Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Perayaan yang Menuai Polemik, Saat Emosi Bertemu Regulasi

30 April 2025   20:39 Diperbarui: 9 Mei 2025   16:01 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk tahun ajaran berikutnya, pemerintah daerah dan dinas pendidikan perlu menyusun panduan teknis yang jelas---apakah sekolah sama sekali tidak boleh terlibat, atau masih boleh memfasilitasi dalam bentuk nonkomersial. Panduan ini juga sebaiknya disosialisasikan sejak awal tahun ajaran agar tidak terjadi kebingungan.

Perayaan memang tidak selalu harus mahal. Justru di sinilah kreativitas dan semangat gotong royong bisa hadir. Sekolah bisa bekerja sama dengan OSIS dan komite sekolah untuk menyelenggarakan acara perpisahan sederhana: pentas seni, refleksi bersama, pemutaran video perjalanan kelas, atau doa bersama sebagai penutup masa belajar. Semua itu bisa dilakukan tanpa biaya besar, dan tetap memberi kesan mendalam.

Toga tak harus disewa dari penyedia jasa profesional. Bisa dibuat dari kain sederhana, atau bahkan disimbolkan dengan atribut buatan siswa sendiri. Aula sekolah bisa menjadi tempat yang hangat dan akrab. Dokumentasi bisa dilakukan oleh guru atau siswa yang memiliki keterampilan fotografi. Tidak ada yang kurang, justru bisa terasa lebih personal.

Kuncinya adalah keterbukaan, partisipasi, dan kesadaran bahwa momen ini adalah milik bersama. Bukan ajang pamer, tapi ajang syukur.

Sebagai guru, kami berada di tengah-tengah antara kebijakan pemerintah dan harapan orang tua serta siswa. Dalam posisi ini, kami harus mampu menjadi penyeimbang. Di satu sisi, kami harus mendukung kebijakan yang meringankan beban masyarakat. Namun di sisi lain, kami juga harus menjaga semangat dan perasaan siswa agar tidak merasa kehilangan momen penting dalam hidup mereka.

Kami percaya bahwa acara perpisahan tetap bisa diadakan tanpa harus melanggar aturan atau memberatkan orang tua. Asalkan dilakukan dengan semangat sukarela, sederhana, dan penuh kesadaran sosial. Yang terpenting, jangan sampai niat baik untuk menata menjadi alat untuk meniadakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun