keberkahan dari cinta yang tidak akan pernah bisa saya balas, hanya bisa saya syukuri. Saya juga menyadari bahwa dalam dunia yang terus berubah dengan cepat, profesi, uang, dan kesuksesan hanyalah alat. Sedangkan tujuan sejatinya tentu saja bagaimana kita bisa membahagiakan orang-orang yang sejak awal percaya pada kita, bahkan saat kita belum menjadi apa-apa. Dan bagi saya, orang itu adalah ibu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI