Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Saatnya Reskilling Membangun Ekosistem Kerja Kolaboratif, Abaikan Good Looking dan Usia Kerja?

28 Mei 2025   01:30 Diperbarui: 1 Juni 2025   13:37 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wawancara kerja-beuaty journal

wawancara kerja-kompas edukasi
wawancara kerja-kompas edukasi

Di negeri kita, mencari kerja kadang terasa seperti ikut ajang pencarian bakat—bukan karena kompetensi diuji, tapi karena wajah dan usia ikut menjadi pertimbangan utama. Syarat “berpenampilan menarik” dan “usia maksimal sekian tahun” masih sering muncul dalam berbagai lowongan kerja, bahkan untuk posisi yang tidak memerlukan interaksi dengan publik secara langsung. Wajar saja jika kemudian muncul polemik.

Kenyataan itu membuat kita berpikir, apakah dunia kerja kita benar-benar menghargai keahlian, atau masih terjebak dalam standar-standar semu yang diskriminatif? Apakah pekerjaan di balik layar—seperti programmer, analis data, atau teknisi—benar-benar membutuhkan wajah rupawan dan usia muda untuk bisa dikerjakan dengan baik?

Namun ketika pemerintah mewacanakan penghapusan dua syarat tersebut, kenyataan di lapangan belum tentu bisa berubah secepat itu. Bagaimanapun dunia kerja kita masih saja menilai calon pekerja bukan dari kompetensi, tapi justru dari citra luarnya. 

Ketika aturan mulai digugat dan dibenahi, pertanyaan yang ingin kita ketahui jawabannya bukan “siapa yang akhirnya bisa melamar”, tetapi “apakah tempat kerja kita benar-benar siap menerima keberagaman itu?”.

suasana job fair-top karir
suasana job fair-top karir

Ironi dalam Kegembiraan Job Fair 

Saat acara Job Fair yang digelar oleh Kemenaker belum lama ini, Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer mengatakan syarat tersebut menyulitkan pencari kerja. Lantas beliau ber-statement bahwa, "Sebentar lagi surat edaran akan kami (Kemenaker) keluarkan," ujarnya saat menutup Job Fair Kemenaker 2025, Jumat (23/5/2025), dikutip dari YouTube Kementerian Ketenagakerjaan.   

Apakah menghapus dua syarat yang selama ini dianggap sangat mengganggu cukup untuk menjawab kompleksitas pengangguran di Indonesia? Ataukah ini hanya tambal sulam kebijakan yang terdengar populis, namun secara struktural belum menyentuh akar masalah?

Jika Job fair menunjukkan antusiasme orang berebut kerja justru menunjukkan bahwa begitu banyak orang yang belum kebagian jatah lowongan kerja, salah satu karena sebab syarat yang tidak proporsional dengan kebutuhan jenis pekerjaan yang dilamarnya.

Kenyataan itu justru bukanlah citra ideal dari kemajuan. Tapi malah menggambarkan adanya titik lemah dalam kebijakan kita menyediakan lapangan kerja.

Tetapi itulah yang terjadi di tengah gegap gempita Job Fair 2025 yang diselenggarakan Kementerian Ketenagakerjaan. Sebuah ironi dalam dunia kerja Indonesia. Di satu sisi kita merayakan penghapusan prasyarat "good looking" dan batas usia dalam lowongan kerja, tapi di sisi lain gelombang PHK tetap tak terbendung, dan jutaan orang masih menganggur.

Menunggu Implementasi di Lapangan

Sebenarnya syarat 'Good Looking' dan usia telah menjadi bukti adanya diskriminasi yang sudah terlalu lama dibenarkan. Syarat seperti "usia maksimal 25 tahun" atau "berpenampilan menarik" telah terlalu lama menjadi semacam standar tak tertulis di banyak perusahaan. Dalam praktiknya, ini adalah bentuk diskriminasi yang dilegalkan. Menghapusnya memang perlu---dan penting sebagai simbol bahwa kita bergerak ke arah kesetaraan kesempatan kerja.

good looking di dunia kerja-wix.com
good looking di dunia kerja-wix.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun